46

2K 232 6
                                    

Saat Valencia sadar dirinya sudah berada di kamarnya, ia merasakan tangan itu masih melingkari pinggangnya. Valencia melihat ke sebelahnya, ia mendapati Sorazen tengah tertidur dengan damai. Dirinya tidak bisa mengingat apa yang terjadi kemarin malam saat berada di bawah menara, bagaimana ia bisa berakhir di kamarnya bersama pria ini. Valencia menggeser tubuhnya hendak bangun tapi tangan itu kembali menahannya.

"Aku tidak mengijinkanmu bangun" suara itu terdengar serak, perlahan kelopak mata itu terbuka menampilkan mata emas yang berkilau cerah.

Sorazen menarik kembali tubuh Valencia membawanya ke dalam pelukannya

"Yang Mulia" ucap Valencia dengan gugup ia meletakkan tangannya di dada pria itu menahan tubuhnya agar tidak menempel dengan pria itu.
Sorazen menarik dagu Valencia mendongakkan wajahnya.

"Kau akan menjadi ratuku besok" bisik Sorazen di depan bibir Valencia, mata pria itu menatap bibir Valencia sebelum mengusapnya dengan ibu jarinya.

Valencia merasa aneh pada dirinya, saat pria ini menyentuhnya tubuhnya akan bereaksi berlebihan bahkan jantungnya terus berdetak kencang.

"Apa anda yakin Yang Mulia?" Tanya Valencia

"Kenapa aku tidak yakin?"

Benar, kenapa dia harus tidak yakin? Bukankah dia mendapatkan ratu yang tepat yaitu seorang penyihir yang mampu melindungi kerajaannya bahkan dirinya juga terhubung dengan pria itu, Valencia tidak bisa menghindari ini meskipun dirinya ingin.

"Tapi bagaimana dengan Vion?"

Sorazen menaikkan sebelah alisnya,
"Bagaimana dengan Vion?"

Valencia tidak mengerti yang ia pikirkan jika dirinya menjadi ratu bagaimana dengan Vion? Dirinya hanya ingin Vion yang selalu berada di sampingnya. "Dia tidak mengijinkanku"

"Aku tidak membutuhkan ijin darinya", setelah mengucapkan itu Sorazen menarik tengkuk Valencia memagut bibir wanita itu yang terlalu menggoda di depannya, sayang jika tidak di nikmati.

Valencia lambat bereaksi ketika pria itu dengan cepat sudah menempelkan bibirnya, ia merasakan gigitan kasar pada bibirnya.

"Ahh.. " ,Valencia berusaha mendorong Sorazen tapi kepalanya di tahan oleh tangan pria itu. Ingatan saat pria itu memenggal kepala orang lain membuat kaki Valencia langsung melemas.

"Cukup patuh untuk saat ini" bisik Sorazen, ia melepaskan ciumannya dan mengusap lembut bibir Valencia.

Setelah kepergian pria itu Valencia masih diam di atas tempat tidurnya ia merasa Sorazen mulai memperlihatkan bagaimana binatang buas yang berada dalam dirinya, dia mengingat bagaimana pria itu masih bersifat lembut meskipun Valencia tahu sejak awal itu adalah kamuflase.

"Selamat pagi nona" ucap Navia dan Mili bersamaan saat mereka baru saja masuk ke dalam kamarnya.

Mili tersenyum ketika melihat bibir nonanya membengkak, tadi saat ia hendak masuk ia melihat Rajanya baru saja keluar dari kamar Valencia. Mereka sudah mendengar jika besok adalah acara pengangkatan ratu tentu saja juga acara pernikahan Rajanya, bahkan saat ini mereka juga di perintahkan untuk melakukan ritual pemandian kepada Valencia.

"Mari nona kami bantu" ucap Navia yang di angguki oleh Valencia

Setelah ritual mandi itu selesai dalam waktu dua jam, kini Valencia berdiri di depan cermin ia berbalik untuk melihat bagaimana tatto itu terukir di punggungnya, itu hanya mencapai setengah punggung Valencia dengan ukiran seperti akar yang menjalar ke bawah hingga ke pinggangnya.

"Kenapa kalian tidak mengatakan jika aku memiliki tatto?" Tanya Valencia kepada Mili dan Navia.

Kedua wanita itu menatap satu sama lain, kenapa mereka harus mengatakan nonanya memiliki tatto?
"Saya mengira nona memang mengukirnya sendiri" jawab Navia

Tyndomére EclipseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang