Hai, Prend! 🔥🔥
Masih ada yang nunggu Milo update? Semoga ada, ya. Hehe.Maaf dan makasih banyak buat yang udah mau nunggu.
Gimana, nih? Ada yang kangen Lilac nggak?
Seperti biasa, jangan lupa FOLLOW, VOTE, & KOMEN❗
•••
"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Sebab tak ada yang pasti tentang kepulangan."
🥑🥑🥑
Kilatan sinar lampu yang mengusik indra pengelihatan membuat kedua mata Raya perlahan terbuka. Hal pertama yang ia rasakan adalah sesak. Bola matanya menjelajah sekeliling, Raya seperti berada di tengah acara hajatan.
Gadis itu termangu. Ingatan terakhirnya berada pada saat ia di rumah Malika. Seingat Raya, ia bersiap masuk kembali ke badannya, sebelum sesuatu terasa menyeret Raya entah kemana.
Kini, Raya duduk di atas karpet merah. Dikelilingi para penari cantik yang tengah melenggak-lenggokkan tubuhnya seiring irama musik.
"Di mana aku?"
'Splash!'
Dalam satu jentikan jari, suasana berubah. Kegelapan terasa memeluk Raya begitu erat. Gadis itu berdiri, bola matanya menjelajah ke segala arah. Raya melotot kaget saat menyadari bahwa dirinya kini berada di hutan.
Iya. Hutan belantara!
"TOLONGGG!!!" Raya mencoba teriak, berharap ada seseorang yang mendengarnya.
Namun, nihil. Hanya embusan angin malam yang merespon suara Raya. Napas Raya mulai memburu. Panik. Gadis itu mengikuti kemanapun langkah membawanya. Di sini sepi, sangat. Definisi sepi yang Raya inginkan selama hidup. Seakan tak ada makhluk lain selain Raya dan tumbuhan hutan.
"MAMAAA!"
"PAPAAA!"
"GIOOO!"
"KAK AKAAA!"
"LILACCC!"
"Kalian semua di mana?" Raya menangis dalam langkahnya yang semakin cepat. Hatinya gundah, cemas, takut, tak tahu harus melakukan apa.
"Raya ...."
'Deg!'
Kaki Raya seketika berhenti melangkah. Pandangannya mengedar ke segala arah dengan cepat. Kosong. Tidak ada siapa-siapa selain dirinya.
"Raya ...."
"Si-siapa?" gumam Raya terbata. Ketakutan begitu erat memeluknya. Bagaimana tidak? Sendirian di hutan yang gelap dan sepi, tak ada yang bisa dimintai pertolongan.
"Raya ...."
'Sret!'
Angin yang berembus kencang seolah memutar paksa tubuh Raya se-arah seratus delapan puluh derajat. Hutan belantara yang semula kosong, mendadak penuh oleh makhluk-makhluk dari bangsa jin.
Raya terbujur kaku di tempatnya berdiri. Keringat dingin bercucuran semakin deras. Matanya melebar, kaget melihat sekeliling yang tiba-tiba ramai. Gadis itu meneguk salivanya sendiri dengan kasar. Berusaha tenang, namun semakin dibuat panik oleh keadaan.
"Raya."
Suara berat nan menggeram menyambar gendang telinga Raya, membuat gadis itu refleks menoleh ke kanan. Kedua matanya membola saat melihat sosok yang berdiri tak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RALILAC
Horror"Ada yang bisa bikin kamu pergi dari aku nggak?" "Ada." "Apa?" "Kalau bola mataku ketemu." *** Ini kisah 'sederhana' antara Raya dan teman tak kasat matanya, Lilac. Si setan gemoy yang selalu ada di setiap momen dalam hidup Raya, meski Lilac sendiri...