HAI, PREND!
Adakah yang nunggu Milo update?
Minta ❤️ boleh?
❗JANGAN baca part ini SAMBIL MAKAN!❗
•••
"Jangan seperti rasa sedih yang suka bersembunyi di balik tawa dan senyuman."
🥑🥑🥑
Di depan gang rumah Malika, ada ustadz Arman, Mita, Raya, Aletta, Gio, dan Dokter Cakra. Mereka akan mulai melakukan 'pembersihan' di rumah itu.
Mengapa hanya ada mereka? Karena yang lain harus menjaga ibu Malika. Untuk menginjakkan kaki di rumah ini sebelum semua 'aman', akan sangat berbahaya. Masih ingat, kan, apa yang akan wanita paruh baya itu alami tiap jam 1 dini hari?
"Raya, sudah siap?" tanya Ustadz Arman. Sesuai kesepakatan, Raya yang akan menjadi media untuk Abah, jika sewaktu-waktu sosok itu membutuhkan badan.
Yang ditanya mengangguk mantap. Gadis itu menoleh saat merasakan tangan kanannya digenggam erat. Bibirnya tersenyum lebar sambil sedikit mengangguk kala mendapati ekspresi khawatir dari Dokter Cakra, seolah meyakinkan bahwa dirinya akan baik-baik saja.
"Tunggu." Gio mengintrupsi, membuat semua orang menoleh ke arahnya.
"Ada apa, Yo?" tanya Mita.
"Nggak bisa Gio aja yang nanti dirasuki Abah, Tan? Jangan Raya."
Mita menghela napas sejenak. "Nggak bisa, Yo. Dari awal kesepakatan, Abah mau bantu karena Raya yang minta. Lagian, tubuh kamu nggak mudah dirasuki gitu aja."
"Yo," panggil Raya. Perempuan itu menatap sang kakak serius. "Percaya sama gue. Kali ini aja."
"Tapi, Ay ...."
"Tenang aja," sahut Mita. "Abah akan masuk ke tubuh Raya kalau memang benar-benar perlu. Kalau nggak, ya nggak."
"Bisa kita jalan sekarang?" tanya Ustadz Arman.
Waktu menunjukkan pukul 23.46 saat keenam orang itu memasuki gang menuju rumah Malika. Keheningan melanda sepanjang langkah mereka. Semua merasakan sensasi yang sama di sana, tegang.
Kedua tangan Raya digenggam erat oleh Gio dan Dokter Cakra di sisi kanan-kirinya. Beberapa langkah lagi, mereka akan berdiri tepat di depan rumah Malika. Dan dari sini saja, Raya sudah melihat beragam makhluk mengerikan tengah menunggu kedatangan mereka.
"Yang ini rumahnya?" tanya Ustadz Arman yang dijawab anggukan oleh Raya. Gadis itu memilih berdiri di belakang Dokter Cakra.
"Ngeri banget," gumam Mita yang dapat didengar oleh Raya.
Ustadz Arman mengangguk paham. Pria paruh baya itu mengambil lima langkah menjauh dari Raya dan yang lain. Diambilnya sebuah dahan kayu, lalu menggambar bentuk lingkaran besar di tanah. Ustadz Arman meletakkan beberapa batang kayu manis di dalam lingkaran itu. Berdoa sejenak, kemudian kembali pada yang lain untuk memberi arahan.
"Air minumnya?"
Aletta mengulurkan dua buah air mineral yang ia bawa pada Ustadz Arman. Lelaki paruh baya itu tampak memejamkan mata, bibirnya komat-kamit tanda sedang berdoa. Meminta perlindungan pada Sang Kuasa.
Setelah itu, Ustadz Arman berkata, "Kalian minum air ini secara bergantian. Jangan sampai sisa."
Mereka menurut. Mulai dari Mita, Raya, Aletta, Gio, Dokter Cakra, dan tak lupa Ustadz Arman sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
RALILAC
Horror"Ada yang bisa bikin kamu pergi dari aku nggak?" "Ada." "Apa?" "Kalau bola mataku ketemu." *** Ini kisah 'sederhana' antara Raya dan teman tak kasat matanya, Lilac. Si setan gemoy yang selalu ada di setiap momen dalam hidup Raya, meski Lilac sendiri...