Baru ngecek email, Aksa sedikit terperanjat saat suara tak yang berasal dari piring steak yang Aksa pesan diletakkan sedikit kasar di atas mejanya. Menyusul minuman yang juga dia pesan bersamaan. Pandangannya beralih dari tap, memindai pria yang berdiri di depannya. Salah satu alis pria tersebut menukik. "Ada masalah?" tanyanya pada Aksa tanpa merasa bersalah.
Aksa menegakkan tubuhnya dan meletakkan tabnya lalu meraih garpu dan pisau steak. "Kalau piring pecah, bukan salah gue, Kas."
Lukas. Pria tersebut berdecak.
"Perasaan yang menerima pesanan bukan lo, kenapa tahu-tahu diantar pemilik restoran, gue jadi merasa terhormat," kekeh Aksa sambil mengiris dagingnya.
Iya. Aksa sedang berada di restoran milik Lukas. Pulang kampus, dia tiba-tiba saja pengin ke sini. Spontan saja karena lewat. Benar saja, dia mendapatkan sambutan kurang baik dari Lukas.
"Bereskan makan lo habis itu keluar dari sini," balas Lukas tidak peduli.
Lukas hendak berbalik sebelum Aksa bersuara lagi. "Kenapa lo nggak bisa profesional, Kas?" Dia sedikit tidak senang dengan cara Lucas menyambutnya.
Lukas menoleh ke belakang
Dia tertawa mengejek. "Kenapa gue harus profesional?"Diam-diam, Aksa menyesal ke sini. Nyatanya dia ingin menyamakan sifat kakak beradik ini. Lukas dan Sena. Tidak ada bedanya, sama-sama mudah tersulut emosi.
"Gue kira semua sudah clear sebelum kita lulus." Kalau itu yang memang Lukas permasalahkan.
Lukas memutar tubuh menghadap Aksa. Dia menyeringai. "Pernah gue memaafkan lo dan tim lo?"
Aksa terdiam sesaat. Jadi, dendam itu benar-benar menggunung?
Lalu, Aksa mendesah. Dia teringat perkataan Sena bahwa seharusnya sejak awal Aksa minta maaf, jadi, "Gue minta maaf."
Aksa bisa melihat kedua bola mata boba bening Lukas terlihat sedikit beekedut terkejut begitu mendengar perkataan dari Aksa. Hanya sesaat sebelum tawa kecil Lukas lolos.
"Gue tahu gue sudah ceroboh dengan membiarkan tim gue semena-mena dan tidak ikut membersihkan nama baik lo hanya karena gue merasa tidak perlu berurusan dengan lo."
Lukas masih diam menatap tajam.
"Gue serius. Gue minta maaf."
Rahang Lukas mengetat menahan sesuatu.
"Daripada lo minta maaf, pastikan urusan lo dan Sena segera tuntas."
Aksa mendengkus geli. "Lo berpikir kami akan punya urusan panjang?"
Lukas diam saja.
"Come on, Kas. kami hanya dosen dan mahasiswa," lanjut Aksa dengan suara tidak habis pikir.
Lukas menyeringai. "Seharusnya. Itu kalau gue nggak lupa bahwa Sena punya magic yang bisa membuat orang lain luluh tanpa protes sedikit pun."
"Astaga abang!" Dan jeritan barusan akhirnya mengalihkan perdebatan keduanya yang sama-sama terkejut melihat Sena yang mulai menuruni satu per satu tangga penyambung ke rooftop.
"Kok kamu udah turun?" Suara Lukas melembut.
Sena mendengkus. "Jadi ini alasan Abang nggak biarin aku segera pulang dan suruh di rooftop terus?" Sena tidak habis pikir dengan abangnya ini. Tadi, dia mau pulang tapi dilarang. Ternyata karena ada Aksa. Astaga, nggak masuk akal banget.
"Abang cuma mau kamu nggak banyak interaksi sama dia." Lukas tidak mau berbohong.
Sena dan Aksa sama-sama melongo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You | TAMAT ✔
RomanceGara-gara tidak bisa log in repository kampus sebelah, demi mendapat referensi untuk skripsinya, Sena rela mencari info dan menghubungi langsung Danadhyaksa, pemilik penelitian incaran dia. Masalahnya, sudah bicara baik-baik, eh, dibilang Kang Calon...