Vionel Dhaupin menyipitkan matanya ketika melihat Sorazen dan Valencia datang bersisian menuju ruang makan. Sedangkan Edwin pura-pura tidak melihat kedatangan mereka yang tampak seperti raja dan ratu yang baru saja berbulan madu.
Melihat dua orang yang sudah duduk disana tidak berniat berdiri menyambutnya Sorazen mendengus kesal, pria itu langsung berjalan menuju kursinya yang berada di ujung. Sorazen merasa Edwin juga tiba-tiba berubah dan tidak tahu sopan santun untuk menyapanya semenjak Vionel Dhaupin tinggal di istana.
"Valencia" sapa Vionel, ia langsung berdiri menarik kursi di sebelahnya dan mendudukkan wanita itu di sana
"Kau menyapa Valencia tapi lupa menyapa rajamu" cibir Sorazen yang melihat ketidak adilan Vionel, sedangkan Vionel yang mendengar itu hanya meliriknya dengan sinis
"Selamat pagi Vion" sapa Valencia dengan senyumnya, ia mengabaikan Sorazen di ujung sana, ia merasa senang melihat pria ini juga makan bersamanya
"Bagaimana tidurmu?" Tanya Vionel kepada Valencia, karena ini kali pertama untuk wanita itu makan bersama
"Tentu saja nyenyak, dia tidur bersamaku"
Itu adalah suara Sorazen yang menjawab dengan cepat tidak membiarkan Valencia yang menjawabnya
Mendengar itu Vionel hampir saja menjatuhkan potongan roti yang akan ia berikan kepada Valencia, sedangkan di seberang sana Edwin hampir saja menyemburkan air yang baru saja ia minum, hanya saja pria itu sudah tersedak lebih dulu
"Itu.... " Valencia melirik ke arah Sorazen dengan tatapan permusuhan, ia beralih menatap Vionel yang berada di sebelahnya dengan hati-hati "Itu tidak benar"
Sebenarnya Valencia juga tidak yakin, ketika ia terbangun tadi pagi, ia sudah berada di kamarnya tanpa pria itu berada disebelahnya, hanya ketika ia sudah selesai di mandikan, Mili mengatakan bahwa Sorazen menunggunya di depan kamar.
"Tidak benar? Lalu kegiatan di kamarku kemarin malam kau sebut apa?" Tanya Sorazen dengan ekspresi seperti baru saja di rugikan
Iblis sialan!
Valencia menggigit bibirnya agar tidak mengutuk pria sialan yang menjadi raja. Suasana ruang makan tampak canggung sekarang ketika mendengar perkataan yang tidak tahu malu itu.
Vionel masih setia memandang Valencia, tidak berminat memandang makanan lezat yang terhidang di depannya, hanya Edwin yang makan dengan tenang dan Sorazen yang makan dengan santai sambil tersenyum licik, sepertinya pria itu memang sengaja ingin memprovokasi Vionel
"Anda tahu tidak ada apapun di antara kita kemarin malam Yang Mulia" Valencia melihat kearah makanan yang tersaji di depannya tampak lebih menggoda daripada wajah Sorazen "Jadi apa aku bisa makan sekarang?"
"Silahkan, tidak ada yang melarangmu" jawab Vionel sambil mendekatkan beberapa makanan untuk Valencia. Pria itu mengabaikan ucapan yang di lontarkan oleh Sorazen tadi
Ketika Valencia menyampingkan helaian rambut yang menutupi bahunya,hingga hampir menyentuh makanannya, Vionel tanpa sengaja menoleh ke arah sana, ia melihat tanda yang berwarna merah hampir keunguan membekas di leher Valencia
Sialan!
Vionel mengepalkan tangannya, ia beralih menatap Sorazen dengan tatapan tajam, tapi pria itu dengan santainya masih makan dengan tenang tapi sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman licik yang menyiratkan kemenangan.
Vionel menghembuskan nafasnya kasar melepas emosinya yang ingin menghancurkan meja makan.
Seharusnya dirinya dari dulu mengajak Valencia pergi tidak membiarkannya tinggal di istana, ia merutuki dirinya yang menerima kerjasama sepupunya yang licik ini, lebih baik ia tidak mendapatkan gelarnya kembali dan hidup tenang di dalam hutan bersama Valencia seperti sebelumnya. Tapi siapa yang harus di salahkan? Jika ia menolak seperti sebelumnya, Sorazen di atas segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tyndomére Eclipse
FantasyKejadian yang bermula saat Valencia berusia 13 tahun dimana gadis kecil itu bisa mengendalikan angin bahkan dengan lambaian tangannya gadis itu bisa menciptakan badai. Tidak hanya itu Valencia bahkan bisa melihat masa depan seseorang yang berada di...