MAHASISWA KARATAN DAN SEGUDANG PERTANYAAN "KAPAN LULUS? [2]
"Lia udah wisuda ya, Na?"
Ditengah kantuk yang menggantung sebelum akhirnya sirna, gerakan tangan Sena berhenti di udara, kunyahannya ikut berjeda, pandangannya naik memindai mamanya yang santai menikmati nasi goreng di sarapan pagi mereka.
"Lia anak pertama Tante Ester, Ma?" Lucas, Abang Sena yang justru menyahut, baru duduk lalu mengambil nasi goreng. Aroma mint sehabis mandi menguar terhidu penciuman Sena.
Mama mengangguk. "Iya, dia."
Sena menunduk sambil berpikir, Lia itu teman satu TK Sena, rumahnya berjarak tiga rumah darinya. Akan tetapi, bagaimana pun, mereka tidak bisa dibandingkan, Lia berhasil lolos SBMPTN, sementara Sena delapan kali gagal masuk Perguruan negeri, berujung mengajukan tes ke swasta dan diterima sebagai mahasiswa Hubungan Internasional di tahun 2017
"Ya biarin, Ma. Namanya juga sudah waktunya, kan," kata Sena akhirnya. Sena tidak munafik, topik begini sedikit sensitif buat dia.
Apalagi kalau mamanya ... "Kalau kamu kapan?"
Kan! Sudah Sena duga.
"Apanya?" beo Sena pura-pura tidak paham. Akal bulus saja. Malas lho setiap saat dapat pertanyaan begitu. Kalau sudah mau wisuda ya pasti diberikan kabar, kan?
"wisudanya, Na."
Tiba-tiba selera makan Sena tercecer. "Oh, belum tahu, kan masih bimbingan," jawab Sena sekenanya.
"Bimbingan terus, kenapa nggak selesai-selesai?"
Sena langsung terdiam dengan sindiran dari mamanya tersebut. Jujur, kalimat tersebut berhasil menyentil dada Sena sehingga rasanya serupa ada ribuan jarum yang menerjang ke dadanya. Sementara Lucas, tanpa sadar menipiskan bibir. Obrolan begini rasanya tidak akan berakhir damai. Sekali atau dua kali, Sena masih santai, berikutnya, dia terlihat tidak nyaman.
"Ya mana aku tahu, dosen aku susah diajak bimbingan, topik aku juga susah, referensinya susah nyari. Paling skripsi Lia mudah."
"Bukan karena mudah, tapi karena dia punya tekat dan ambisi, Na. Lagipula kalau topik kamu susah, kenapa nggak ganti?"
"Ma," tegur Sena tidak terima.
"Mama juga pengin kamu segera lulus, Na. Yang giat dong, yang ambisius, mama lihat kamu semangat ngetik novel terus, tapi enggak mau ngetik skripsi."
"Itu namanya healing."
"Ngerjain skripsi sehari, healingnya masa seminggu?"
Mulut Sena membulat. Dia langsung membanting sendoknya di atas piring padahal nasinya belum habis.
Lucas memejamkan matanya. Okay, perang lagi.
"Mama capek biayain ukt aku?" tembak Sena.
"Sena!"
Napas Sena memburu. "Habis Mama nggak menghargai usaha aku yang juga sedang berusaha menyelesaikan skripsi, mama cuma tanya kapan aku selesai. Pernah mama tanya apa yang udah aku lakukan?"
Mama mendesah dan memejamkan matanya, tidak lagi bicara melihat kedua mata Sena yang memerah.
"Aku juga pengin cepet lulus, tapi penelitianku bahkan kurang referensi karena topik baru, aku berusaha cari, tapi mama mendesak dan mengatakan seakan aku nggak bergerak. Aku memang nggak seambisius Bang Lucas, tapi aku jelas punya tujuan untuk segera lulus." Sena berdiri.
"Aku selesai," katanya sebelum beranjak.
"Sena!"
"Biar aku, Ma," putus Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You | TAMAT ✔
RomanceGara-gara tidak bisa log in repository kampus sebelah, demi mendapat referensi untuk skripsinya, Sena rela mencari info dan menghubungi langsung Danadhyaksa, pemilik penelitian incaran dia. Masalahnya, sudah bicara baik-baik, eh, dibilang Kang Calon...