Zia mengernyit kepada ponsel yang menempel di telinga tatkala Haidar tidak kunjung mengangkat teleponnya. Tangan Zia bergerak membuka pintu pagar rumah Haidar sebelum melangkah masuk ke halaman sambil mencoba menghubungi pemilik rumah.
Tangannya terjulur mengetuk pintu rumah dan menekan bel secara bergantian sebelum menghembuskan napas kasar.
"Hai, gue ijin masuk ya?" Ujar Zia membuka pintu rumah sebelum masuk ke dalam.
Sebenarnya Zia berani seperti ini karena sebelumnya melihat Steffi keluar rumah dengan mobilnya membuat Zia tahu bahwa kini hanya ada Haidar seorang di rumah.
Zia berjalan lurus menuju tangga dan mengetuk pintu kamar Haidar sesampainya di sana, namun tidak kunjung mendapat jawaban juga membuat Zia meneguk ludah sebelum meraih handle pintunya.
"Hai, gue ijin masuk rumah sama kamar lo, ya? Gue gak akan maling kok, habisnya lo gak bukain pintu daritadi anjir!" Tutur Zia sebelum membuka pintu secara perlahan.
Hal yang pertama Zia lihat adalah punggung Haidar yang terbaring di ranjang dengan posisi kaki terjulur ke bawah. Zia melangkah masuk sebelum nengerjap dengan bibir terbuka kecil tatkala melihat banyak buku, kertas dan alat tulis berserakan di atas ranjangnya.
Zia jadi menoleh ke meja belajar Haidar dan menemukan benda serupa.
Hembusan napas kasar keluar dari bibir Zia sebelum mendekat ke pinggir ranjang, berhenti dengan jarak lumayan jauh dari kaki Haidar sebelum menatap wajahnya dengan lekat.
Zia jadi menyimpan kresek putih yang dia bawa ke lantai sebelum ikut berbaring di sebelah Haidar dengan jarak lumayan jauh karena punggung Zia berada satu jengkal dari tepi ranjang.
Zia melipat tangan sebelum menempelkan sebelah pipinya ke sana, berbaring menghadap Haidar yang terpejam dengan napas teratur, kacamatanya tersimpan di atas tumpukan kertas dengan kaos putih dan celana hitam melekat di tubuhnya.
Cahaya matahari dari arah belakang Zia menerpa wajah Haidar langsung membuat kulit putihnya bersinar bening. Zia sampai meneguk ludah dengan netra berbinar, menatap Haidar dalam diam selama beberapa menit.
Perasaan bersalah muncul ke permukaan hatinya, seharusnya Zia tidak mengiyakan ajakan date kemarin jika setelahnya Haidar akan belajar sekeras ini, bahkan Zia dapat melihat kantung matanya yang agak samar.
Memang kemungkinan besar Haidar tetap belajar keras karena besok senin adalah hari pertama Ujian Sekolah, namun tetap saja, Zia merasa bersalah membiarkan Haidar menyetir berjam-jam sampai kelelahan.
Netra Zia mengerjap sebelum jarinya terjulur untuk menyentuh ringan pipi Haidar dengan netra berbinar.
Andai saja Haidar tahu bahwa Zia menyukainya jauh sebelum Haidar menyadarinya.
Zia menyukainya sejak lama, mungkin setelah dia masuk ke SMP.
Andai saja Haidar tahu bahwa sebenarnya, Zia tidak pernah ingin hubungan mereka merenggang meskipun sudah masuk SMP maupun SMA.
Andai saja Haidar tahu bahwa selama dia mengalami gugup atau takut, alasan dia menggenggam liontin kalung pemberian Haidar karena Zia merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja jika mengingat Haidar.
Zia ingin sekali mendekat, mendekap Haidar namun bebannya menahan tubuh Zia dari belakang.
Beban yang mengatakan bahwa Tante Steffi jelas tidak menyukainya.
Zia ingin menerobos namun kenyataan tentang keluarganya jelas sangat menamparnya.
Maka dari itu, Zia benar-benar berharap bahwa Haidar akan melangkah padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
H&Z [SEGERA TERBIT]
Teen FictionDemi menjadi seleb Tiktok, Zia nekat mencium Haidar, cowok datar plus dingin yang tetangga dan mantan sahabat masa kecilnya untuk dijadikan konten Tiktok yang ia buat. Sudah berekspektasi akan kena marah dan tatapan tajam yang sedingin es dari Haida...