Di dalam goa yang tamaran dengan minim pencahayaan dari cahaya matahari, beberapa orang tampak berkumpul menggunakan jubah berwarna hitam. Mereka sama sekali tidak beranjak sejak kemarin malam.
Salah satu orang yang paling mendominasi disana kini tampak duduk tegak di kursinya, ia membuka topeng yang selama ini menutupi wajahnya, pria itu meletakkan topengnya di atas meja hingga menimbulkan suara dentingan yang mengalihkan perhatian semua orang. Pria itu memiliki rambut hitam dengan panjang mencapai bahu, mata birunya tampak bersinar di dalam ruang tamaran itu.
" Aku sudah memulainya, tinggal kalian yang melakukan sisanya " ucap pria bermata biru itu sambil mengetuk meja di depannya. Darah penyihir mengalir di dalam nadinya meskipun ayahnya tidak memiliki bakat sihir, tapi ayahnya tetap keturunan penyihir terakhir dari gunung Estróvia yang kini telah runtuh. Karena tidak memiliki bakat sihir ayahnya memilih tinggal di kerajaan Tyndomére tempat yang aman untuknya. Tidak ada yang tahu identitas aslinya
Salah satu pria yang memiliki rambut pirang yang di pangkas rapi kini menatap pria itu, ia memutar botol kaca yang sedari tadi ia pegang
" Pasukanku sudah siap "" Apa rencanamu? " Tanya pria bermata biru itu
" Aku akan memulainya dari wilayah selatan bersama adik raja Chlódyas "
Pria bermata biru itu mengerutkan keningnya, ia tidak tahu jika pria ini bekerja sama dengan adik raja Chlódyas. Yang ia tahu raja Chlódyas tidak akan ikut campur dalam urusan kerajaan lain.
" Jika aku menyerang langsung dari daratan bukankah aku harus menghadapi kerajaan Grécia lebih dulu? " Ucap pria berambut pirang itu " Ayahku tidak akan bernafas sebentar lagi " ucapnya sambil memutar botol kaca yang berisi cairan hijau di dalamnya
Pria bermata biru itu tertawa, ia melihat ambisi di mata pria itu. Cukup pintar untuk menyerang dari wilayah perairan jika tidak mau berurusan dengan kerajaan Grécia, karena jika mereka harus memasuki kerajaan Tyndomére mereka juga harus melewati kerajaan Grécia terlebih dulu. Tapi pria itu cukup bodoh karena tidak tahu siapa lawan mereka jika dirinya tidak membantu mungkin saja pangeran ini tidak akan bisa menguasai Tyndomére. Alasan dirinya mau membantu sebenarnya ia hanya ingin balas dendam atas kematian ibunya.
" Jangan lupakan kerajaan Amaéris yang bisa saja membantunya " ucap salah satu pria yang duduk disana
" Tenang saja aku sudah menyiapkan semuanya, bukankah aku memiliki banyak tikus di kerajaan Tyndomére? Dan jangan lupakan ayahmu Ken " ucap pria berambut pirang itu sambil tersenyum
Pria bermata biru itu menarik sudut bibirnya, tapi kemudian ia beralih terdiam ketika mengingat ada satu penyihir yang menghalangi jalannya.
" Aku akan menghancurkan mereka " ucapnya, pria itu menjentikkan jarinya, seketika ruangan itu langsung bercahaya. Pria itu langsung berdiri berjalan keluar dari goa itu, ketika melihat cahaya matahari ia menutup matanya merasakan kehangatan yang menerpa kulitnya.
" Ken__ " panggilan itu membuatnya membuka mata, seorang pria yang bertubuh besar menghampirinya
" ayahmu mengirim surat " ucap pria itu langsung menyerahkan surat yang di bawanyaPria yang di panggil Ken itu langsung menerimanya, ia tersenyum ketika membaca isi surat itu dimana ayahnya memperingatinya untuk bertindak hati-hati. Setelah membacanya pria itu meremas kertas itu dan sebuah api muncul di tangannya membakar kertas itu yang berada di tangannya.
"Aku tidak akan melepaskannya " ucapnya, matanya melihat nyalang ke arah reruntuhan bangunan yang telah lama hancur
****
Ruang pribadi Sorazen saat ini di lingkupi atmosfer yang cukup tegang saat Vionel Dhaupin menyampaikan apa yang dirinya lihat. Di tambah dengan ucapan Edwin yang membenarkan jika banyak pasukan yang telah bergerak melintasi perbatasan Grécia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tyndomére Eclipse
FantasyKejadian yang bermula saat Valencia berusia 13 tahun dimana gadis kecil itu bisa mengendalikan angin bahkan dengan lambaian tangannya gadis itu bisa menciptakan badai. Tidak hanya itu Valencia bahkan bisa melihat masa depan seseorang yang berada di...