40. Haidar dan perasaannya

19.4K 1.1K 55
                                    

Haidar memperbaiki letak headphone di telinganya sebelum melangkah menuruni tangga dengan sebelah pundak menggendong tas. Langkah Haidar terhenti di koridor sekolah tatkala netranya menangkap ribuan tetesan hujan mengguyur lapangan dengan deras.

Haidar tidak menyadari hujan turun karena pendengarannya teredam musik. Tangan Haidar bergerak menurunkan headphone dan membiarkannya bertengger di leher.

Suara derasnya hujan memenuhi pendegarannya. Netranya mengerjap perlahan, menatap lekat pada setiap rintik hujan yang turun sebelum sudut bibirnya tertarik samar ketika kenangan masa lalu melintas dalam benaknya.

Saat itu dirinya masih kelas enam SD, sendirian di depan mini market karena terjebak hujan.

Tubuh Haidar bergidik kedinginan sebelum memeluk dirinya sendiri. Mendongkak menatap pada langit mendung dan hujan deras yang bunyinya cukup kasar di pendengaran.

"Apa terobos aja, ya?" Gumam Haidar namun urung ketika membayangkan Ibunya berubah menjadi monster bawel yang mengomeli baju basahnya.

"Loh ... Hai?"

Haidar menoleh mendapati perempuan berambut panjang sepunggung keluar dari pintu mini market sembari memegang plastik berisi jas hujan yang terlipat rapih.

"Kejebak hujan juga? Beli jas hujan sana, biar kita pulangnya bareng." Titah Zia setelah berada di samping Haidar.

"Jas hujan tipis kayak gini murah, kok." Ujar Zia lagi tatkala Haidar hanya diam di tempat.

"Lagi gak bawa uang." Tukas Haidar mengedikan bahunya membuat perempuan itu menatap lama sebelum memberikan jas hujannya pada Haidar.

"Yaudah, pake yang itu aja! Aku bisa beli lagi. Sebentar ya!" Ujar Zia sebelum kembali masuk ke mini market meninggalkan Haidar yang melongo.

Zia kembali dengan jas hujan yang sama sebelum membuka dan memakainya.

"Cepet pake, bengong mulu!" Titah Zia mencebik kesal membuat Haidar gelagapan sebelum memakai jas hujannya.

Haidar memperbaiki penutup kepalanya sebelum tersentak tatkala Zia meraih sebelah telapak tangannya sambil menyunggingkan senyuman di bawah rintikan hujan membuat Haidar terpekur.

Haidar tersentak tatkala tangannya di tarik dan digenggam sepanjang perjalanan pulang dengan Zia yang tidak mau diam. Berlarian ke sana kemari sampai menari-nari di bawah guyuran hujan dengan tangan yang tidak melepaskan genggamannya pada Haidar.

"Ck, lo gak cocok sama vibe cowok-cowok estetik yang berdiri mandangin hujan, Hai."

Haidar mengerjap sebelum menoleh malas pada Rizal yang sudah berdiri di sebelahnya sambil menepuk sebelah pundak Haidar.

"Kenapa lo ke gedung Mipa?" Tanya Haidar jadi kembali memandang lurus ke depan.

Rizal menyingkirkan tangannya dari pundak Haidar sebelum memasukan kedua tangannya ke saku, ikut menatap lurus pada hujan yang mengguyur lapangan.

"Ada urusan sama temen sekelas cewek lo." Jawab Rizal menyeringai membuat Haidar menoleh dengan kening mengernyit.

"Sebentar lagi lulus, udah dewasa, mau sampai kapan lo mainin cewek?" Cecar Haidar mendengus malas membuat Rizal mendelik.

"Cowok modelan gue gak ngejar, Hai. Kecuali sama Yuna." Tutur Rizal membuat Haidar menoleh sepenuhnya, menatap lama dengan sebelah alis terangkat.

"Ck, adalah ... dia cewek spesial, eaa. Pokoknya nanti gue ceritain, mungkin." Jawab Rizal pelan membuat Haidar menggeleng pelan.

H&Z [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang