HAI!
Panggil aku "Milo".Kamu tau cerita ini dari mana?
Sebelum baca, jangan lupa follow, vote, dan komen ya! Satu vote dari kamu, 10 semangat buatku untuk terus berkarya.
Spam "🥑"
Typo? Tandain.
ENJOY!!!
"Semua yang terasa berat tak akan merusak, selama kita punya support sistem yang hebat."
🥑🥑🥑
Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 07.00, namun belum ada tanda-tanda Raya turun untuk sarapan bersama keluarganya seperti biasa. Sarapan bersama adalah ritual wajib yang dilakukan semua keluarga cemara, bukan?
"Aya mana, Ma?" tanya Gio pada Rose yang sedang menyuapi Dara bubur.
Rose menatap Gio sejenak. "Mama juga belum lihat dia pagi ini."
"Tumben banget. Biasanya dia ngomel-ngomel karena kamu lama, Yo," celetuk Gilang yang tengah menyantap nasi goreng ternikmat buatan istrinya.
Rose yang sejak tadi sibuk menyuapi Dara, tiba-tiba mendengar suara, "Aya habis kambuh."
Kedua mata Rose membulat sempurna. Lagi? Wanita itu lantas menatap gusar ke arah Gio. "Yo, kamu cek Aya ke kamarnya sekarang."
Gilang menatap istrinya heran. "Kenapa kamu? Panik gitu mukanya."
Rose menatap sendu ke arah Gio dan Gilang secara bergilir. "Aya kambuh."
Mendengar itu, Gio dan Gilang kompak berlari menuju lantai atas. Rose yang membawa Dara dalam dekapannya pun turut serta. Cairan bening mulai membasahi pipi Rose seiring langkahnya menyusuri anak tangga.
Di depan pintu kamar Raya, Gio yang merasa panik berusaha keras membuka pintu kamar sang adik yang dikunci dari dalam.
"AYAAA!!! AY!!! BUKA PINTUNYA, AY!!!" Gio berteriak lantang, dan hal itu membuat Dara yang mendengarnya kontan menangis histeris. Dengan sangat terpaksa, Rose membawa putrinya menjauh dari sana.
"Dobrak, Yo!" tegas Gilang.
Gio berdecak kesal. Jantungnya berdebar sangat kencang. Sungguh, Gio khawatir akan nasib Raya di dalam sana. Dia mundur beberapa langkah, mengambil ancang-ancang. Lalu dengan sekali dorongan, pintu kamar Raya berhasil terbuka.
"AYA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RALILAC
Horror"Ada yang bisa bikin kamu pergi dari aku nggak?" "Ada." "Apa?" "Kalau bola mataku ketemu." *** Ini kisah 'sederhana' antara Raya dan teman tak kasat matanya, Lilac. Si setan gemoy yang selalu ada di setiap momen dalam hidup Raya, meski Lilac sendiri...