23. I like me better when...

22.4K 1.2K 8
                                    

Zia berlari kecil sambil memakai tas selempang dan tas tripodnya, netranya menatap Haidar yang tengah berjalan membelakanginya menuju motor ninja berwarna merah yang terparkir dekat golf cart milik Lusi.

Zia ingin bertanya kepunyaan motor besar itu namun ia melipat bibirnya saat merasakan aura dingin Haidar. Haidar memang selalu datar dan dingin, namun Zia merasa dinginnya hari ini berbeda. Haidar lebih menyeramkan.

Haidar menoleh ketika sudah naik ke atas motor dan memakai helm full face nya, menatap Zia yang masih bergeming belum naik.

"Mau gue tinggal?" Tanya Haidar datar membuat Zia berdecak.

"Naiknya susah." Zia agak merengek membuat Haidar bergeming sebelum melengos pelan.

Haidar mengulurkan tangannya membuat Zia mengerjap, menerima uluran tangannya dengan ragu. Zia serasa tersengat listrik saat telapak tangannya bersentuhan dengan Haidar.

Zia meneguk ludah, dia bersusah payah naik pada motor tinggi itu dengan bantuan Haidar dan akhirnya berhasil dengan Zia yang duduk menyamping dikarenakan rok kebayanya.

Anak rambut Zia berterbangan seiring motor Haidar yang melaju di jalanan rumah Lusi yang panjang di tengah hutan sebelum keluar gerbang utamanya. Rumah orang kaya memang begitu, Zia jadi mewajarkan.

Zia jadi merogoh ponsel, membuka roomchat, ada yang mengganjal di pikirannya.

Zia : Ci, lo ngasih tahu alamat rumah elo ke Haidar?

Lusi : Haidar pacar elo yang itu?

Lusi : Gak tuh

Zia : kok dia bisa di ijinin masuk ke gerbang elo sih? Bukannya penjagaannya ketat ya?

Lusi : Tadi penjaga di gerbang hubungin gue dulu, ngonfirmasi identitas Haidar, gue yang ijinin masuk.

Lusi : tapi bukan gue yang ngasih alamatnya.

Zia : oke sangkyu beb

Lusi : ok

Zia jadi melengos pelan, memasukan ponselnya kembali ke dalam tas. Mulutnya gatal ingin bertanya tapi nyalinya selalu ciut duluan. Apalagi aura Haidar sedang mengancam. Banyak pertanyaan yang bersarang di kepala Zia, salah satunya kenapa Haidar bersedia memenuhi permintaan konyolnya untuk menjemput.

Dan lagi kenapa Haidar seperti marah.

Apa Haidar marah karena dirinya merepotkan karena meminta Haidar untuk menjemputnya?

Apa Haidar marah karena Zia sibuk haha hihi padahal Haidar sudah jauh-jauh menjemputnya?

Apa Haidar marah karena Zia sibuk haha hihi dengan cowok lain?

Haidar cemburu?

Zia menggeleng keras, gila. Pikiran terlalu over PD seperti itu harus ia singkirkan jauh-jauh.

Zia mendongkak, merasakan bulir air dingin jatuh pada kulit kepalanya. Hujan yang semula hanya gerimis berubah menjadi hujan deras, awan hitam sudah menutupi langit dan anginnya berhembus kencang membuat Zia meringis dingin.

"Hai, hujan." Ujar Zia agak kencang, tangan Zia jadi bergerak menutupi atas kepalanya.

Haidar menepi di depan Cafe, dia turun membuka helm, merapihkan rambut dan menepuk pundaknya yang terkena buliran hujan dan itu semua diperhatikan Zia yang masih nangkring di atas motor.

Zia terang-terangan menatap Haidar, mengkode meminta bantuannya untuk turun dari motor namun Haidar sama sekali tidak menatapnya membuat Zia berdecih.

Zia loncat turun, bibirnya meringis pelan saat pergelangan kakinya berdenyut. Zia ikut ke samping Haidar, memeluk dirinya sendiri, dan termundur kecil agar tidak terkena cipratan air hujan.

H&Z [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang