"Ck, Anjir sialan! Kenapa bisa kehapus, si? Bego banget!" Zia mengumpat habis-habisan sambil memukul kepalanya sendiri.
Tangannya mengetik cepat di atas keyboard sembari duduk di depan kelas dengan wajah mengeras.
"Giliran kita masih lama gak?" Tanya Lia membuat Dean mengintip ke dalam kelas dari jendela.
"Ada satu kelompok lagi, udah mereka langsung bagian kita." Ujar Dean sebelum mengambil ponsel dan membuka roomchat grup kelas.
"Gue bakal minta tolong buat mereka banyak nanya sama kelompok itu buat ngundur waktu kita." Ujar Dean membuat Lia mengangguk.
"Lia bantuin ngurus laporan buat di serahin ke guru, cek lagi!" Titah Dean membuat Lia mengangguk.
"Maaf, ini salah gue. Gue bego banget!" Ujar Zia kesal pada dirinya sendiri.
"Udah, mending selesain aja." Ujar Lia membuat Zia mengangguk.
Namun hatinya tetap tidak bisa tenang, rasanya Zia ingin mengamuk dan mencakar semua tembok beton mengingat dirinya tidak sengaja menghapus Power point kelompok mereka yang di buat untuk persentasi ujian praktek hari ini. Meskipun hatinya terus mengumpat dan kesal pada diri sendiri, tapi pelupuk matanya tidak bisa berbohong.
Zia mengerjap membuat air matanya jatuh turun, dia berdecak sebelum mengusap air matanya dengan kasar dan mencoba untuk mempercepat jarinya mengetik di keyboard. Bukannya jadi cepat, kata-katanya jadi banyak typo membuat Zia jadi berdecak sebelum mengumpat dalam hati.
Hatinya jadi kesal membuat air mata terus berjatuhan membasahi pipi. Rasanya hari ini tidak ada yang berjalan sesuai keinginannya. Dari mulai pertama dia dan Ibunya berdebat karena nasalah uang, lagi. Lalu dia tidak sengaja menghapus Ppt kelompok yang dibuat susah-susah.
Kenapa hari ini sungguh sangat menyebalkan?!
Zia menunduk sebelum berdecak dan menutup muka dengan telapak tangannya, menangis disana. Dia ingin menahan tangisnya namun semakin ditahan malah semakin deras air matanya keluar.
Zia mengerjap ketika laptop di pangkuannya di ambil alih. Dia mengusap air matanya sebelum mendapati Haidar duduk di depannya mengenakan seragam olahraga dan mengutak-atik laptopnya. Zia sempat terbengong menatap wajah Haidar di depannya sampai Haidar berdecak.
"Kalau melongo terus kapan selesainya?" Tanya Haidar dengan sarkas membuat Zia mengerjap sebelum mendekat untuk ikut membantu.
"Uprak senamnya udah selesai?" Tanya Zia membuat Haidar berdehem.
Zia melirik sisi samping wajah Haidar sebelum menahan senyumnya.
"Makasih, Hai."
"Bosen gue dengernya." Ujar Haidar datar tanpa menoleh membuat Zia terkekeh geli.
**
Zia menghembuskan napas kasar sebelum menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Dia bergeming lama sampai Lena membawa nampan yang berisi dua jus dan makanan ringan ke meja.
"Akhirnya uprak beres juga! Lega banget rasanya!" Ujar Zia menegakan badannya sebelum menyeruput jus alpukatnya.
"Padahal cuman seminggu, tapi rasanya lama banget!" Jawab Lena membuat Zia mengangguk.
"Tapi, Cafe ini rame banget ya?" Tanya Zia melirikan netra ke seluruh penjuru Cafe.
"Kan sekarang hari terakhir uprak, semua murid langsung main setelah selesai uprak, kayak kita." Jawab Lena menyugar rambutnya ke belakang membuat Zia mengangguk membenarkan.
"Jadi, kapan drama pacaran pura-pura elo berakhir?" Tanya Lena tiba-tiba membuat Zia tersentak, merasa di tembak tiba-tiba.
"Emangnya kenapa?" Zia balik bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
H&Z [SEGERA TERBIT]
Teen FictionDemi menjadi seleb Tiktok, Zia nekat mencium Haidar, cowok datar plus dingin yang tetangga dan mantan sahabat masa kecilnya untuk dijadikan konten Tiktok yang ia buat. Sudah berekspektasi akan kena marah dan tatapan tajam yang sedingin es dari Haida...