44

2K 242 3
                                    

Valencia kini berjalan menuju kamarnya di temani oleh Sorazen, Valencia merasa rajanya ini adalah pengangguran, seharusnya raja memiliki banyak urusan yang harus ia urus bukan mengikutinya.

Setelah berhasil melempar seseorang dan membekukan dua orang yang melawannya sekaligus Valencia di usir oleh Vionel karena terlalu menarik perhatian, akan sangat berbahaya jika semua orang yang berada disini menyebarkan bahwa dirinya adalah penyihir.

Semua orang di buat tercengang oleh Valencia yang mampu mengendalikan angin dan membekukan seseorang. Orang yang awalnya meremehkan kini di buat tidak bisa berkata-kata. Sangat mengerikan harus berhadapan dengan wanita itu, orang-orang semakin bertanya siapa sebenarnya wanita itu.

Valencia memandangi tangannya ia tidak menyangka bisa mengendalikan es bahkan mampu membekukan orang lain. Valencia merasa dirinya benar-benar aneh. Bukankah penyihir seharusnya cukup memanipulasi dan mengucapkan mantra sihir saja bukan mengendalikan elemen? Kenapa dirinya berbeda?

"Bagaimana penyihir disini?" Tanya Valencia kepada Sorazen yang berjalan di sampingnya

"Melakukan praktik pembunuhan" ucapnya acuh tak acuh

"Yang Mulia" Valencia berhenti, kenapa rasanya itu terdengar mengerikan? Tapi anehnya ia merasa tersindir. ia melihat ke arah Sorazen yang kini juga ikut berhenti "Bolehkah aku melihat kamarmu?"

"Melihat?"

Valencia tidak tahu apa yang salah menurutnya kata melihat lebih tepat, tapi ekspresi orang di depannya tampak ambigu.

"Benar Yang Mulia"

Valencia berjalan di belakang Sorazen mengikuti pria itu menuju kamarnya, tidak ada penjaga di depan kamar Sorazen, menurut Valencia itu tidak perlu karena kamar pria ini sudah memiliki pelindungnya sendiri.

Sorazen berhenti di depan pintunya ketika pria itu sudah membukanya
"Jika kau masuk kau tidak akan bisa keluar" bisik Sorazen di telinga Valencia seperti iblis penggoda.

Valencia yang sudah melangkahkan satu kakinya, kini ia tarik kembali, Mendadak tidak berminat masuk.

"Aku akan kembali Yang Mulia" ucap Valencia langsung berbalik tapi belum sempat ia melangkahkan kakinya, tangannya sudah di tahan lebih dulu .

"Masuk" ucap Sorazen dengan tegas

Jika seperti ini tentu Valencia akan menurutinya. Sorazen menarik tangan Valencia membawanya masuk sebelum menutup pintunya kembali. Hanya Edwin yang bebas masuk ke dalam kamarnya tanpa mengucapkan permisi.

"Kamar anda memiliki sihir yang kuat Yang Mulia" Valencia berjalan ke arah dinding ia mengusapnya dengan tangan "Ada rune disini"

"Menurutmu begitu?"

Valencia mengangguk "Aku merasakannya"

Tiba-tiba Valencia teringat dengan kata Harizan tentang tatto yang berada pada lengan Sorazen

"Bolehkah aku melihat lengan anda?" Tanya Valencia dengan hati-hati

Sorazen menaikkan sebelah alisnya
"Untuk apa?"

"Aku hanya ingin memastikan sesuatu"

"Kau ingin aku membuka bajuku?" Tanya Sorazen yang menatap mata Valencia

Valencia melihat ke arah tubuh pria itu yang kini menggunakan pakaian berlapis, dengan jubah kebesarannya yang ia gunakan paling luar. Valencia ragu, jika hanya menggulung lengan bajunya itu akan sulit. Tapi membuka baju, Kenapa terdengar ambigu?

"Bisa anda buka hanya sampai lengan anda Yang Mulia" jawab Valencia ragu

"Aku bisa membuka semua pakaianku untukmu" ucap Sorazen, pria itu tersenyum hingga taringnya mencuat seperti vampir haus darah

Tyndomére EclipseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang