21. Memulai dari berteman

21.9K 1.2K 10
                                    

"Gue gak mau denger apapun dari mulut lo." Ujar Bimo memecah keheningan. "Gue dateng, cuman karena Alea maksa."

Zia menipiskan bibirnya, netranya mengedip sendu, menatap danau beberapa meter di depan dari tempat ia duduk di kursi besi berwarna putih.

"Gue minta maaf."

Bimo terhenyak, melirik kecil pada Zia yang duduk jauh, mepet pada ujung kursi.

"Maaf karena manfaatin elo buat jadi Seleb Tiktok." Lanjut Zia menunduk menyesal. "Gue sadar, kelakuan gue keterlaluan dan egois. Gue juga minta maaf karena baru ngomong sekarang ... saat elo udah tahu kebenarannya."

Bimo mendengus, menyandarkan punggung pada kursi. Sebenarnya, ia tidak marah pada Zia karena alasan itu. Bagaimana bisa dia marah, kalau niat Bimo pacaran dengan Zia saja lebih tidak serius. Apalagi, dia memang mempunyai pacar lain saat berkomitmen dengan Zia.

Bukan komitmen sih, lebih tepatnya hanya bercanda, mungkin.

"Maaf, ya." Ujar Zia lagi, menoleh pada Bimo yang menatap lurus ke depan.

Bergeming lama, akhirnya Bimo menggeleng kecil tanpa menoleh. "Gue juga."

Zia tersentak, netranya membulat.

Kemarin, Bimo terlalu marah dengan keadaan. Apalagi sikap bejatnya ketahuan dan dia di DO dari sekolah. Mendengar obrolan Lena dan Zia di Cafe membuat emosinya tersulut begitu saja dan menjadikan Zia samsak pelampiasan kemarahannya yang lain.

Zia mengeratkan pegangannya pada kursi, menatap lurus ke depan, lalu menyunggingkan senyum. "Gapapa. Gue ngerti kalau elo emosi."

"Gue bukan mau sekedar minta maaf. Gue juga pengen tahu keadaan Alea."

Alis Bimo terangkat, tidak senang. "Kenapa lo ikut campur urusan keluarga gue?"

Zia mengerjap, menciut mendengar suara Bimo, ia meneguk ludah, tangannya tanpa sadar memegang liontin kalungnya, dan itu di sadari Bimo.

Zia menggigit bibir kecil. "Lo tahu kan, waktu Haidar nolongin Alea karena mau ... Ehm-- dipukul Ibunya?" Tanya Zia hati-hati, membuat Bimo mengerutkan dahi.

"Haidar cerita sama lo?"

"Gue juga ada di sana." Ujar Zia membuat Bimo tersentak kecil.

"Gue yang duluan nyamperin Alea, sementara Haidar yang ngelindungi gue dari nyokap lo karena dia mau mukul gue. Dari sana gue kenal Alea. Gue bukannya mau ikut campur urusan keluarga elo, Bim. Gue cuman khawatir sama Alea." Ujar Zia membuat Bimo mendecih.

"Simpen rasa kasian elo buat orang lain. Jangan Alea. Keluarga gue gak perlu elo kasihani."

Zia menghela napas kasar. "Gue cuman gak mau Alea jadi sama kayak gue."

Dahi Bimo berkerut, melirik kecil pada Zia.

"Katanya kenangan masa kecil itu bakal diingat saat kita dewasa. Masa kecil gue buruk, dan gue gak bisa lupain itu sampai sekarang. Meskipun berusaha, tetep gak bisa dilupain. Kenangan itu cuman disimpan di suatu tempat di hati gue dan gue tutup rapat. Kenangan itu bisa balik lagi muncul kapan aja."

"Gue gak mau Alea kayak gitu." Ujar Zia membuat Bimo tertegun. "Gue punya trauma karena masa kecil gue. Dan itu ganggu banget sebenarnya."

Zia menghela napas, "Gue cuman gak mau Alea kayak gue."

Bimo membasahi bibirnya, terdiam lama. "Gue udah nyoba lindungin Alea sebisa gue dari si sialan Tasya. Cuman, gue gak bisa ngasih semua waktu gue buat Alea. Gue gak bisa terus ada di sisinya. Terkadang, saat gue gak ada, Tasya selalu pakai kekerasan sama Alea."

H&Z [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang