Sekujur tubuhnya basah di bawah guyuran hujan deras namun tidak dia pedulikan. Langkah kakinya terseok, lututnya terasa lemas namun dia tetap memaksakan kakinya bergerak membelah jalanan becek untuk segera sampai ke tempat tujuannya.
Sepatunya basah kuyup dan kaos kaki putihnya kotor. Jemarinya yang keriput karena kedinginan menggapai pagar rumah Haidar sebelum mencekalnya.
Zia langsung kemari dengan grab tatkala Haidar pergi meninggalkannya dan dia meninggalkan Lena pula.
Zia mencoba membuka pagar namun terkunci membuat hatinya mencelos, padahal pagar rumah Haidar tidak pernah dikunci sebelumnya.
"Haidar! Haidar!" Teriak Zia sambil mengguncang pagar sebelum merogoh saku rok.
Mengambil ponselnya dengan tangan bergetar kedinginan namun dia abaikan, mencoba mencari kontak Haidar dan menghubunginya, Zia tidak peduli meskipun ponsel murahnya rusak dan dia tetap mencoba menelpon lebih dari dua kali meskipun dalam hatinya Zia tahu betul bahwa Haidar tidak akan mengangkatnya.
Zia meneguk ludah dengan ponsel yang menempel pada telinga, bibirnya bergetar dengan air mata yang terus turun tanpa bisa Zia cegah.
"Haidar, please." Gumam Zia lemah dan gusar di saat bersamaan.
Zia terus menghubungi nomor Haidar, tidak cukup sampai disitu, Zia juga meneriakan nama Haidar dengan keras, berharap suaranya dapat mengalahkan hujan deras.
Bibir Zia yang bergetar jadi tidak bisa menahan isakan sebelum tungkai Zia lemas dan badannya ambruk di depan pagar dengan ponsel yang tergeletak di samping sepatunya.
Zia menyerukan wajahnya ke kedua telapak tangan sebelum menangis sesenggukan di sana.
H&Z
Tok!
Tok!
"WOY, HAIDAR! LO MOLOR?! ITU ZIA DI DEPAN PAGER HUJAN-HUJANAN ANJIR!" Teriak Evaline sambil menggedor pintu Haidar dengan keras, hampir sepuluh menit namun pemilik kamar tidak terganggu sama sekali.
Evaline jadi mendesah kasar sebelum menyugar rambutnya sendiri, "Dia kenapa lagi, sih?"
Evaline baru saja bangun, niatnya hanya mampir ke rumah sebentar namun dia malah ketiduran dan tidak di sangka-sangka saat bangun, Evaline melihat Zia yang hujan-hujanan di depan pagar rumahnya sambil memanggil nama Haidar.
Buset sih.
Evaline merasa ketinggalan berita karena mendapati adiknya dan Zia tiba-tiba seperti ini.
Pasti ada masalah.
Evaline jadi beranjak, mengambil payung dan membuka pintu depan sebelum mengambil langkah lebar untuk menghampiri Zia.
"Zia! Astaga! Lo udah berapa jam di sini?!" Tanya Evaline membelalak setelah membuka pagar.
Zia jadi mendongkak sebelum pupilnya melebar menatap Evaline, Zia sontak beranjak berdiri dan menggenggam lengan Evaline.
"Kak, Haidarnya ada di dalem, kan? Please, sebentar aja ... gue mau ngomong sama Haidar. Tolong panggilin dia, gue cuman mau jelasin semuanya." Tutur Zia dengan isak tangis membuat Evaline gelagapan.
"Astaga, sebenarnya kalian itu kenapa?" Tanya Evaline sebelum mengusap pipi Zia yang basah dan membersihkan lutut dan sikunya yang kotor.
"Haidar gak mau keluar dari kamar. Lo tahu kan tabiat dia gimana kalau udah marah? Mending cari waktu lain aja, ya? Jangan sampai elo sakit karena nungguin Haidar yang gak akan keluar sama sekali. Elo juga masih Ujian Sekolah kan, besok?" Tanya Evaline dengan nada lembut membuat Zia menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
H&Z [SEGERA TERBIT]
Fiksi RemajaDemi menjadi seleb Tiktok, Zia nekat mencium Haidar, cowok datar plus dingin yang tetangga dan mantan sahabat masa kecilnya untuk dijadikan konten Tiktok yang ia buat. Sudah berekspektasi akan kena marah dan tatapan tajam yang sedingin es dari Haida...