KOK JADI BEGINI, SIH [24]

3.6K 338 7
                                    

Hai ❤

Selamat hari minggu, minggu2 gini aku bawa bab baru alias bab 24 Mas Aksa dan Sena ya hihi 😍 happy reading ❤

Oh ya, buat yang pengin baca duluan, aku juga baru aja update nih bab 31, 32, dan 33 di karyakarsa.com ya ☺ kalian bisa baca duluannya banget banget karena udah sampai bab jauh tuh hihi

com ya ☺ kalian bisa baca duluannya banget banget karena udah sampai bab jauh tuh hihi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KOK JADI BEGINI, SIH [24]

Padahal mereka tidak begitu mengeluarkan tenaga walau lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam karena gugup. Namun, begitu turun dan saat Aksa mengajak menyantap soto di dekat lokasi, Sena serupa orang tidak makan berhari-hari. Aksa sampai bilang, "Na, mau nambah?" dengan suara ragu dan keheranan.

Pandangan Sena naik, menoleh ke kiri pada Aksa yang duduk di sampingnya dan dia mengerjap memindai Aksa. Lalu nyengir. "Saya kelihatan kelaparan ya, Mas?"

"Banget, mau nambah?"

Sena langsung menggeleng. Porsi yang sekarang saja banyak banget, dia memang sedang kelaparan jadi cara makannya sedikit lebih bar-bar. "Nggak, ini cukup kok."

Aksa hanya menganguk. Lalu kembali menikmati sotonya.

"Mas biasa makan di sini?" tanya Sena.

"Dulu sering. Sejak COVID sudah jarang. Ini pertama kalinya lagi."

"Ah, pantas saja teman-teman Mas tadi juga seperti kaget dan bilang tumben baru nongol."

Tawa Aksa lolos. "Kelihatan banget, ya?"

Sena mengangguk. "Kita langsung balik atau Mas mau ngobrol dulu sama temen-temen?" Bagaimana pun, Sena tidak boleh egois. Aksa sudah mengizinkan dia mencoba paralayang begini. Mana secara cuma-cuma lagi. Siapa tahu Aksa masih mau di sini, dia enggak keberatan kalau harus menunggu lebih lama.

"Nggak, langsung balik saja. Nanti takut kemalaman."

"Bener? Saya nggak keberatan nunggu lho." Sena tidak sedang jail, dia serius.

Sambil mengunyah, Aksa mengangguk. "Benar. Saya bisa ke sini kapan-kapan, Na."

"Oke, deh," balas Sena lalu menaruh gorengan ke kuah soto sampai tanpa sadar kuahnya sedikit menyiprat dan mengenai matanya. "Aduh! Perih!" keluhnya hendak mengucek mata tapi Aksa langsung menahan tangan Sena. "Jangan dikucek," cegah Aksa.

"Perih," keluh Sena panik.

"Bentar," kata Aksa menyentuh bagian bawah kelopak mata Sena.

"Jangan berkedip, biar air mata kamu keluar, biar lebih enakan."

Sena meringis menahan perih pada matanya yang memerah, sebelum tidak butuh waktu lama saat mengerjap, air matanya keluar dan Aksa segera menarik selembar tisu dan mengusap mata kiri Sena.

"Pelan-pelan Na saat mau makan meski kamu lapar banget," kata Aksa mengingatkan masih dengan mengecek mata Sena. Sementara sudah baikan, dari jarak sedekat ini, Sena justru terhipnotis pada kedua mata bulat Aksa yang memindai tajam matanya. Sena diam-diam menelan ludahnya. Kenapa dari tadi dia sering deket-deket wajah Aksa, sih? Mana sialannya lagi, kenapa juga dadanya jadi bertingkah tidak karuan begini. Benar-benar efek lama tidak berinteraksi dengan cowok, ya? Sungguh, untuk tidak tertarik pada orang tampan memang butuh usaha.

"Sudah. Nggak saya tiup karena justru bikin infeksi," kata Aksa.

Sena berdehem sebelum sedikit bergeser menjauh membuat jarak. "Makasih, Mas." Lalu menunduk untuk mengendalikan reaksi tubuhnya. Tenang, Na. Cuma karena lama nggak interaksi deket jadi gini. Tenang!

"Sudah enakan, kan?"

"Eh," spontan Sena menjauh saat Aksa menyentuh pipinya mau mengecek mata Sena.

"Sudah kok," balas Sena cepat. Lalu menjauhkan tangan Aksa dari pipinya"Mas mending makan deh. lanjutin, hehe." Jangan sampai dia kelihatan gugup. Aksa ini super sekali tidak terduga pergerakannya.

"Syukurlah."

Tidak lama suara bergetar timbul dari ponsel Aksa. Dan Sena ikut melirik ponsel Aksa yang ada di meja saat menyala. Tanpa sadar, dia ikut membaca pesan yang muncul di pop up.

Jina
Mas, jangan lupa makan. Nanti malam, aku antarkan lagi makan ya.

Sena membeku sesaat dan menoleh pada Aksa yang hanya membalik ponselnya sebelum santai menyantap sotonya tanpa mau membalas. Dia melotot. Yang barusan apa-apaan? Itu enggak direspons? Tetapi lebih dari itu, cara santai Aksa menyadarkan Sena. Kan! Ketertarikan sesaat Sena disadarkan oleh chat dari cewek bernama Jina. Oke, memang sepatutnya jangan tertarik. Aksa ini baik ke semua orang. Catat, Na. Jadi, Sena kembali fokus pada sotonya.

"Oh, ya, Na. Saya tiba-tiba inget sesuatu."

Sena menoleh bingung. "Apa?"

"Sejujurnya saya sedikit repot kalau kita terlalu formal."

"Hngg?" Sena semakin bingung.

Bibir Aksa menipis sebentar. "Bagaimana kalau kita mengobrol dengan lebih santai?"

Kening Sena mengernyit. "Maksudnya?"

"Bukan saya kamu, tetapi, aku dan kamu. Boleh?"

Dan begitu mendengar itu, Sena seketika melotot. Sial! Aksa sadar nggak sih kalau perubahan panggilan saya-kamu ke aku-kamu itu bahaya banget di sini! Bahaya![]

MAS AKSA RADA NGELUNJAK YA 🤣

Aksa sama Arslan. Yg dah baca Arslan, nanti Aksa mau mampir ke lapak Arslan nih. Inget kan temen yg kata Aksa ada di luar negeri? ITU TUH ARSLAN 🤣 Dah balik dia 🤣

 Inget kan temen yg kata Aksa ada di luar negeri? ITU TUH ARSLAN 🤣 Dah balik dia 🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chasing You | TAMAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang