"Jadi akhirnya Bang Lucas setuju lo bimbingan sama Dana Bank?" reaksi Keana sambil tertawa usai Sena menceritakan segala yang terjadi kemarin. Sambil mengunyah keripik kentangnya dan memeluk toples, Sena mengangguk. keduanya sedang ada di kamar kos Keana.
"Astaga, konyol banget sih, tahu gitu dari kemaren aja," ejek Keana keheranan.
"Bener banget, yah, paling enggak Bang Lucas nggak lagi ikut campur urusan gue dan bikin gue tambah pusing."
Keana merapat pada Sena dengan senyum mencurigakan. "Artinya lo mengakui kalau bimbingan dengan Dana Bank menyenangkan, dong?" jailnya.
Sena langsung menonyor kening Keana membuat cewek itu mengaduh. "Senyum macam apa coba itu?" dengkus Sena tetap mengundang tawa Keana.
Sena tahu-tahu manggut-manggut saja. "Yah, walau gue akui, kalau Aksa itu tidak seburuk yang kita bicarakan dulu."
Tawa Keana semakin kencang. "Di mana-mana gitu nggak sih setiap kita habis kenal seseorang?"
Sena ikut tertawa membenarkan. "Artinya, bisa nih selesai skripsi satu bulan?"
"Buset! Kilat banget kayak hujan badai," reaksi Sena.
Keana berdiri untuk mengambil minumnya di meja dekat pintu kamar. "Kan emang harus ngebut, Na."
Benar, sih. Kalau dipikirkan, bukan saatnya Sena bersantai, belum lagi dosbimnya kan susah banget dihubungi, walau yang kemarin sudah memberikan persetujuan untuk dia melanjutkan ke bab dua dengan beberapa revisi kecil.
"Harus ada rencana, kan?" Keana kembali duduk di samping Sena.
"Nantilah, target gue bisa wisuda tahun depan."
Keana mengangguk setuju.
"By the way, katanya ada yang juga mau lo ceritakan. Apa?" Sena tiba-tiba teringat kalau tujuan dia ke sini juga karena Keana memberi kabar memiliki berita bagus yang katanya sih tidak mau dibicarakan lewat telepon, paling enak dibicarakan secara langsung. Dan begitu mendengar pertanyaan Sena, dengan air muka sumringah, Keana menyentuh lengan kanan Sena yang bisa melihat sinar bahagia dari kedua pualam cewek tersebut.
"Apa nih?" kekeh Sena jadi ikut deg-deg-an.
"Lo pasti nggak akan percaya," jerit Keana tertahan.
Salah satu alis Sena menukik.
Keana menyentuh kedua bahu Sena dengan eskpresi yang tidak bisa diarikan. "Lo di lamar?" ceplos Sena asal. Yang langsung mendapat tepukan dari Keana. "Bukanlah! Eh belum!"
Sena tertawa. "Terus?"
Keana diam sebentar dengan senyum tertahan karena tidak tahan ingin berteriak. "Gue ..."
"gue?" kernyit Sena.
"Gue keterima kerja di We Care!" teriak Keana bahagia.
Sena ikut berteriak dan menutup mulutnya tidak percaya. "Seriusan?" kejutnya.
"Seriuslah!"
"Aaaaaaaa!!!" Mereka berteriak bersama dan berdiri untuk melompat-lompat sambil berpelukan. "Aaaaa!!! Seneng banget!" jerit Sena ikut senang dengan kabar tersebut.
Dengan napas yang tidak beraturan, Keana merenggangkan pelukan mereka. "Gue justru nggak percaya kalau gue bisa keterima, Na. Lo bayangin gue baru wisuda kemaren dan masih fresh banget coba, masih nggak kebayang coba," reaksi Keana bahagia.
"Bagus dong. Itu artinya emang udah rejeki lo," bangga Sena terkekeh.
"Lo bener banget, makasih ya, Na," kata Keana tidak mampu menyembunyikan raut bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You | TAMAT ✔
RomanceGara-gara tidak bisa log in repository kampus sebelah, demi mendapat referensi untuk skripsinya, Sena rela mencari info dan menghubungi langsung Danadhyaksa, pemilik penelitian incaran dia. Masalahnya, sudah bicara baik-baik, eh, dibilang Kang Calon...