25. Haidar dan nasi goreng

22.9K 1.3K 16
                                    

Suara saklar lampu di tekan membuat jam dinding terlihat menunjukan pukul lima pagi, suara pintu kulkas dibuka, udara dingin yang keluar dari kulkas membuat Zia meringis sebelum mengeluarkan bahan makanan dari dalam kulkas dan memindahkannya ke meja makan untuk di eksekusi.

Suara bawang dan sayur yang dipotong di atas talenan terdengar asing di telinga Ibu Zia yang baru bangun dari tidur dan ingin beranjak ke toilet.

Zia mengernyit dan meringis ketika bau bawang menusuk hidungnya namun dia tetap melanjutkan.

"Tumben masak. Mau sarapan, Kak? Biasanya gak mau." Tanya Ibunya setelah keluar dari toilet dan duduk di meja makan, sebrang Zia.

"Buat dibawa ke sekolah." Jawab Zia menoleh kecil.

Ibu Zia mengerjapkan netra, mencoba bangun sepenuhnya sebelum mengikat rambutnya yang kusut. Netranya melirik ke tumpukan kotak bening berisi Milkbath yang dibawa pulang Zia kemarin.

"Tapi Milkbath ini enak banget, Kak. Temen kamu baik banget ngasih banyak banget sampai sepuluh kotak. Siapa nama yang ngasih itu ... Ezra, kan? Dalam rangka apa dia ngasih kamu barang jualannya?" Tanya Ibu Zia menarik satu kotak dan membukanya setelah minum segelas air.

"Aku juga gak tahu. Aneh, banget malah. Aku udah nanya, cuman dia jawabnya gak jelas gitu. Katanya Milkbath ini udah ada yang bayarin buat Zia. Yaudahlah, mau nolak juga gak mau, hahah. Udah lama aku mau makan Milkbathnya soalnya kalau beli susah, harus nunggu open pre-order dulu." Jawab Zia sebelum membawa bahan masakannya ke kompor.

"Hm? Apa mungkin yang bayarinnya sebenarnya cinta diam-diam gitu sama kamu, Kak?" Tanya Ibunya tersenyum kecil.

Zia tertawa dibalik kompor tanpa menoleh.

Setelah beberapa menit berkutat dengan wajan, nasi goreng buatannya sudah matang dan sudah di sajikan ke dalam Tupperware.

Ini bukan pertama kalinya Zia memasak nasi goreng, namun dia bukan tipe anak gadis yang akrab dengan dapur.

Hanya kadang-kadang.

Zia menyunggingkan senyum menatap Tupperwarenya, ia akan memberikan bekal ini pada Haidar, sebagai rasa terimakasih meskipun tidak seberapa. Tapi Zia membuatnya dengan hati dan effort yang besar.

Zia rela bangun pagi dan berkutat dengan bawang merah yang membuatnya ingin menangis padahal dia tidak sedih.

Padahal Zia jarang bangun pagi. Sarapan saja dia jarang.

Netranya melirik jam dinding sebelum membelalak karena waktu sudah semakin siang. Dia tidak menyadarinya. Zia dengan cepat berlari untuk mandi dan bersiap-siap pergi sekolah.

Pintu depan rumahnya terbuka keras, Zia menaikan belakang sepatunya kemudian memakai almamaternya sambil berjalan cepat ke depan halaman rumah dimana motor maticnya sudah terparkir di pinggir jalan.

Setelah menstater, motor Zia melaju pergi meninggalkan halaman rumah.

Gadis cantik yang menenteng keresek bening berisi sterofom bubur ayam yang baru saja dia beli jadi melirik pada Zia yang melaju ke arah yang berlawanan dengannya. Eva melambaikan tangan saat Zia menyapanya dengan ceria sampai netranya melirik pada liontin kalung Zia.

Sebelah alis Eva terangkat, dia jadi mengerjap, merasa liontin kalung Zia tidak asing di ingatannya. Eva jadi mengerjap sambil menjentikan jari ketika mengingat sesuatu.

H&Z [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang