25

3.3K 311 5
                                        

Setelah adegan yang menyeret Valencia selesai, Sorazen bersama Vionel bergerak cepat untuk mengejar pelaku yang menembakkan anak panah itu. Suasana di istana masih stabil, tidak ada pejabat yang berkeliaran di istana. Sorazen tidak ingin menyampaikan pesan kepada mereka, pikirannya sekarang hanya tertuju untuk menemukan penjahat itu apapun yang terjadi.

Sekitar 30 pasukan elite kerajaan berbaris rapi di depan gerbang istana dengan menunggangi kuda yang di pimpin oleh Zavier bersama Edwin.

Sorazen bersama Vionel langsung memacu kudanya melewati barisan pasukan elite menuju jalan utama ke ibukota, setelah barisan terakhir di lewati kini semua memacu kudanya mengikuti Sorazen

Suara hentakan derap langkah kuda yang terdengar seperti gemuruh mengalihkan pandangan seluruh penduduk di ibu kota yang sedang beraktivitas, ketika melihat siapa yang berada paling depan semua orang langsung menunduk memberi hormat, Sorazen memacu kudanya lurus ke depan dengan pandangan dingin tidak mempedulikan sekitarnya.

Pria itu menggunakan jubah hitam dengan setelan pakaian khusus, sebuah tongkat yang panjangnya sekitar 40cm dengan ukiran naga emas di sisinya dan cakar tiga di ujungnya di genggam di tangan kirinya, itu adalah tongkat kekuasaan turun temurun milik raja Tyndomére, benda itu bukanlah tongkat biasa melainkan sebuah pedang dengan bilah tipis yang mampu menghancurkan apapun, pedang itu terbuat dari mineral terdalam bumi yang telah menyerap panas berjuta-juta tahun dengan di padukan dari batu meteor dan sisik naga yang di temukan oleh raja Tyndomére I

Di sebelahnya Vionel Dhaupin menggunakan jubah yang sama tetapi kerahnya berisi lencana yang bergambar naga dan pedang kembar tersilang menunjukkan identitasnya, sebuah pedang tersemat di pinggangnya. Sudah lama Vionel tidak menggunakan jubahnya yang memperlihatkan identitas aslinya, tapi hari ini karena Sorazen Tyndomére dirinya kembali menyematkan lencana itu.

Di belakangnya ada Edwin dan Zavier yang menggunakan jubah hitam dan armor diikuti oleh 30 pasukan elite kerajaan, pasukan elite kerajaan dapat di bedakan dari pakaiannya yang menggunakan pakaian khusus berwarna hitam dan emas, pasukan ini memiliki kemampuan tempur di atas rata-rata lebih baik dari kesatria kerajaan dan prajurit biasa

Melihat gerombolan yang melintas di tengah ibu kota semua orang tidak bisa tidak menduga jika terjadi sesuatu yang mendesak hingga raja sendiri yang turun tangan, tapi mengingat insiden yang terjadi kemarin malam semua orang mengerti sekarang.

Ketika tiba di perbatasan ibu kota menuju hutan Ryön, Vionel membagi pasukan untuk mengambil jalur yang berbeda 20 pasukan di bagi ke selatan yang di pimpin oleh Zavier untuk melewati jalan utama, sedangkan dirinya bersama Sorazen dan Edwin beserta 10 pasukan lagi menuju tengah hutan Ryön, dengan pembagian itu Zavier membantah karena seharusnya lebih banyak pasukan yang bersama raja untuk melindungi keselamatannya di tengah hutan Ryön karena tidak ada yang tahu pasti keadaannya. Tapi Sorazen menolak, untuknya bersama Vionel dan Edwin itu sudah cukup, Vionel Dhaupin menguasai medan hutan Ryön dengan baik.

Di tengah hutan Ryön di perbatasan menuju utara Vionel dan Sorazen tiba-tiba menghentikan kudanya
Mata emasnya berkilau menelisik sekelilingnya
Vionel mengangkat tangannya mengintruksikan kepada pasukan di belakangnya untuk diam

"Tahan.." ucap Vionel kepada Edwin yang sudah menarik busur panah

Mata Sorazen berkilat tajam saat suara anak panah yang membelah angin menuju kearahnya, pria itu langsung menepis anak panah itu dengan tongkatnya, dengan cekatan Edwin langsung melesatkan anak panah ke atas pohon di depannya.

Seorang pria yang berpakaian hitam dengan kain yang menutupi setengah wajahnya langsung melompat dari atas pohon, pria itu langsung berlari kencang menuju sisi timur

"Kejar!... " Teriak Sorazen

Sepuluh pasukan langsung memacu kudanya cepat melewati Sorazen untuk mengepung pria itu.

Tyndomére EclipseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang