|30.| Titik Terang

103 18 6
                                    

Apa kabar?

🥑🥑🥑

Akhirnya, Raya mengalah. Tidak. Ia tidak mengganti pakaian. Raya hanya menambahkan outer gliter hitam dengan panjang lengan seperdelapan untuk menutupi bahu.

Rumah mewah bernuansa amerincan classic itu telah disulap dengan dekorasi dominan silver. Para tamu undangan yang datang lantas disambut dengan berbagai menu makanan dan minuman yang tersaji secara prasmanan.

Raya bertanya-tanya dalam hati, teman Dokter Cakra ini sekaya apa? Baru acara tunangan saja sudah semewah ini, apalagi saat menikah nanti?

"Woy, Pak Dokter! Dateng juga lo!" Seorang lelaki dalam balutan jas abu-abu pekat yang Raya duga adalah si pemilik acara menyambut Dokter Cakra dengan pelukan ala lelaki.

"Akhirnya bakal married juga lo," ucap Dokter Cakra yang tertawa di ujung kalimat.

"Yoi! Lo sendiri gimana? Sibuk kerja mulu, sih. Karir terus yang dikejar. Sesekali cari cewek ngapa, Bro?"

"Ngapain cari? Orang gue udah punya." Dokter Cakra menoleh ke arah Raya. Tanpa ragu, lengan kirinya melingkari leher belakang Raya. "Kenalin, Raya. Calon istri gue."

Mendengar gelarnya disebut langsung dari mulut Dokter Cakra, Raya tak kuasa menahan kedua sudut bibirnya yang berkedut. Sang pemilik acara bergantian menjabat tangan Raya dengan sopan, sekaligus tanda perkenalan mereka.

Selanjutnya, Dokter Cakra mengajak Raya untuk menikmati hidangan berdua. Mereka memilih spot tempat duduk yang tak jauh dari tempat ice cream. Keduanya tengah menikmati makanan masing-masing, sembari Dokter Cakra menceritakan bagaimana awal mula ia bisa bersahabat dengan Aksa hingga sekarang.

"Seru banget ya pertemanan kalian. Sekolah bareng, main bareng." Raya tersenyum kecut dalam hitungan detik. "Kayak aku sama Isna, dulu."

Dokter Cakra yang peka, lantas mengusap lembut bahu Raya. Raya pun membalasnya dengan senyuman tipis. Memang selalu seperti ini saat Raya teringat akan sahabat lamanya.

"Mau es buah nggak?" tanya Dokter Cakra yang dijawab anggukan oleh Raya. "Saya ambilin. Kamu jangan kemana-mana." Telapak tangan laki-laki menepuk dua kali puncak kepala Raya sebelum beranjak. Meninggalkan si gadis yang sedang tersipu malu. Entahlah. Padahal sangat sering Dokter Cakra bersikap romantis, tetap saja Raya selalu blushing.

"Ay ...."

Merasa ada yang memanggil, Raya menoleh. Lilac ternyata. "Kenapa?" jawabnya dalam hati.

"Jalan raya depan rumah ini, bukannya lokasi kecelakaan Laila?"

🥑🥑🥑

Tiga hari ini, Raya dibuat gelisah dengan ucapan Lilac di rumah Aksa. Sungguh, Raya baru mengingatnya. Belum ada yang Raya ceritakan soal kegelisahannya ini, termasuk Dokter Cakra. Mengingat tiga hari ini laki-laki itu begitu sibuk.

Sore ini, Dokter Cakra dan Raya singgah ke restoran seafood sebelum pulang. Sejak tadi Raya berpikir keras, haruskah ia menceritakan isi kepalanya pada sang kekasih sekarang? Pasalnya, Dokter Cakra pun tak menyadari soal rumah Aksa yang ternyata merupakan lokasi kecelakaan Laila.

RALILAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang