19. Bimo dan keluarga tercintanya

22.5K 1K 11
                                    

H&Z

"Lo yang jangan bertingkah, bangsat!"

Bugh.

Netra Zia menangkap punggung seorang cowok berbadan tinggi dengan Hoodie menghajar membabi buta Bapak tadi sampai darah keluar dari hidungnya dan menetes ke tembok.

Zia dengan segera membalikan badan, membawa Alea untuk menjauh dan merengkuhnya. Menutup telinga dan matanya agar tidak mendengar maupun melihat aksi hajar-menghajar brutal itu.

Cowok berhoodie itu masih menonjok pipi Bapak tadi meskipun wajahnya sudah tidak terbentuk lagi. Bapak itu geram, dan mencoba memelintir tangan yang mencengkram kerahnya namun gagal, cengkraman nya malah semakin kuat dan membuatnya kesulitan bernafas.

Tidak menyerah, Bapak itu menendang tulang kering lelaki berhoodie membuatnya terpekik dan melepaskan cengkraman di kerahnya. Kesempatan itu digunakan sang Bapak itu memukul balik.

Hanya berhasil melayangkan satu pukulan, Bapak itu pingsan karena dagunya di pukul keras.

Setelah suasananya hening, Zia menoleh. Netranya membelalak saat lelaki berhoodie itu tengah berjalan santai ke arahnya yang masih merengkuh Alea.

Meskipun setelah menghajar Bapak tadi seperti kesetanan, dia masih bisa membuat raut muka yang seperti biasa saja.

Zia masih bergeming saat lelaki itu sudah sampai di hadapannya. Mereka hanya bersitatap sampai lelaki itu membuka suaranya.

"Alea, ayok pulang!"

H&Z

Zia turun dari mobil grab yang ia pesan. Ralat, yang cowok tadi pesan sebelum pergi dengan Alea bersama motornya.

Dia cukup peka, mungkin takut Zia parno jika dipesankan gojek setelah kejadian barusan.

Zia mematung, menggenggam erat tali tripod nya di depan rumahnya. Kejadian hari ini, masih jadi kejutan yang sangat 'WAH' untuk Zia.

Netra Zia jadi bergulir ke arah rumah Haidar, ia membelalak saat Haidar bersandar di pagar depan sambil melipat tangan dan menatap ke arahnya.

Haidar mendengus lalu mendekat ke arah Zia.

"Haidar, lo inget anak kecil yang kita tolongin karena mau di pukul Ibunya?"

"Hm."

"Lo tahu dia adiknya Bimo?"

H&Z

"Wah gila!! Sikap buruk lo udah ketahuan dan lo masih gak ngaku?"

Bimo menggeram kesal, urat di lehernya sudah menonjol pertanda ia sudah benar-benar emosi. Sekali senggol, bacok.

"Dasar!! Anak Kalang emang gak ada sopan-sopannya!! Gue ini Ibu lo!! Panggil gue Ibu!!" Wanita paruh baya-- Tasya-- yang mengenakan pakaian blink-blink serba bermerek itu duduk di sofa single tengah rumah sambil mengecat kuku.

Tidak terlalu menanggapi anak tirinya yang sedang berdiri menjulang dengan emosi yang bisa menerkamnya kapan saja.

Bimo terkekeh. "Ibu? Lo mau gue panggil Ibu? Kalau gitu bersikap seperti selayaknya Ibu!!"

Tasya mengernyit tajam, berdecak pelan. "Ngapain, sih? Harus repot-repot jadi Ibu buat lo sama adik lo yang manja itu? Anak kandung juga bukan." Sinis Tasya membuat Bimo mengepalkan tangannya.

"Gue bakal aduin semua kelakuan biadab lo, ke bokap!"

Tasya menyeringai, "Coba aja!" Tantangnya. "Gue tahu, lo udah beberapa kali bilang ke Mas Kalang, tapi dengan bukti adanya gue masih disini dan gak di usir, berarti Mas Kalang gak percaya sama omongan lo!"

H&Z [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang