59. Epilog

4.5K 271 32
                                    

Kerajaan Tyndomére saat ini masih dalam tahap pembangunan skala besar. Satu tahun telah berlalu saat insiden penyerangan itu. Banyak hal yang berubah mulai dari tatanan bangunan istana, tatanan pemerintahan, pusat dari segalanya sekarang berada di tangan Sorazen, kerajaan kembali tidak memiliki Perdana Menteri sebagai wakilnya.

Semua orang kini tahu jika perdana Menteri telah berkhianat, dan anaknya yang dulu di nyatakan meninggal masih hidup dan merupakan penyihir keturunan Estróvia yang telah melakukan penyerangan terhadap Sorazen, karena ibunya juga adalah ratu Ravena, ibu dari raja Sorazen

Kerajaan juga dalam masa berkabung selama ini karena meninggalnya sang ratu, sang penyihir yang di anggap pelindung.

Banyak rakyat yang menyuarakan suaranya agar raja kembali memiliki ratu sebagai peralihan agar sang raja tidak kesepian, tapi hal itu di tolak mentah-mentah oleh Sorazen

Naga hitam kembali tertidur di bawah menara, tidak ada lagi segel yang mampu menyegelnya, hanya Sorazen yang mampu mengendalikannya.

Edwin kembali mengambil tugas Vionel Dhaupin sebagai kepala tertinggi militer kerajaan, dan putra Marquese Ares mengambil alih sebagai komandan termuda pasukan elit kerajaan

Wilayah selatan saat ini tidak memiliki pemimpin, semua pusat pemerintahan berada di tangan Sorazen, tidak terkecuali wilayah selatan juga di ambil alih oleh Sorazen untuk sementara waktu.  Sampai tiba saatnya pewaris baru yang akan memimpin. 

Duke Geoffrey saat ini telah menjadi tahanan kerajaan, karena hal yang telah ia lakukan di masa lalu, Sebagai raja dengan masa reformasi baru,  Sorazen tidak akan diam saja seperti dahulu, pria itu akan menghukum siapapun yang membelot darinya. Kekejamannya saat ini telah meningkat pesat. 

"Paduka Yang Mulia" ucap Lidwin yang menghampiri pria itu berdiri di depan dinding kamarnya

Sorazen tidak menoleh sedikitpun, pria itu masih tetap diam memandang dinding hitam yang penuh makna untuknya

"Semuanya sudah siap Yang Mulia, Marquese Ares menunggu di depan istana"

Sorazen mengangguk, ia berbalik langsung mengambil jubah kebesarannya. Cahaya matahari mulai memudar di gantikan dengan semburat jingga yang menghiasi langit.

Pria itu kembali menoleh ke arah dinding sebelum pergi, mata emasnya tanpa sengaja menangkap setitik cahaya yang bersinar di salah satu ukiran dinding hitam itu

Sorazen kembali berhenti tepat di depan kamar yang pernah Valencia tinggali. Ia selalu melakukan itu jika melewati kamar ini

"Tinggalkan aku, katakan kepada Marquese Ares untuk menunggu sebentar lagi" ucap Sorazen yang di angguki oleh Lidwin

Sorazen membuka kamar itu, ia berdiri cukup lama memperhatikan seisi ruangannya. Seperti setengah dirinya hilang, Sorazen selalu merasakan itu selama satu tahun ini.

Sebelumnya saat ia belum bertemu Valencia hidupnya tidak seperti ini, semuanya tampak biasa saja. Wanita itu berhasil mengubah segalanya

Sorazen berjalan ke arah jendela, ia berdiri disana memperhatikan taman istana yang tidak terlalu jauh dari sana. Suara pekikan burung elang terdengar mengitari istana, selama setahun terakhir setelah Valencia pergi tidak ada burung elang yang tampak di langit Tyndomére, tapi kali ini untuk pertama kalinya setelah sekian lama burung itu kembali menampakkan dirinya.

Pria itu membuka lemari, masih banyak gaun milik Valencia yang ia berikan masih tergantung rapi disana,  matanya jatuh pada gaun hijau gradasi, gaun yang pertama wanita itu gunakan saat berdansa dengannya, gaun yang senada dengan mata wanita itu. Sorazen menarik sudut bibirnya, kenangan itu sulit ia hilangkan.

Sorazen mengerutkan keningnya ketika suara pekikan elang itu terdengar mendekat, pria itu langsung berbalik dan burung elang itu kini bertengger di daun jendela. Seperti mengisyaratkan sesuatu mata burung elang itu menatap tajam ke arah Sorazen sebelum kembali terbang keluar menuju hutan Ryön

"Yang Mulia" ucap Edwin yang langsung masuk ke dalam kamar

Sorazen langsung berbalik ia menatap pria itu yang masih tetap berada di sisinya

"Pasukan sudah siap Yang Mulia, malam akan segera tiba" ucap Edwin

"Baik"

Edwin melihat sekelilingnya, ia sangat tahu bagaimana temannya selama ini, Sorazen akan selalu menyempatkan dirinya masuk ke dalam kamar ini

"Salam Paduka Yang Mulia" ucap Marquese Ares sambil meletakkan tangan kanannya di dada kiri yang langsung diikuti oleh semua kesatria kerajaan

Sorazen hanya mengangguk, ia langsung menaiki kudanya, pria itu selalu menolak untuk menggunakan kereta kuda saat bepergian

Saat tiba di gerbang perbatasan ibu kota, Sorazen yang awalnya memacu kudanya dengan cepat langsung menarik tali kuda untuk berhenti, membuat semua orang yang di belakangnya juga berhenti secara tiba-tiba

Sorazen berhenti tepat di depan seorang wanita yang memiliki rambut blonde panjang, pakaiannya lusuh, kulit putihnya penuh debu, sekilas Sorazen melihat bola matanya berwarna hijau kebiruan sebelum wanita itu menunduk, tidak berani menatap ke arah Sorazen

Sorazen kembali memacu kudanya tapi itu lebih pelan
"Edwin.. perintahkan seseorang untuk membawa wanita itu ke dalam istana"

"Baik Yang Mulia"
Edwin yang tidak mengerti hanya bisa mengikuti perintah Sorazen, ia juga sempat melihat wanita itu tapi alasan rajanya membawa wanita itu ke dalam istana membuatnya bertanya-tanya.

Apa Sorazen sudah berniat memiliki ratu lagi?

"Kita akan berburu sebelum pergi ke kerajaan Grécia" ucap Sorazen kepada semua kesatria di belakangnya

Suara pekikan burung elang kembali terdengar, Sorazen melihat ke atas, burung elang itu terbang memutar ke arah Utara hutan Ryön. Tidak hanya Sorazen, melainkan semua orang kini juga melihat burung elang itu yang sudah lama tidak menampakkan dirinya

"Yang Mulia"
Ucap Edwin ketika melihat burung elang itu terbang ke Utara hutan Ryön , ada makna yang Edwin tukarkan melalui matanya yang di mengerti Sorazen

"Lanjutkan" ucap Sorazen langsung memacu kudanya. Ia merasakan angin berhembus di sekitarnya membawa aura yang tidak asing.

Mata Valencia perlahan terbuka, netra hijau dengan semburat biru pirus yang telah lama tidak terbuka itu kini menatap  sekelilingnya yang tampak tidak asing, perlahan ia menegakkan tubuhnya. Rambut platinumnya menjuntai menutupi gaun putih panjang yang ia pakai. 

Valencia mengerutkan keningnya melihat penampilannya, ia melihat tempatnya tidur, itu penuh dengan bunga, berbagai macam jenis bunga yang tertata rapi mengelilingi tempatnya tidur, beberapa sudah tampak layu. Valencia melihat ke sebelahnya, ada bunga yang seperti baru saja di letakkan disana.  Ia kembali mengedarkan pandangannya, dinding kayu yang tampak tua dan banyak debu yang menempel disana, Valencia merasa tempat ini tidak asing untuknya

 Valencia perlahan berdiri, ia merasa tubuhnya sangat lemah, wanita itu memaksakan tubuhnya untuk berjalan ke arah pintu dan langsung membukanya

Tanpa Valencia sadari air matanya telah jatuh membasahi pipi mulusnya ketika melihat seseorang berdiri di depan pintu saat ia membukanya.

Rambut coklatnya yang mencapai bahu tertiup angin, mata hazelnya tampak terkejut ketika melihat wanita yang telah lama tertidur kini berdiri di hadapannya. 

"Akhirnya kau kembali Valencia" ucap Vionel yang tersenyum hangat menampilkan lesung pipinya, tanpa bisa di tahan, pria itu langsung memeluk Valencia. 

"Vion? Vionel Dhaupin" ucap Valencia dengan nada bergetar

"Ini aku" jawab Vionel dengan senyum yang terlihat jelas di wajahnya 

Valencia langsung memeluk erat tubuh Vionel "Vion aku merindukanmu"

"Aku lebih merindukanmu" ucap Vionel, ia meraih tengkuk Valencia dan langsung mencium bibir wanita itu.

Wanita yang sangat ia rindukan, wanita yang selalu ia tunggu untuk membuka matanya kembali, wanita yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali. 


End
ooooOOOooooo






Tyndomére EclipseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang