Entah siapa yang melaporkan bahwa Valencia berada di kediaman Vionel Dhaupin. Saat ini terdengar keributan di lantai bawah bahkan matahari pun belum sepenuhnya muncul, karena keributan itu Valencia membuka matanya, Valencia terlonjak dari tempat tidurnya ketika pandangan pertama yang ia lihat adalah mata emas dengan pupil vertikal itu menatapnya tepat di depan wajahnya
"Yang Mulia" sapa Valencia ragu, karena terkejut ia merasakan lehernya sepertinya terpelintir.
Valencia melirik di sebelahnya yang ternyata sudah kosong, tidak ada Vionel disana
Apa pria itu tidak tidur bersamanya? Atau lebih dulu bangun karena tahu Sorazen datang?Ia ingat kemarin setelah pria itu menciumnya, pria itu memeluk tubuhnya hingga Valencia tertidur.
Mengingat ciuman itu pipi Valencia tiba-tiba merona, setelah sekian lama bersama Vionel dengan berani menciumnya."Apa yang anda lakukan disini Yang Mulia?" Tanya Valencia ketika melihat pria itu tersenyum licik, Valencia bahkan sempat melirik ke arah jendela yang belum di tembus cahaya
"Menjemput calon ratuku" ucap Sorazen dengan santainya
"Ini bahkan masih sangat pagi Yang Mulia"
"Tentu saja, aku ingin melihat calon ratuku berada di istana pagi ini"
Valencia menghembuskan nafasnya pelan rasanya ia seperti baru saja selesai berlari "Baiklah ayo kita kembali"
Valencia menurunkan kakinya dari atas ranjang, ia merasa keadaannya sudah lebih baik meskipun suhu tubuhnya masih sedingin salju, tapi itu tidak mengganggunya.
"Dimana vion?" Tanya Valencia ketika sudah berada di dalam kereta, ia tidak menyangka pria ini akan menggunakan kereta saat menjemputnya.
"Vion?" Sorazen menaikkan sebelah alisnya
Cih! Dia memanggil Dhaupin dengan sebutan seolah sepupunya itu masih kecil dan imut. Sorazen langsung melirik Valencia dengan sinis merasa kesal."Dimana dia?"
Semenjak bangun tadi Valencia tidak menemukan Vionel dimanapun bahkan ia juga belum sempat berpamitan dengan paman Braff."Dia sudah di istana" jawabnya dengan wajah datar, bahkan pria itu menatap lurus ke depan.
Kereta itu tidak terlalu besar tapi sangat tertutup dan cukup nyaman untuk di gunakan sepertinya di desain khusus untuk musim dingin, kereta itu memiliki sekat antara kusir dan penumpangnya, terdapat satu tempat duduk yang sangat empuk hanya dapat menampung dua orang saja, bahkan kereta itu juga di lengkapi dengan bantal.
"Kenapa Yang Mulia yang menjemputku? Aku bisa kembali dengan Vion"
Sorazen melirik Valencia sekilas sebelum menjawab wanita itu
"Pria itu terlalu lambat"Sebenarnya ia ingin mengatakan tidak ada yang bisa menjaminmu jika terus berdekatan dengan Vionel Dhaupin, Sorazen tidak akan sudi membiarkannya bersama terlalu lama.
Valencia hanya mengangguk saja, ia malas bertanya lagi.
Suasana hening itu membuat Valencia memejamkan matanya, tapi saat ia baru saja akan menuju alam mimpi Valencia merasakan ada yang menyentuh wajahnya, hanya sebentar karena tangan itu sudah di tarik kembali dengan cepat.Valencia membuka matanya, ia melihat kearah Sorazen yang kini juga menatapnya
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Sorazen saat melihat wanita itu juga menatapnya dengan tatapan bertanya
"Aku baik-baik saja, hanya tidak cocok dengan musim salju" sepertinya kata tidak cocok pantas untuk mengungkapkannya karena setiap musim salju ia akan merasakan seperti ini tapi tidak separah ini, biasanya hanya akan demam sekali saja selanjutnya akan seperti biasanya. Valencia juga merasa kondisinya lebih buruk karena sempat tenggelam ke dalam danau tapi ia tidak akan mengatakannya pada pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tyndomére Eclipse
FantasyKejadian yang bermula saat Valencia berusia 13 tahun dimana gadis kecil itu bisa mengendalikan angin bahkan dengan lambaian tangannya gadis itu bisa menciptakan badai. Tidak hanya itu Valencia bahkan bisa melihat masa depan seseorang yang berada di...