|46.| Pulang Paksa

71 8 1
                                    

Raya terbangun dengan rasa terkejut usai membaca pesan dari mamanya. Gadis itu bergegas keluar kamar, lalu menuju kamar Gio. Hatinya seketika merasa iba melihat sarat akan rasa lelah yang begitu kentara di wajah seorang laki-laki di atas kasur.

Perlahan, Raya mendekat. Ia duduk di pinggir kasur Gio. Jemarinya menelusuri tiap lekuk wajah tampan di hadapannya. "Kak ...," panggil Raya sambil mengusap rahang tegas Dokter Cakra.

Semalam Dokter Cakra memang menginap di kediaman Bimantara. Kedua orang tua Raya langsung yang minta. Mengingat Rose harus menemani Gio di rumah sakit dan Gilang harus mengurus kerjaan yang sudah cukup menumpuk. Harus ada yang menjaga Raya di rumah. Jadilah Dokter Cakra yang melakukan itu.

Merasa terganggu dengan sentuhan Raya, Dokter Cakra perlahan membuka mata. Laki-laki itu mengubah posisi menjadi duduk sambil mengumpulkan kesadaran. Setelahnya, baru Dokter Cakra dapat melihat jelas raut cemas di wajah Raya. "Kenapa, Sayang?"

"Hari ini Aletta pulang paksa."

Dokter Cakra menghela nafas berat mendengar itu. Sudah 5 hari Aletta di rumah sakit, namun kondisinya belum ada perubahan. Sama seperti sebelum-sebelumnya, Aletta akan membaik di pagi hari, lalu memburuk saat menjelang magrib.

Semua sudah bertemu Mita dan Abah untuk membicarakan kondisi Aletta. Memang, sakit yang Aletta alami bukan sakit biasa. Mita dan Rose sudah merencanakan pengobatan Aletta sejak 3 hari lalu, tapi ternyata Abah tidak bisa bertindak jika Aletta masih di rumah sakit.

Terlalu banyak yang menggangu.

Akhirnya, setelah melewati banyak pertimbangan, orang tua Aletta menyetujui agar Aletta pulang paksa atas saran Rose dan Mita.

"Kamu mau ke rumah Aletta?" tanya Dokter Cakra.

Raya mengangguk. "Tapi nanti sore aja habis pulang sekolah. Katanya mama bentar lagi pulang."

"Gio?"

Raya menggeleng lesu. "Kayaknya dia milih jagain Aletta."

"Ya udah, kamu siap-siap, gih. Berangkat bareng saya sekalian."

Tanpa kata, Raya mengangguk dan beranjak dari kasur. Baru hendak melangkah, pergerakan Raya terhenti oleh cekalan di pergelangan tangannya.

Dokter Cakra berdiri. Kedua tangannya menangkup pipi mulus Raya. Secara otomatis ibu jarinya mengusap lembut wajah gadis itu. "Jangan terlalu dipikirin. Aletta pasti baik-baik aja. Kita juga udah tau kan siapa pelakunya? Siapa yang ngurung Lilac kita juga udah tau. Sekarang kita berusaha semaksimal mungkin dan berdoa. Percaya semua akan membaik, Ay."

Raya yang memang sedari tadi sudah menahan, kini tak kuasa menahan tangisnya. Dia takut. Terlalu takut semua usahanya gagal.

"Ssshhh!" Dokter Cakra memeluk Raya. Dibiarkannya gadis itu menumpahkan segala rasa cemas yang bersemayam di dada. Dalam hati Dokter Cakra berjanji, ia tidak akan pernah pergi dari sisi Raya, apapun yang terjadi.

🥑🥑🥑

Hiruk-pikuk penghuni SMAGA yang hendak keluar dari area sekolah karena jam belajar sudah habis membuat tatapan seseorang semakin fokus. Bola matanya mengincar seorang laki-laki yang tengah melangkah santai ke arah parkiran. Ia terus mengintai sampai sang target menaiki motornya dan berjalan keluar. Begitu sampai di titik yang sudah direncanakan, Gio langsung menendang keras motor Afta hingga laki-laki itu jatuh dari motor. Belum sempat melihat si pelaku, Afta dibuat melotot karena melihat Raya yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Suara Afta tertahan, sebab Raya membekap mulut cowok itu dengan sapu tangan yang sudah diberi bius.

Benar saja, tak lama kemudian Afta pingsan.

"Terus sekarang apa?" tanya Raya.

"Yang jelas, jangan sampai ini orang berkeliaran."

RALILAC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang