YUK BISA YUK FOLLOW & VOTE SEBELUM BACA 🔥🔥
JANGAN LUPA KOMENNYA ✨
•••
"Kalau ditanya siapa manusia yang paling kamu percaya di dunia? Jawabannya ... tidak ada. Sebab aku pernah mempercayai satu nyawa dengan sebegitunya, lalu kudapat rasa kecewa yang teramat nyata."🥑🥑🥑
Keesokan harinya, Raya berangkat ke sekolah bersama Gio. Setelah sekian lama, gadis itu kembali mengizinkan Lilac merasuki tubuhnya. Seperti biasa, saat sadar, Raya merasakan mual yang begitu hebat sebab memakan buah alpukat.
Oh, ya. Gio pernah bilang, dia membujuk Lilac menggunakan buah alpukat. Sebenarnya, yang Gio maksud adalah saat Lilac merasuki tubuh Raya. Jadi, buah itu tetap Raya yang makan. Lilac hanya ikut merasakan.
Intinya, Rose selalu menekankan pada anak-anaknya untuk tidak memberi makanan pada mereka.
Di sepanjang jalan menyusuri koridor menuju kelas XI IPS 3, Raya dikawal oleh Lilac dan kawan-kawan. Lilac, Romi, Rokky di depan, Al dan Angel di sisi kanan, Reinhard dan Jack, di sisi kiri, serta Lee Mark, Pingkan, dan Ranu di belakang. Ada satu sosok lagi di belakang mereka semua, Kakek Darto, sosok lelaki tua berpakaian adat Jawa yang sudah lama menjaga keturunan Bimantara.
Oh, jangan lupakan Gio yang akan selalu memastikan Raya aman.
"RAYAAA!!!"
Suara bernada cempreng nan memekakkan telinga itu menyambut Raya yang baru selangkah memasuki kelas. Gadis itu berdecak melihat tingkah Nadia. "Ck! Berisik lo!"
Nadia beranjak dari kursinya, berlari kecil lalu memeluk erat sahabatnya. "Gilaaa!!! Gue kangen bangettt!!!"
Di balik punggung Nadia, Raya tersenyum jail. "Kangen sama temen-temen gue maksudnya?"
Sontak saja, hal itu membuat Nadia refleks melepas pelukannya secara kasar, membuat Raya nyaris terjungkal kalau saja tak ada Gio yang sigap menangkapnya di belakang.
"Sorry-sorry!" seru Nadia panik. Apalagi saat mendapati tatapan tajam yang Gio layangkan padanya. Gadis itu meninju pelan bahu Raya yang dengan tampang tak berdosanya malah tertawa. "Elo, sih!"
Gio yang berdiri di belakang Raya berdeham. "Gue ke kelas dulu." Bola matanya mengarah pada Nadia. "Titip adek gue."
"Adek lo udah punya banyak penjaga, nggak perlu dititipin gitu," jawab Nadia.
"Gue serius."
Nadia nyengir. "Iya-iya. Serius amat muka lo."
Sebelum pergi, Gio melirik ke salah satu bangku di sudut selatan kelas. Lebih tepatnya, pada seorang gadis yang tengah asyik membaca buku paket Sejarah.
"Dia orangnya."
"Gebetannya Gio?"
Lilac mengangguk, lalu terbang untuk duduk di meja Raya. Sepeninggalan Gio, Raya pun menyusul Lilac. Tak lupa dengan Nadia yang membawa amanah dari Gio untuk selalu menemani Raya. Kedua sahabat itu berbalik, menghadap seorang gadis yang menatap mereka secara bergilir.
"Ay, kenalin, dia Aletta. Anak baru yang pindahan dari Malang," ucap Nadia. "Dan Letta, dia Raya, sahabat gue yang sering gue ceritain."
Raya menatap sinis ke arah Nadia. "Lo nggak jelek-jelekin gue, 'kan?"
Mendengar pertanyaan Raya, Nadia dan Aletta tertawa. Seperti listrik yang menyengat, Raya turut tertawa dibuatnya. Gadis itu mengulurkan tangan sembari tersenyum ramah.

KAMU SEDANG MEMBACA
RALILAC
Horror"Ada yang bisa bikin kamu pergi dari aku nggak?" "Ada." "Apa?" "Kalau bola mataku ketemu." *** Ini kisah 'sederhana' antara Raya dan teman tak kasat matanya, Lilac. Si setan gemoy yang selalu ada di setiap momen dalam hidup Raya, meski Lilac sendiri...