"Suka atau tidak, waktu akan terus berputar. Walau duniamu tengah karam."
🥑🥑🥑
"Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga."
Raya dan Gio kembali saling tatap. Jujur, mereka bingung dengan pemandangan di meja makan sekarang. Ada Gilang dan Rose yang tampak duduk bersebelahan di sana. Senyum pasangan suami-istri itu menyambut hangat kedua anak mereka.
"Kok, bengong? Sini sarapan bareng," ucap Rose. Wanita itu sedang repot menyuapkan nasi goreng untuk bayi besarnya.
Raya dan Gio menurut, keduanya mengambil posisi bersebelahan. Raya di depan Gilang, sementara Gio di depan Rose. Raya bisa merasakan, kehangatan itu kembali. Keluarganya ... beranjak pulih.
"Papa nggak kerja?" tanya Gio.
Alih-alih menjawab, Gilang malah balas bertanya, "Kamu sendiri, nggak sekolah?"
"Udah telat banget, nanggung."
Gilang manggut-manggut. "Sama."
Gio memutar bola mata malas. "Mana bisa begitu. Orang itu kantor punya Papa."
"Justru karena kantor itu punya Papa, Papa bos-nya. Jadi ya, suka-suka Papa, dong."
"Udah-udah." Rose datang dengan semangkuk besar capcay yang aromanya mampu menggelitik rasa lapar. "Mending kita sarapan dulu."
Raya yang sejak tadi diam, berinisiatif untuk membantu mamanya. Gadis itu berjalan ke arah dapur dan mengambil beberapa makanan yang sudah Rose siapkan. Setelah itu, keluarga Bimantara sarapan bersama dengan tenang.
"Lidah, lidah apa yang bikin panas?" Rokky dengan songongnya nimbrung di antara Lilac dan Angel yang sedang membicarakan makhluk hitam di taman belakang rumah ini.
"Kamu nanyeak? Kamu bertanyeak-tanyeak?" cibir Lilac.
Angel berdecak malas. "Stop deh, Lil. Gue muak!"
"Tahu, nih. Mending lo jawab pertanyaan gue."
"Gue tahu," ucap Pingkan. Makhluk itu datang setelah puas jalan-jalan mengelilingi kompleks. Atas saran Lilac, Pingkan berniat olahraga setelah dibilang gendut oleh Rokky.
Oh! Tolong selamatkan Pingkan dari kesesatan Lilac!
"Apa?" tanya Rokky.
"Lidah orang yang suka nistain temen."
"Emang iya?" Lilac bertanya bingung. Ia memegang lidahnya sendiri.
"Lah, sadar diri juga nih bocil," cibir Angel.
"Oneng! Nggak! Bukan itu jawabannya!" kesal Rokky.
"Terus apa?"
"Lidahat crush jalan sama pacarnya."
"Aku tidak mengerti maksud kamu," ucap Lilac.
"Kagak usah didengar. Emang sarap itu setan satu."
Rokky berdecak malas. Candaanya jadi terkesan garing gara-gara Lilac. Rokky melirik ke arah Raya. "Diem-diem bae, Ay?"
"KAMU NANYEAK? KAMU BERTANYEAK-TANYEAK?" seru Lilac, Pingkan, dan Angel secara bersamaan.
Keheningan menyapa begitu bunyi dentingan besi dan kaca yang beradu tak lagi terdengar. Raya sibuk mengamati Lilac yang sedang berdebat dengan Angel. Gio menatap lurus ke arah taman belakang, entah pemandangan tak kasat mata apa yang menyita perhatiannya. Sementara Rose dan Gilang sibuk menata kalimat yang akan mereka lontarkan sesaat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RALILAC
Terror"Ada yang bisa bikin kamu pergi dari aku nggak?" "Ada." "Apa?" "Kalau bola mataku ketemu." *** Ini kisah 'sederhana' antara Raya dan teman tak kasat matanya, Lilac. Si setan gemoy yang selalu ada di setiap momen dalam hidup Raya, meski Lilac sendiri...