62. Sudah mulai terlihat

1K 130 13
                                    

"Haidar?"

Lelaki berkaos hitam itu jadi menoleh sebelum tersentak tatkala menemukan Dean di depannya. Tadinya Haidar ingin langsung pulang setelah dari Cafe namun sepertinya ... ini akan memakan waktu.

Kedua netra hitam legam itu beradu.

Jelas ini akan menjadi pembicaraan panjang.

Dan cukup dalam.

H&Z

Haidar meneguk minuman yang dia pesan meskipun perutnya sudah cukup terisi. Dia kembali duduk di Cafe yang beberapa menit lalu baru dia singgahi.

Di sini.

Di meja paling ujung dekat jendela yang mengarah langsung ke luar.

"Lo kuliah?"

Haidar tahu itu pertanyaan basa-basi namun Haidar tetap berdehem mengiyakan.

"Lo gak suka sama gue?" Tanya Dean terang-terangan membuat Haidar mengerjap.

Jika disebut tidak suka ... sepertinya Haidar tidak sampai seperti itu.

Apa ya?

Mungkin lebih tepatnya,

"Cuman keganggu." Jawab Haidar sebelum menambahkan dengan pelan. "Sama cemburu."

Dean jadi mengerjap sebelum termenung lama, "wajar sih, kedeketan anak kelas gue itu emang selalu bikin mereka yang punya do'i cemburu. Ini bukan pertama kalinya gue dicemburuin pacar orang. Mungkin Zia juga pernah ngalamin."

"Tentang apa?" Tanya Dean membuat Haidar mengerjap, bingung.

"Cemburu karena Zia lebih terbuka ke gue dibanding pacarnya sendiri?" Tebak Dean mengangkat sebelah alisnya.

Haidar jadi membelalak dengan wajah terkejut samar.

"Haidar, mungkin gue gak berhak ngomong gini apalagi guruin elo sementara gue sendiri jomblo. Tapi masalahnya, seorang pacar itu gak punya kewajiban ceritain semua masalah yang dia alamin ke pacarnya. Itu udah jadi privasi dia. Gue pikir lo ngerti hal kayak gini. Zia cerita ke gue bukan berarti dia gak percaya sama lo." Tutur Dean membuat Haidar termenung.

"Gue tahu. Dari awal gue tahu tentang itu." Gumam Haidar.

Dia tahu bahwa Zia memang tidak mempunyai kewajiban untuk bercerita padanya. Saat itu, Haidar hanya kesal dan emosi semata.

Haidar ingin menjadi sandaran Zia, tanpa Haidar sadari, Zia itu selalu bersandar padanya, menjadikannya tempat ternyaman untuk berisitirahat dari masalah peliknya dunia meskipun tanpa bercerita sekalipun.

Dan Haidar baru menyadarinya akhir-akhir ini.

Dia jadi menyesal telah marah kepada Zia hari itu.

Masalah pengertian juga, sebenarnya bukan suatu yang sulit. Keduanya tengah kalut saat mereka bertemu terakhir kalinya, wajar saja jika Haidar maupun Zia merasa tidak ada yang mengerti satu sama lain karena waktu itu baik Haidar ataupun Zia memang sedang tidak ingin di posisi mengerti orang lain.

Saat masalah terjadi, tanpa sadar diri hanya ingin berada di posisi dimengerti.

Maka dari itu Haidar mengajak break. Saat Zia mengatakan lelah dan mempertanyakan hubungan mereka untuk apa dilanjutkan, saat itu sebenernya Haidar takut.

Takut kata putus keluar dari bibir Zia.

Haidar tidak menginginkannya.

Maka dari itu dia mengajak break karena keduanya butuh waktu sendiri untuk menjernihkan pikiran.

H&Z [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang