Ternyata susah ya dapat 150 vote 😂 tapi aku akan tetap upload meski belum mencapai 150. Terima kasih buat teman-teman yang sudah vote yaaa 😁
Aku update lagi kalau sudah dapat 120 vote ya 😉
Buat bab ekstra 4 di karyakarsa sedang aku ketik. Aku langsung publish begitu selesai ngetik 🤗
Aku kok nggak lihat Sena, Mas?”
Tanpa sadar, pegangan Aksa pada kemudinya mengerat. Untuk ukuran orang yang tidak begitu dekat, rasanya pertanyaan Jina terlalu mengusik. Namun, Aksa juga tidak memberi ulti pada Jina untuk berhenti mengusik kehidupan pribadinya. Perempuan mudah terbawa perasaan, kan?
“Dia memang enggak datang,” jujur Aksa sebelum mobilnya berhenti di traffic light.
Jina manggut-manggut, meski sudah diusir oleh Aksa, dia tidak gentar untuk terus memindai pergerakan Aksa di sampingnya. Tadi, dia kira Aksa akan menolaknya, ternyata pria tersebut tetap mengizinkan dia untuk pulang bersama.
“Kamu belum kenalin Sena ke Tante sama Om, Mas?”
Aksa menoleh sebentar pada Jina hanya untuk menunjukkan air muka tidak nyamannya dengan pertanyaan gadis tersebut. Bagaimana bisa pertanyaan tidak berbobot itu keluar dari mulut Jina? Lagi-lagi, demi menjaga perasaan Jina, Aksa menahan diri untuk tidak memaki.
“Sudah,” balas Aksa. Dia memang sudah menegnalkan Sena pada keluarganya, kan? Dia enggak bohong, kan? Yah walau dia mengenalkannya sebagai mahasiswinya.
“Ah, aku kira belum,” kekeh Jina.
“Aku pasti mengenalkan Sena, Ji. Mereka harus tahu Sena bukan? Dan keluargaku juga terbuka dan menyukai Sena.” Entah dorongan dari mana, Aksa tidak menahan hasratnya bilang begitu pada Jina yang seketika itu, terdiam membeku. Bibirnya menipis dan dia berusaha menahan dirinya dengan tertawa kecil. “Aku tunggu undangannya lho,” kekeh Jina.
Undangan? Sudut bibir Aksa terangkat, mengejek dirinya. Undangan wisuda Sena? “Tentu,” balas Aksa asal. Aksa mengeratkan pegangannya pada kemudi, bisa-bisnaya dia memanfaatkan Sena bahkan saat gadis tersebut tidak ada di sekitarnya. Padahal, mulanya mereka hanya sepakat untuk saling memberi keuntungan, Sena membayar Aksa, dan Aksa membantu Sena membereskan skripsinya hingga wisuda, Aksa juga menjanjikan membantu membuatkan CV yang bisa membuat Sena lolos lamaran kerja. Dia tersenyum tanggung. Kini, justru kesannya Aksa banyak memanfaatkan Sena. Gadis itu ... bagaimana reaksinya begitu tahu Aksa menjadikan namanya sebagai tembok pembatas dia dan Jina?
“Mas?” panggil Jina karena sejak tadi Aksa diam saja.
Aksa menoleh. “Kenapa? Udah mau sampai ini.” Cara Aksa menutupi lamunannya tadi.
“Iya, Mas mau mampir dulu?”
Aksa langsung menggeleng tanpa ragu. “Aku masih ada banyak kerjaan.” Tidak lama, mobil Aksa berhenti di depan lobi apartemen Jina.
“Makasih, Mas,” ujar Jina. Aksa mengangguk ringan.
Sesaat sebelum Jina membuka pintu, dia menoleh lagi pada Aksa. Salah satu alis Aksa menukik seakan paham kalau Jina masih memiliki beberapa hal yang ingin diutarakan.
“Aku tahu kita sudah nggak bisa buat dekat sebagai apa yang aku inginkan dulu,” kata Jina.
Aksa masih diam sebagai bentuk menunggu.
“Tapi, bukan berarti kita nggak temenan kan, Mas?”
Kali ini, Aksa tersenyum tulus. “Tentu, kita masih bisa berteman, Ji. Kamu juga kalau butuh apa-apa soal kampus, bisa langsung tanyakan padaku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You | TAMAT ✔
Roman d'amourGara-gara tidak bisa log in repository kampus sebelah, demi mendapat referensi untuk skripsinya, Sena rela mencari info dan menghubungi langsung Danadhyaksa, pemilik penelitian incaran dia. Masalahnya, sudah bicara baik-baik, eh, dibilang Kang Calon...