Keesokan harinya, Raya sengaja bolos.
Ia harus mengumpulkan energi untuk aksi malam ini. Setelah mendapat clue dari Afta---dengan cara memaksa---Raya, Rose, dan Mita berpencar untuk mencari titiknya. Kata Afta, Lilac dikurung oleh Tante Ga di daerah Jawa Timur. Lama berpencar untuk mencari Lilac, Raya mendapat petunjuk dari seorang nenek-nenek bahwa Lilac ada di dekat mereka. Afta berbohong ternyata.Cukup lama semua orang diskusi mengenai petunjuk yang Raya dapat. Hingga akhirnya mereka menemukan titik terang. Lilac dikurung di rumah Afta selama ini. Lebih tepatnya, di kamar Andra.
Sesuai yang sudah disepakati, pukul 23.00 nanti Raya akan beraksi menyelamatkan Lilac.
Mengapa tidak menyelematkan Aletta terlebih dahulu? Masalahnya, pihak Raya belum mendapat instruksi dari Om Genta. Mereka harus berhasil mendapatkan Tante Ga dan memaksa wanita itu untuk melepaskan setengah jiwa Aletta yang sudah dikurung. Karena Tante Ga masih belum diketahui keberadaanya, maka diputuskan untuk menyelamatkan Lilac terlebih dahulu. Lagipula, jika ada Lilac, kekuatan akan bertambah.
Jam 5 sore, Dokter Cakra mengajak Raya makan di luar. Laki-laki itu baru pulang dari rumah sakit. Dokter Cakra berniat untuk menaikkan mood gadisnya yang anjlok akhir-akhir ini. Sebelum mereka sama-sama menuju rumah Afta.
"Ini restoran favorit kamu, lho, Ay. Kok masih badmood gitu?"
Raya menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan cemas. "Aku takut, Kak." Dapat Dokter Cakra lihat kedua mata gadis itu berkaca-kaca. "Aku takut gagal selamatkan Lilac, Aletta. Kalau mereka nggak selamat gimana, Kak?"
Dokter Cakra menghela napas sejenak. Sendok dan garpu yang semula memenuhi tangannya, ia letakkan di atas piring. Badan kekarnya condong ke depan agar bisa lebih dekat dengan Raya. Ditangkupnya pipi mulus gadis itu sambil mengusap air mata yang lolos di sana. "Hey, dengar saya." Dokter Cakra mengunci manik mata Raya agar terfokus ke arahnya. "Semua akan baik-baik. Rencana kita akan berhasil. Ingat? Mama kamu pernah mengalami kejadian serupa. Dan dia berhasil menyelamatkan saudaranya, bukan?"
Secara spontan, Raya mengangguk. Melihat itu, Dokter Cakra tersenyum lega. Jemarinya bergerak mengusak pelan puncak kepala gadisnya. Tak lupa mengusap jejak air mata yang semula menggenang di pipi mulus Raya. Kemudian, kedua sejoli itu menghabiskan sisa makanan mereka dengan diiringi candaan ringan.
🥑🥑🥑
Pukul 23.00 Raya, Dokter Cakra, Mita, Rama, Rose, dan Andra sudah berkumpul di rumah Andra. Gilang dan Gio bertugas menjaga Aletta di rumahnya. Kata Rose, aksi mereka malam ini kemungkinan besar akan berdampak pula terhadap kondisi Aletta.
Pertama masuk rumah ini lima menit yang lalu, Rose dan Mita berulangkali saling pandang. Keduanya dapat merasakan hawa negatif yang begitu pekat menyelimuti rumah ini. Beragam jenis bentuk makhluk astral sejauh mata memandang, terutama di kamar Andra. Dari analisa Rose, kebanyakan makhluk di sini adalah kiriman.
Sama seperti Rose dan Mita, Raya juga sekuat tenaga menjaga tubuhnya agar tidak kerasukan. Belasan atau bahkan puluhan makhluk jahat berlomba untuk merasuki Raya sejak ia menginjakkan kaki di rumah ini. Terlebih mengingat kondisi fisik dan mental Raya yang sedang kurang stabil.
"Ay, kamu istirahat aja, ya? Biar Yana yang jaga badan kamu." Seolah mengerti akan bahasa tubuh putrinya, Rose yang semula membantu Mita untuk menyiapkan keperluan nanti menghampiri Raya yang sedang bersama Dokter Cakra.
"Emang nggak apa-apa, Ma?" tanya Dokter Cakra. Sudah seminggu ini Dokter Cakra memanggil orang tua Raya dengan sebutan mama dan papa, semua itu ia lakukan atas perintah Rose.
"Emang bakal agak pusing Raya ketika sadar nanti, tapi nggak apa-apa. Biar dia bisa istirahat dengan tenang." Wanita paruh baya itu kemudian mengalihkan pandangan ke arah Raya. "Mau kan, Ay?"
![](https://img.wattpad.com/cover/289920185-288-k342791.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RALILAC
Korku"Ada yang bisa bikin kamu pergi dari aku nggak?" "Ada." "Apa?" "Kalau bola mataku ketemu." *** Ini kisah 'sederhana' antara Raya dan teman tak kasat matanya, Lilac. Si setan gemoy yang selalu ada di setiap momen dalam hidup Raya, meski Lilac sendiri...