54. Tidak ada yang lebih baik

12K 778 51
                                    

Meskipun keheningan yang melanda mereka berlangsung lama, namun kepala mereka tidak dingin sama sekali. Emosi yang dibiarkan malah semakin meluap, bukannya menguap.

"Kenapa lo berantem sama Mila?" Tanya Haidar akhirnya, memecah kesunyian yang dibalut suara gesekan angin pada daun.

"Bukan masalah gede. Mila cuman ngejek dan gue emosi." Jawab Zia memalingkan wajah membuat raut wajah Haidar yang tadinya melunak jadi mengeras kembali.

"Hal sepele kayak gini pun lo sembunyiin?!" Tanya Haidar tidak habis pikir. "Lo pikir mading DR gak koar-koar tentang perkelahian lo berdua?"

"Kalau udah tahu alesannya kenapa masih nanya?!" Tanya Zia tidak habis pikir.

"Gue tes keterbukaan lo sama gue." Tutur Haidar sebelum mundur selangkah dengan pandangan rumit.

"Ternyata separah ini ya?" Tanya Haidar sesak membuat hati Zia berdenyut nyeri.

Zia meneguk ludah dengan netra berkaca-kaca, "Hai, lo gak ngerti."

"Lo lebih gak ngerti." Tukas Haidar pelan.

"Lo gak perlu bikin masalah sama orang lain cuman karena dia ngehina gue, Kezzia." Ujar Haidar membuat Zia mengernyit.

"Gue belain elo, loh." Ujar Zia dengan kening mengernyit.

"Lo masuk BK. Lo kena poin dan orang tua elo dipanggil. Masa depan elo, kesempatan elo buat masuk univ bagus terancam cuman karena elo belain gue!" Tukas Haidar menekankan setiap kata.

"Gue gak suka Mila jelekin elo depan gue!" Tukas Zia dengan wajah mengeras.

"Emang kenapa kalau Mila jelekin gue? Lo lepasin kesempatan elo yang berharga, lo rela ngotorin rekam jejak lo buat masa depan demi gue yang notabennya cuman pacar yang bahkan gak lo percaya? Buat apa? Gue gak butuh lo belain. Masalah sepele kayak gitu harusnya lo biarin aja biar masa depan elo aman, Kezzia." Tukas Haidar dengan nada naik satu oktaf.

"Dan ini reaksi elo setelah gue belain elo?" Tanya Zia tidak habis pikir, mendadak hatinya berdenyut.

"Iya, gue emang gak mikir panjang waktu nampar Mila. Kenapa? Karena elo! Gue relain masa depan gue terancam karena elo! Tapi reaksi elo sampah kayak gini?" Tanya Zia dengan napas memburu.

"Emang lo berharap apa? Tepuk tangan sama pujian karena lo belain gue? Lo mikir gak kalau elo bisa aja di blacklist Univ yang elo mau cuman gara-gara berantem karena hal yang sepele! Gue mikirin masa depan lo!" Tukas Haidar dengan penekanan di setiap katanya.

"Gue gak pernah berharap apa-apa, cuman setidaknya ... setidaknya lo bela gue juga bukan nyalahin gini! Lo tenangin gue atau gimana kek?! Gue juga panik sama khawatir tapi gue langsung tenang waktu liat elo tadi! Gue pikir meskipun gue salah tapi elo bakalan ada di pihak gue! Tapi sekarang? Lo malah nyudutin gue kayak gini!" Bentak Zia dengan air mata mengalir membasahi pipinya.

"Astaga. Gue khawatir sama masa depan elo! Kenapa lo gak bisa liat kesitu?!" Sentak Haidar dengan gigi bergemelutuk.

"Gue bukan orang yang pantes elo belain sampai rusak masa depan elo, Kezzia." Ujar Haidar dengan nada memelan membuat Zia menatapnya dengan tangisan dalam diam.

"Cukup gue yang diblacklist sama Univ yang gue mau karena pernah di skorsing! Setidaknya, gue gak mau itu kejadian sama elo!" Ujar Haidar lagi membuat Zia mengusap air matanya kasar.

"Gue tahu tindakan gue emang salah, gue sadar dan diblacklist dari Univ emang udah konsekuensi yang harus gue terima karena kelakuan gue sendiri. Tapi Hai, gue sekarang panik, demi apapun gue takut ngasih tahu bokap gue." Ujar Zia dengan bibir bergetar.

H&Z [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang