FOLLOW DULU DONG!
•••
"Memang tidak mudah, tapi yakinlah kamu bisa. Seperti sebelum-sebelumnya."
🥑🥑🥑
Pukul 6 pagi, tiga serangkai sudah ada di dalam kelas XI IPS 1. Nadia dan Aletta mengikuti arahan Raya untuk datang lebih pagi ke sekolah. Ia butuh menjelaskan pada mereka tentang kejadian di rumah Mita kemarin, dan langkah selanjutnya yang harus diambil.
Nadia datang lima menit setelah Raya dan Aletta sampai lebih dulu. Raya dan Aletta memang berangkat bersama, diantar Gio.
Sembari mendudukkan diri di kursinya, Nadia menguap lebar. "Hoammm! Gila! Biasanya jam segini gue baru bangun."
Raya berdecak pelan. "Ikhlas nggak lo bantuin gue?" sinisnya.
Nadia memutar kedua bola mata jengah. "Nggak. Gue sangat terpaksa!" ucapnya ngegas. Nadia melipat kedua lengannya, lalu membenamkan wajah sambil memejamkan mata. Sungguh. Nadia masih sangat mengantuk.
Raya manggut-manggut. Gadis itu tersenyum jahil. Manik matanya menatap Nadia penuh arti. Ia melirik Aletta sejenak. Sementara Aletta menggelengkan kepala kuat-kuat, pertanda dirinya tak ingin ikut campur.
"ANJIR!"
Sesuatu yang berembus hangat pada daun telinga kirinya membuat Nadia terlonjak kaget. Gadis itu lantas berdiri tegak dengan kedua mata melotot.
Raya terbahak-bahak melihat reaksi Nadia. Tadi ia memang minta tolong pada Lilac untuk sedikit menjahili sahabatnya itu. Lilac meniup daun telinga Nadia dengan sekuat tenaga. Hebat, Nadia bisa langsung merasakannya. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena Nadia masih mengantuk dan lemas, jadi Lilac dapat menguras energi darinya lumayan banyak.
"Gila lo, Ay! Kaget gue!" ketus Nadia.
"Masih mau bilang nggak ikhlas bantuin gue?" Raya menatap sahabatnya dengan isyarat menantang.
Nadia bergidik ngeri kala mengerti makna di balik tatapan Raya. Gadis itu cepat-cepat menggeleng. "Ampun, Lil. Jangan jahilin gue. Merinding anjir!" batinnya.
Di samping Raya, Lilac terkikik geli. "Dia penakut sekali."
"Sama seperti Angel."
Angel yang merasa tak berbuat ulah tapi namanya disebut-sebut, melotot ke arah Romi. Selalu saja setan bocil yang satu itu mencari gara-gara dengannya. "Sejak kapan gue penakut, hah?!"
"Tadi kamu kabur waktu lihat pocong di kamar mandi."
Bagaimana tidak kabur? Pocong yang Angel temui di toilet saat ia mengikuti Raya, bukanlah pocong sembarangan. Kain coklat lusuh penuh lumpur, wajah hitam pekat, mata putih semua, tubuh tinggi kurus, dan yang paling menyeramkan: mulut yang menganga lebar.
Mengabaikan teman-temannya yang sibuk berdebat, Raya mulai menjelaskan niatnya meminta Nadia dan Aletta datang lebih pagi ke sekolah.
"Kemarin gue udah ke rumah tante Mita buat minta bantuan," ucap Raya. Nadia dan Aletta tampak memperhatikan dengan seksama. "Dan tante Mita bisa bantu."
"Puji Tuhan." Nadia mendesah lega.
"Tante Mita punya penjaga yang biasa disebut Abah. Penjaga yang paling kuat. Sosok Abah ini, bisa berubah jadi macan putih dalam situasi darurat," jelas Raya.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Aletta.
"Pertama, kita harus amankan Malika dan ibunya dari rumah itu. Gue udah diskusi sama orang tua gue soal masalah ini, Malika dan ibunya akan tinggal di rumah gue untuk sementara."

KAMU SEDANG MEMBACA
RALILAC
Terror"Ada yang bisa bikin kamu pergi dari aku nggak?" "Ada." "Apa?" "Kalau bola mataku ketemu." *** Ini kisah 'sederhana' antara Raya dan teman tak kasat matanya, Lilac. Si setan gemoy yang selalu ada di setiap momen dalam hidup Raya, meski Lilac sendiri...