53

1.9K 206 0
                                    

Vionel mendorong kembali rak buku yang menutupi pintu rahasia itu, kemudian ia memutar patung kecil yang menempel di dinding untuk mengunci rak buku agar tidak bisa di geser. Untungnya tempat itu masih menjadi tempat rahasia tidak ada yang pernah masuk atau menemukannya bahkan Duke Geoffrey juga tidak tahu.

Mengingat Duke Geoffrey, Vionel kembali di landa emosi. Ia teringat dengan gadis yang sempat ia temui saat hendak membuka pintu perpustakaan. Gadis yang ia kira telah mati ternyata kini masih tetap berada di kastilnya, dengan banyak bekas luka yang menghiasi kulitnya, gadis kecil yang selalu mengekorinya dulu saat berada di kastil ini, adik Marion.

Saat pembantaian kastil Varóus empat tahun lalu. Vionel mengira jika gadis itu juga telah mati bersama ibunya tapi nyatanya gadis itu masih hidup dan telah tumbuh menjadi dewasa hanya saja dirinya tidak dalam kondisi baik-baik saja, dimana ia mengandung anak Duke Geoffrey dan mengalami banyak siksaan dari pria brengsek itu.

Vionel mengepalkan tangannya ia berjanji akan menghancurkan kepala orang itu. Jika saja pria itu tidak melakukan hal keji semacam itu Vionel masih bisa mentolerir apa yang telah ia lakukan, ia tidak peduli dengan kastilnya dan kudeta yang pria itu lakukan, tapi pria itu telah menghamili sepupunya dan juga menyiksanya, jika Marion tahu ini, Vionel yakin kepala Duke Geoffrey akan di gantung di gerbang perbatasan

Vionel kembali memacu kudanya keluar dari kastil Varóus, ia menuju benteng pelatihan militer yang tidak jauh dari kastil.

Saat ia tiba di benteng, matahari sudah mulai condong ke barat dengan kilau redup. Pria itu turun dari kudanya di sambut oleh banyak kesatria yang berjaga di gerbang. Marquese Ares telah ia tugaskan di istana utama Dan juga Zavier yang memimpin pasukan elite kerajaan. Masih ada sepuluh ribu pasukan elite kerajaan yang berada di bawahnya, dan jika malam nanti terjadi penyerangan maka ia akan turun langsung memimpin semuanya.

Marquese Ares mengepalai seratus ribu kesatria kerajaan yang saat ini telah berjaga di seluruh kerajaan dan juga perbatasan. Masih ada lima ratus ribu lagi kesatria yang berada di benteng pelatihan, dan juga tujuh ratus ribu prajurit biasa yang berjaga di setiap barak. Kerajaan Tyndomére adalah kerajaan terluas dengan kekuatan militer terbesar jadi kerajaan lain akan berpikir dua kali untuk mencari masalah dengan kerajaan Tyndomére.

Yang membuat Vionel tidak habis pikir adalah bagaimana pangeran yang berasal dari kerajaan kecil itu ingin menjajah kerajaan Tyndomére, seberani dan sekuat apa dirinya hingga mampu menantang kerajaan besar ini. Vionel juga tidak meremehkan pihak lain karena kerajaan itu memiliki gunung Estróvia yang tentunya masih ada sisa penyihir di sana yang mungkin membantunya hingga berani menargetkan kerajaan Tyndomére.

Vionel menulis surat perintah untuk semua komandan kesatria dan juga kapten dari prajurit yang masih tersebar di seluruh sisi wilayah Tyndomére, pria itu menarik segelnya yang telah lama tidak di gunakan, kemudian pria itu membubuhkan segel dengan lambang naga dan pedang kembar di atas kertas untuk menunjukkan jika perintah itu langsung berasal darinya.

Ketika Vionel tiba di gudang senjata, kesatria yang menjaga gudang itu sangat terkejut melihat Vionel Dhaupin.

" Yang.. Mulia.. " ucap kesatria itu yang langsung bertekuk lutut di hadapan Vionel

Vionel menyipitkan matanya melihat kesatria itu yang terlihat seperti ketakutan, ia langsung melangkahkan kakinya akan masuk tidak peduli dengan ekspresi orang itu, tapi saat dirinya baru selangkah kesatria itu langsung bersujud

" Yang Mulia bunuh saja saya.. " pria itu tetap bersujud di bawah kaki Vionel " ini kesalahan saya karena membiarkan Duke Geoffrey mengambil persediaan senjata disini " 
Vionel masih diam hingga membuat kesatria itu semakin bersujud di kaki Vionel " Bunuh saja saya karena tidak bisa menjaga tempat ini Yang Mulia" suara orang itu semakin gemetar karena Vionel tidak menanggapi sama sekali

Vionel menggertakkan giginya, pria itu mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih, ia tidak pernah seemonial ini sebelumnya, tapi bajingan Tórez itu kini membuatnya benar-benar mendidih hingga ke ubun-ubun.

" Katakan kemana mereka membawa senjata ini " ucap Vionel dengan suara rendah yang tertahan, orang lain bisa mendengarnya seperti menahan emosi

" Dia datang bersama komandan Asthon Horner.. saya tidak tahu kemana mereka membawanya Yang Mulia " ucap kesatria itu dengan suara bergetar yang masih bersujud

Vionel langsung berbalik keluar, ia melihat banyak kesatria yang kini juga bertekuk lutut
" Seret Geoffrey Tórez ke hadapanku sekarang juga! " Teriak Vionel membuat semua kesatria itu terkejut dan juga ketakutan, karena setahunya pemimpinnya ini adalah orang kaku yang selalu diam, tapi melihatnya sekarang berteriak mereka tahu se marah apa pemimpinnya itu

***

Di dalam istana utama, Sorazen berdiri di koridor sayap kiri istananya memandang menara tertinggi dari arah samping, pria itu merasa gelisah entah apa yang membuatnya merasa seperti itu. Ia yakin dirinya tidak takut pada apapun bahkan peperangan sekalipun, ia sudah pernah memenangkan pertempuran sebelumnya, menyaksikan banyak kematian dan juga dirinya telah banyak membunuh. Jadi apa yang membuatnya gelisah kali ini benar-benar seperti menyiksanya.

Sorazen belum menemui Valencia sejak tadi, ia memilih berdiri diam. Sudah lama dirinya tidak meninggalkan istana ini, meskipun ia memiliki Edwin untuk memantau segalanya dan memberikan banyak laporan kepadanya, Sorazen merasa ia tidak bertindak apa-apa sebagai raja yang hanya duduk di singgasananya, tapi bukan berarti dia juga tidak tahu apa yang terjadi di luar sana. Ia memiliki banyak mata dan telinga untuk melihat wilayahnya dan mendengar rakyatnya

Sorazen hanya memilih diam menunggu orang lain yang akan bertindak lebih dulu. Dan sampai saat ini ia tahu siapa orang yang telah bertindak jauh melampauinya. Apapun yang di katakan orang lain terhadapnya tidak membuatnya merubah apapun yang telah ada. Mungkin di mata rakyatnya Sorazen adalah raja yang bijaksana membawa perdamaian dan ketentraman membuat wilayah Tyndomére makmur, di sisi lain ia juga raja yang penurut dan baik hati mendengarkan nasehat para pejabat istana, tapi hanya beberapa orang yang tahu bagaimana iblis di dalam dirinya yang haus darah tidak mengenal ampun.

Kabar Sorazen yang telah membunuh ibunya sendiri telah di dengar oleh seluruh rakyat Tyndomére hingga membuat semua orang harus bertindak hati-hati, bahkan karena hal itu tidak ada yang berani mengajukan diri dengan terang-terangan untuk menjadi pendampingnya kecuali orang yang memiliki pendukung yang kuat.

Sorazen merasakan sekujur tubuhnya panas, akhir-akhir ini insting berburunya semakin kuat tapi ia berusaha menahannya sekuat mungkin. Jika dulu ia bebas keluar masuk istana untuk berburu, kali ini ia harus bertindak hati-hati, sudah lama ia tidak melakukannya semenjak insiden panah itu.

Sorazen memutuskan untuk mencari Valencia, ketika ia melihat wanita itu berada di kamarnya, Sorazen langsung menghampirinya, wanita itu terlihat sedang berdiri menghadap jendela dengan seekor burung elang yang kini bertengger di daun jendelanya.

" Apa yang kau lakukan? " Tanya Sorazen

Valencia tidak berbalik untuk melihat siapa yang datang, ia sudah merasakan aura pria itu saat berada di depan kamarnya

" Menunggu Yang Mulia " ucapnya. Valencia tidak tahu apa yang ia tunggu, sedari tadi dirinya juga merasa gelisah tapi pikirannya hanya berpusat pada Sorazen

Sorazen berjalan mendekat, ia memeluk Valencia dari belakang, mencium leher putih wanita itu
" Tetaplah di sisiku " bisiknya membuat tubuh Valencia menegang

Bukan karena kecupan pria itu di lehernya tapi karena ucapan pria itu yang sama persis seperti yang ia dengar sejak tadi pagi. Valencia mendengar bisikan itu berulang kali  entah siapa yang membisikan itu kepadanya

Valencia berbalik menghadap pria itu, manik mata hijaunya kini bertemu dengan manik mata emas dengan pupil vertikal. Kilasan bayangan terlihat jelas di mata pria itu yang kini merasuki penglihatan Valencia

Darah....
Darah bergelimang dengan bau amis yang tercampur, mayat berjatuhan dengan keadaan hangus terbakar. Api besar berkobar dimana-mana, seseorang yang berdiri di atas menara membuat tanah bergetar.

Kecupan di bibirnya membuat Valencia langsung memutuskan penglihatannya, ia memejamkan matanya merasakan ciuman pria itu yang kini semakin dalam.

Permata abadi bangkitlah bersamaku


*****†****


Tyndomére EclipseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang