ANTARA DUA RAHASIA [47]

2.3K 219 1
                                    

           “Tinggal ujian?”

Binar bahagia yang bisa Sena pindai dari wajah mamanya membuat Sena tersenyum. “Iya, tinggal daftar buat ujian bulan depan.”

           “Habis itu revisi dan wisuda?”

Sena mengangguk, mamanya mengelus bahunya lembut. “Good luck ya, Sayang.”

           Di tempatnya, Lukas ikut tersenyum. “Artinya urusan bimbingan kamu sudah beres, Na?”

Padahal, Lukas tidak membentak, tidak juga sarkas, suaranya justru lembut dan kental cerianya. Namun, diam-diam, senyum Sena sedikit pudar, dia menoleh pada abangnya yang masih menunggu jawaban. “Em, iya, udah beres bimbingannya.”

           Lukas manggut-manggut. “Baguslah.” Sena tahu arah obrolan Lukas, pasti abangnya menggiring pada Aksa, urusan skripsinya memang sudah beres, melainkan, yang masih tersisa, urusan hati yang berlanjut bukan? Lantas, gimana cara menjelaskan pada abangnya coba?

           “Kamu kok seneng banget Sena beres bimbingan, biasanya juga bilang pelan-pelan aja nggak usah buru-buru,” kekeh mama sebelum kembali menikmati sarapannya. Sena cemberut, mamanya pasti tahunya bimbingan dengan dosen kampus.

           Lukas menyeringai. “Tentu, bukannya kamu juga senang, Na?” Lukas mengerling.

Salah satu sudut bibir Sena berkedut tanda kesal. Abangnya benar-benar ya, terang-terangan merayakan party. Tetap saja, Sena bilang, “Iya, deh.”

           Lukas terdiam sejenak. “Jangan bilang kamu sedih karena sudah nggak bimbingan,” selidik Lukas. Salah satu alis mama menukik menyimak obrolan keduanya, kenapa rasanya ada yang aneh, ya?

           “Ih sok tahu, ya senenglah, enggak pusing lagi.” Sekarang kan bertemu Aksa bukan karena bimbingan, melainkan urusan lainnya, dia tersenyum kecil, coba abangnya tahu, kira-kira akan semarah apa ya? Lalu, Sena menoleh pada mamanya. “Ma,” panggilnya lembut.

           “Idih! Ada maunya itu, Ma!” timpal Lukas membuat Sena cemberut.

Mama tertawa. “Kenapa, Na?”

           “Apa pun yang terjadi, tetap dukung aku ya, Ma?”

Baik mama atau Lukas menyernyit. “Kan! ada maunya dia, Ma!”

           “Hus!” omel mama pada Lukas.

Lalu, beralih pada Sena. “Iya, apa pun, mama dukung selama kamu senang.”

           “Yey!” Artinya mamanya juga mendukung dia dan Aksa. di tempatnya, mata Lukas memincing curiga, yang berbalas ledekan kemenangan Sena.

***

Di kampus Cendekia

           “Katanya mau transfer ke Tiongkok ya, Sa?” Aksa yang sedang lunch, sedikit terdiam begitu Nadin duduk di depannya lalu meletakkan soto babatnya. Keduanya ada di Boga.

“Beritanya sudah menyebar?” Dia kira hanya sebatas dia dan Pak Janu saja juga beberapa petinggi kampus.

           “Udah sampai mahasiswa lo, mereka beberapa galau,” kekeh Nadin kemudian mulai menikmati soto. Aksa hanya tersenyum kecut. Kalau mahasiwanya ketakutan tidak lagi bisa diajar Aksa, sejujurnya Aksa sedang dalam kebingungan.

           “Ambil, Sa. Mumpung belum menikah,” kata Nadin memberi saran. Aksa hanya tersenyum kecil. Di saat yang lain yakin Aksa harus mengambil kesempatan tersebut, dia justru semakin tidak tahu harus memberikan keputusan apa pada tawaran Pak Janu.

           “Lo ragu?”

Tawa Aksa lolos. “Kelihatan banget, ya?”

Nadin mengangguk, lagak Aksa jelas menunjukkan tidak tertarik dengan obrolan soal transfer dosen.

“Kenapa? Takut LDR sama Sena?”

Sambil meminum lemon teanya, Aksa justru menggeleng. Yang justru mengundang tawa Nadin. “Obrolin Sa sama Sena, dia juga masih muda. Jangan sampai karena nggak mau LDR, salah satu jadi egois.” Padahal bukan berarti karena Sena, Aksa saja yang ragu, masa-masa melalangbuananya serupa sudah cukup dia habiskan ditahun-tahun dulu.

           “Dia juga harus S2 kan? Atau fokus kerja, fokus karier. Jangan ambil keputusan gegabah, obrolin sama dia baik-baik. Gue lihat, Sena orangnya terbuka, jadi ... pasti keputusannya nggak akan egois selama kalian obrolin baik-baik,” saran Nadin.

           Aksa diam sejenak sambil memainkan sedotan minumannya. Dia mengaminkan saran Nadin. Lalu mengangguk. “Biar gue cari waku yang tepat,” putusnya.

           “Gitu, dong.”

Tanpa mereka sadari, di sebelah meja mereka, Jina menuduk sambil mengunyah pelan lunchnya. Diam-diam, dia melirik meja sebelah, Aksa dan Nadin yang tidak menyadari kehadirannya. Jina terdiam sejenak, jadi, Aksa mendapat tawaran transfer dosen ke Tiongkok?[]

Chasing You | TAMAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang