34. Kiss (2)

37.4K 1.3K 13
                                    

Zia membelalak dengan jantung berdebar kencang saat Haidar menarik rahangnya mendekat dan kembali menyatukan bibir mereka.

Kali ini pikiran Zia yang kosong, dia mematung sampai badannya merinding ketika bibir Haidar tidak lagi diam, tapi bergerak memagut bibirnya. Badan Zia panas, jantungnya berdebar kencang sampai Zia baru bisa bernapas setelah Haidar menjauhkan wajahnya.

Sontak tubuh Zia ambruk dan gemetar.

Gila!

Itu ciuman pertamanya dan lebih gilanya bukan hanya sekedar menempel saja!!

Pikiran Zia berputar dengan jantungnya yang berdebar sampai terasa sakit saking cepatnya. Wajahnya memerah dan Zia malu, dia tidak sanggup mengangkat wajahnya hanya sekedar untuk menatap bagaimana ekspresi wajah Haidar saat ini.

Berbagai pertanyaan bercokol di pikirannya tapi tetap saja otaknya tidak bisa melepaskan pikiran tentang ciuman barusan.

"Gue---,"

"Kayaknya gue harus pulang, deh." Ujar Zia cepat beranjak dengan tungkai yang lemas.

Dia mengambil ponselnya dan berlari keluar rumah Haidar.

Tidak berbeda dengan Zia, jantung Haidar juga tidak baik-baik saja saat ini. Haidar menutup wajahnya dengan satu tangan untuk menutupi pipinya yang juga memerah.

"Gila." Gumamnya pelan.

**

"Begadang, kak?" Tanya Ibunya saat melihat Zia turun dari lantai dua dengan kantong mata yang terlihat jelas.

Zia hanya mengangguk sebelum memakai sepatu dan menyampirkan tas tripod dan tas sekolahnya.

"Kak, buat uang jajan--,"

"Gapapa, yang kemarin masih ada sisa, kok." Zia memotong ucapan ibunya sebelum pamit.

Langkah Zia pelan, dia menghela napas sebelum mengalihkan wajah dengan cepat ketika melihat rumah Haidar. Tiba-tiba jantungnya kembali berdebar, bahkan Zia tidak bisa tidur semalaman gara-gara kejadian kemarin.

Zomblo dari lahir sepertinya sulit mencerna apa yang sebenarnya terjadi kemarin.

Dan lagi dia tidak bisa tenang karena jantungnya selalu berdugem setiap kejadian itu terlintas di otaknya.

"Zia, berangkat sekolah?"

Zia mendongkak dan tersenyum mendapati Evalin berada di halaman rumahnya, selesai memanaskan mobil.

"Iya. Kapan lo ke sini, Kak? Gue pikir elo ada di kosan?" Tanya Zia.

"Gue malem kesini karena ada barang gue yang ketinggalan. Karena udah malem banget jadinya nginep aja sehari. Sekarang mau balik lagi ke kosan." Ujar Evalin membuat Zia mengangguk kecil.

"Lo jalan kaki? Mau gue anterin? Apa mau bareng sama Haidar naik grab?  Kayaknya dia belum berangkat." Evalin menawarkan membuat Zia melotot.

"Nggak kak! Hahaha, gue sengaja berangkat pagi karena mau jalan kaki sampai depan perumahan. Gue bisa naik angkot kalau udah di depan." Jawab Zia menggaruk belakang kepalanya canggung.

"Oh gitu. Rajin banget, beda banget sama Haidar. Kayaknya dia belum bangun, kata nyokap Haidar begadang semalaman. Gak tahu kenapa, deh?" Ujar Evalin menggeleng pelan membuat Zia mematung.

Zia meneguk ludahnya sebelum pamit dan berjalan dengan cepat meninggalkan kawasan rumah Haidar. Jantungnya sudah tidak karuan, ada yang tidak beres dengan jantungnya setelah kejadia itu.

Dan lagi apa-apaan Haidar yang begadang?

Kenapa dia tidak bisa tidur? Kenapa?

Apa Haidar juga tidak bisa tidur karena ciuman itu?

H&Z [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang