52. Zia, Haidar, dan Dean

14.8K 1K 77
                                    

Dean mengerjap, tersentak kecil tatkala Haidar mencekal lengannya yang terjulur ingin memperbaiki tatanan rambut Zia.

Dean jadi meringis sebelum menarik kembali lengannya membuat Haidar melepasnya tanpa sepatah kata.

Hanya ada tatapan dingin dan raut wajah datar.

"Sorry Zia, gue lupa lo ada trauma kalau atas kepala lo di pegang." Tutur Dean meringis, menampilkan raut menyesal. Wajar saja Haidar posesif barusan.

Haidar sontak mengernyit dengan alis terangkat, menoleh pada Zia meminta penjelasan.

"Trauma?" Tanya Haidar sontak membuat Dean dan Zia kicep.

Lah? Dean jadi mengerjap dengan pikiran melayang sebelum menatap lurus pada Zia yang nampak gelisah di tempat.

"Lo gak bilang sama dia?" Tanya Dean tanpa suara membuat Zia menggeleng.

"Lah?" Gumam Dean pelan, sontak jadi meneguk ludah canggung diantara keterdiaman yang membuat bulu kuduk berdiri ini.

Dean jadi mengacak belakang kepalanya, mampus sih. Dean jadi merasa sangat bersalah pada Zia. Seharusnya Dean tutup mulut saja dan pergi barusan.

"Mau gue bantu jelasin?" Tanya Dean masih tanpa suara dan dibantu kode mata membuat Zia menggeleng lagi.

"De, lo katanya mau janjian sama Reynand jam segini kan? Mau futsal?" Tanya Zia tiba-tiba membuat Dean yang paham kode pengusiran itu menjadi mengangguk.

"Lo bener, gue hampir lupa." Jawab Dean sambil melirik jam tangan, berakting sebaik mungkin.

"Duluan ya kalau gitu. Sorry-sorry." Ujar Dean pamit sebelum kembali mengucapkan maaf tanpa suara pada Zia yang menggeleng pelan.

"Makasih hadiahnya, paketu!" Ujar Zia sebelum kembali melirik Haidar yang menatapnya datar.

Zia jadi meneguk ludah sebelum menggusap lehernya gusar. Sudah Zia bilang kan? Zia memang jarang membuka obrolan sedalam itu dengan Haidar.

Bahkan obrolan malam tentang mimpi mereka waktu itu hanya sekedar obrolan ringan bagi Zia jika dibandingkan dengan track recordnya bercerita pada Dean.

Zia curhat pada Dean jauh sebelum Haidar kembali hadir di kehidupannya.

Apalagi gara-gara Steffi perihal keluarga Zia akan mempengaruhi Haidar membuatnya bungkam, tidak menceritakan dan menyenggol sedikitpun masalah keluarga Zia yang sangat berantakan pada Haidar.

Simpelnya, Zia gak seterbuka itu sama Haidar dibanding Dean.

Haidar itu pacar, Dean itu sahabat yang merangkap seperti saudaranya.

Dean itu tempat sampahnya Mipa 1.

Di kelasnya wajar jika Dean mengetahui cerita kelam anggota kelas yang bahkan pacar mereka gak tahu.

Tapi sepertinya bagi Haidar itu tidak wajar.

"Hai, gue-,"

"Trauma apa?" Tanya Haidar membuat Zia meneguk ludah ketika nada dinginnya terasa sekali.

Zia meneguk ludah, perlukah membongkar karena ini sudah masuk ranah masalah keluarganya?

Tiba-tiba pikirannya berisik apalagi yang paling mendominasi adalah perkataan Steffi.

"Yang dibilang Dean tadi. Gue takut kalau ada yang ngangkat tangan di atas kepala gue." Jawab Zia akhirnya, menatap ke arah lain asal bukan Haidar.

"Alasannya?"

Haidar menipiskan bibir ketika Zia bungkam. Haidar menggigit pipi dalamnya, mencoba menetralkan raut wajahnya yang mengeras ketika menyadari bahwa sepertinya Dean tahu alasannya.

H&Z [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang