45

2.1K 226 0
                                    

Pagi itu setelah pertemuan dengan pejabat istana yang membahas pengangkatan ratu yang akan segera di laksanakan besok lusa di aula istana atas usulan Perdana Menteri Wilton, Sorazen langsung  setuju

Meskipun sempat berdebat dengan pejabat yang lain karena wanita itu tidak pasti, entah mereka ingin mengusulkan putrinya sebagai calon ratu agar dapat memonopoli kekuasaan atau bertujuan baik ingin benar-benar kerajaan ini memiliki ratu dan penerus tahta selanjutnya Sorazen tidak peduli. Tapi pada akhirnya mereka setuju setelah Sorazen mengatakan dengan jujur bahwa calon ratunya adalah penyihir tidak ada yang berani menentang keputusan Rajanya.

Setelah urusannya dengan pejabat istana, Sorazen kembali ke dalam ruang kerja pribadinya, ia membaca semua laporan yang di berikan pejabat istana, akhir-akhir ini tidak ada kekacauan lagi yang terjadi atau hal mencurigakan. Edwin sangat bekerja keras menekan semua mata-mata yang ia punya untuk menyelidiki semua hal. Sorazen belum sempat berbicara dengan Vionel Dhaupin untuk membahas wilayah selatan.

Saat ini Duke Geoffrey tidak memiliki fondasi yang cukup kuat. Salah satu kakinya cukup goyah karena Dimitri beralih pada pemerintahan Vionel Dhaupin meskipun pria itu memiliki nama belakang yang sama yaitu Tórez tapi itu tidak menjamin kesetiaan, siapa yang memiliki pengaruh lebih besar maka itu yang akan di jilati oleh pejabat istana demi posisinya tetap aman. Beberapa rakyat pun yang berada di wilayah selatan kini mulai memberontak saat mengetahui Vionel Dhaupin yang memegang segel resmi, mereka ingin pewaris sah yang memimpin kembali wilayah mereka.

Akhir-akhir ini Sorazen juga tahu bahwa pemerintahan Duke Geoffrey di wilayah selatan tidak membawa kestabilan dan kesejahteraan rakyat. Pria itu terlalu fokus mempertahankan posisinya dan menutupi apa yang sebenarnya ada di balik kastilnya. Bahkan saat ini Sorazen juga tahu ternyata tentara yang berada di wilayah Dorven adalah tentara bayarannya. Sorazen tidak bisa menjamin seberapa banyak tentara yang sudah di sabotase oleh pria itu untuk mempertahankan posisinya.

Sorazen berhenti pada lembaran surat terakhir ketika ia selesai membaca, tidak ada yang tahu kenapa pria itu tiba-tiba tertawa hingga Lidwin yang mendampingi pria itu kini tidak bisa tidak bertanya-tanya, setelah sekian lama Lidwin kembali melihat Rajanya tertawa.

"Apa ini sebuah lelucon?" Ucap Sorazen sambil membalikkan kertas itu ia tidak berhenti tertawa

"Ada apa Yang Mulia?" Lidwin merasa was-was ketika melihat rajanya itu tertawa, ia takut karena dirinya lah yang memberikan surat-surat itu.

"Baron Douger mengajukan lamaran pernikahan putrinya kepada Dhaupin" Sorazen masih tertawa ia tidak bisa membayangkan jika Vionel Dhaupin di lamar oleh wanita secara terang-terangan. "Apa aku juga harus mengatur pernikahan Dhaupin?" Sorazen menyeringai, ia berpikir sepertinya itu bisa di lakukan untuk menjauhkan Valencia dengan Dhaupin.

"Yang Mulia" ucap Edwin yang baru saja masuk mengalihkan perhatian Sorazen, pria itu menaikkan alisnya menunggu Edwin melanjutkan kata-katanya.

"Seseorang berhasil menerobos pertahanan istana"

Sorazen mengernyit, bukankah saat ini kerajaannya dalam perlindungan pertahanan yang cukup kuat karena pelatihan militer di lakukan di istana? Sorazen merasa ada sesuatu yang salah.

"Dimana Dhaupin?"

"Dia meninggalkan istana satu jam yang lalu" ucap Edwin

Sorazen langsung berdiri
"Dimana orang itu?"

"Di tempat pelatihan di tahan oleh Marquese Ares"

Sorazen tidak tahu apa alasan Vionel meninggalkan istana saat pelatihan berlangsung,  jika di hubungkan kemungkinan seseorang yang menyusup itu mengetahui kepalanya tidak berada di istana dan memilih menggunakan kesempatan itu tapi orang itu sangat bodoh karena memasuki kandang serigala saat serigala itu sedang lapar.

Sorazen berjalan mendekat kearah seorang pria yang sedang di ikat di sebuah tiang yang berada di tengah lapangan pelatihan, semua orang langsung memberi salam hormat ketika melihat Sorazen memasuki lapangan, tidak ada yang terganggu oleh kehadiran pria yang diikat itu, semua orang tampak melanjutkan latihannya. Entah apa yang di pikirkan jenderal kerajaan hingga memilih mengikat orang ini di dalam medan pelatihan. Orang itu tampak setengah sadar dengan luka lebam dan sayatan di seluruh tubuhnya, orang itu juga menggunakan baju yang sama persis dengan baju kesatria kerajaan hingga mungkin membuat orang lain tidak menyadarinya tapi bukan Edwin namanya jika tidak mengetahui hal sekecil itu.

Sorazen masih diam ia memandangi orang itu dengan tatapan tajam seolah akan memangsanya. Saat orang itu juga membalas tatapan Sorazen, pria itu menarik sudut bibirnya membentuk senyuman.

"Sepertinya kau mencari tuanmu" ucap Sorazen tapi orang itu tidak menanggapi, ia hanya diam saja dengan berani menatap Sorazen.

"Lepaskan dia" ucap Sorazen dengan senyum yang masih menghiasi wajah tampannya.

Marquese Ares yang berdiri di sampingnya tampak ragu, tapi saat ia mendapat lirikan dari Sorazen, pria itu buru-buru melepaskan ikatan orang itu, hanya Edwin yang mengerti Rajanya.

Sorazen tersenyum ketika melihat tahanan itu kini masih bisa berlari dengan keadaan seperti itu. Tidak ada yang melihat dengan jelas ketika Rajanya, Sorazen sudah bergerak cepat memenggal kepala tahanan itu yang sempat berlari, entah bagaimana Rajanya bisa sampai dengan cepat ke arah tahanan itu yang tidak bisa di tangkap oleh mata semua orang, mereka hanya melihat darah yang menyembur  dan kepala orang itu sudah tergeletak di atas salju.

Saat Sorazen akan berbalik pergi matanya bertatapan dengan mata hijau itu, ia tidak tahu ternyata Valencia berdiri tidak jauh dari tempatnya dan menyaksikan apa yang dirinya lakukan.

Ketika hari sudah gelap Valencia berdiri di depan jendelanya, memandang bulan yang yang hampir penuh, bayangan dimana kepala manusia yang terpisah dari tubuhnya terus terngiang di kepalanya. Ia akhirnya melihat dengan matanya sendiri bagaimana Sorazen yang sebenarnya. Saat itu Valencia sebenarnya ingin mencari Vionel tapi matanya di sambut oleh pemandangan yang mengerikan, dan tatapan mata pria itu membuatnya teringat sesuatu.

Valencia membuka buku yang ia pegang sedari tadi, buku itu ia dapatkan pagi tadi di atas jendelanya saat ia baru bangun dari tidurnya. Mungkin Marion yang menaruhnya di atas jendela. Buku itu cukup tebal dengan sampul berwarna coklat pucat yang terlihat seperti buku tua, ketika Valencia membukanya ia melihat tulisan yang asing tapi anehnya Valencia mengerti. ' alam bawah, darah dan mimpi ' bisiknya pelan. Jarinya menelusuri kata demi kata tapi tidak ada yang bisa ia pahami.

Setelah satu lembar penuh ia baca, Valencia teringat dengan ruangan yang berada di sudut belakang istana yang memiliki tangga kecil menurun, ia menemukan tempat itu tadi saat mengelilingi istana hendak mencari Vionel.

Saat ini Valencia sudah berdiri di depan ruangan itu, tempat itu sangat gelap, hanya cahaya bulan yang menerangi dari sela-sela pilar bangunan, Valencia akhirnya sadar ternyata tempat ini berada di bawah menara. Ia terus berjalan sambil meraba dinding, firasatnya mendadak tidak enak ketika ia menuruni tangga itu, terdengar suara percikan air di bawah sana tapi Valencia tidak tahu apa yang berada di bawah sana, kakinya terus melangkah menuruni anak tangga itu dengan hati-hati, saat Valencia berhenti untuk meraba dinding ia tiba-tiba merasakan sebuah tangan melingkari pinggangnya

"Apa yang kau lakukan disini?" Bisik suara itu di telinganya yang membawa hawa panas

Valencia hampir saja terjatuh karena terkejut jika saja tangan itu tidak menahannya, syukurnya refleks Valencia tidak berteriak atau dia akan membangunkan apapun yang berada di bawah sana.

*****†****




Tyndomére EclipseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang