"Jadi cuma mahasiswa bimbingan beneran, nih?"
Tatapan membunuh Aksa layangkan pada adiknya yang merapatkan bahunya pada bahu Aksa begitu mereka berdiri di depan bufet makanan ringan di salah satu super market.
Mutia langsung nyengir. Habis ini sudah lebih dari tujuh kali Mutia menanyakan, akan tetapi kalau Aksa mau menjawab, pasti tidak akan dia teror.
"Kamu pikir apa? Pacar?"
Mutia langsung mengangguk. "Pantas nolak Kak Jina, ternyata lagi pdkt sama mahasiswanya."
Aksa melotot, pemikiran dari mana coba? Belum lagi kehebohan Mutia yang tadi berhasil menarik perhatian kedua orangtuanya. Beruntung Aksa segera menyeret Mutia ke sini.
"Nggak ada pdkt, Ya," jelas Aksa jujur.
Lagipula Aksa tidak berbohong bukan? Dia dan Sena memang murni pembimbing dan mahasiswa kan? Sebab obrolan mereka bahkan hanya sebatas skripsi yang sedang Sena kerjakan.
"Tapi tadi vicall, mana sambil tiduran, ketawa-ket hhmmpphh!" Aksa langsung menjewer bibir Mutia sehingga kesulitan berbicara.
"Kotor tangannya!" Mutua memberontak dan mendorong Aksa menjauh.
"Abang tuh ya kebanyakan menyangkal, sebagai cewek dan pakar cinta, ak-"
"Halah! Halah! Pakar cinta, perasaan kemarin habis putus terus nangis-nangis tuh," potong Aksa sambil mengambil dua buah keripik apel dan memasukkannya ke troli.
Kedua bola mata Mutia berotasi. "Tolong ya, udah setahun yang lalu, bukan kemarin." Mutia peka kalau Aksa sedang membicarakan putus cintanya setahun lalu.
"Sekarang aku ini sudah jadi cewek strong tahu," keukuhnya sambil berjalan melewati bufet-bufet makanan ringan.
Di belakang Mutia, tawa Aksa meletup.
"Tapi, Bang, jangan mengalihkan," lanjut Mutia mengambil deterjen karena ingat di rumah sudah kehabisan.
Salah satu alis Aksa menukik. "Soal?"
"Obrolan kita soal mahasiswa Mas Dana."
Mendengar itu, bibir Aksa berkedut kesal. Masih saja soal Sena.
"Mau Mas bilang sampai bibir berbusa. Kamu pasti nggak percaya kan?"
Mutia menyeringai. "Tentu."
Tahu-tahu Mutia merangkul Aksa. "Tapi, Mas, perlu Mas tahu ya, aku tahu kok cowok itu susah jatuh cinta. Namun, sekalinya bertemu cewek ajaib di mata dia, nggak dapat restu pun dia terjang sampai dapat. Iya kan?" Mutia mengerling sebelum menjerit karena Aksa menjepit lehernya dengan lengan dia.
"Mas!"
"Adik akun ini kebanyakan baca novel, perlu disucikan ngak, sih?"
"Mas!" Karena Aksa beneran membuat dia tercekik. Mas sialan!
***
Baru juga mau mengambil air dingin di kulkas, tatapan memindai Lucas langsung membuat Sena mengkeret begitu sampai di dapur.
"Abang kalau lihatin aku kayak pembunuh gitu, aku colok pakai garpu nih," ancamnya lalu membuka pintu kulkas.
"Tumben nggak bimbingan." Lucas yang habis mencuci tangan justru mengalihkan obrolan. Begitu selesai membasahi kerongkongan, Sena membalas, "Sama yang mana?"
"Na," peringat Lucas karena nada bicara Sena serupa mengerjain dia.
Tawa Sena lolos. "Aku masih bimbingan online, Bang, kalau sama dosen. Kalau sama Mas Aksa sed-"
"Mas," potong Lucas geli.
sena terkejut. "Ya kan dia seumuran Abang. Nggak mungkin aku panggil Dek, kan?"
Decakan Lucas lolos lalu membuka kulkas, dia mengambil satu buah apel. "Besar kepala dia dihormati begitu."
"Aduh, Abang aku cemburu ya? Kan aku tetap menghormati Abang aku." Sena nyengir sambil melingkarkan lengannya pada lengan Lucas.
"Kamu tahu, Na. Aku khawatir," jujur Lucas.
Sena tersenyum kecil, dia mengerti, masa lalu Lucas dan Aksa membuat Lucas tidak bisa benar-benar membiarkan Sena terus-terusan bersama Aksa. Akan tetapi, dia tetap ingin meyakinkan abangnya, kalau dia pasti baik-baik saja.
"Nggak akan ada hal buruk, Mas. Aku baik-baik aja kok. Dia juga nggak keliatan punya niat buruk. Baik malah."
"Muji?" Nadanya kesal.
Sena langsung mendesah. "Muji dia biar Abang percaya ya."
"Dia dari dulu memang terkenal baik," ungkap Lucas sambil melangkah, masih menggandeng lengan Lucas, Sena ikut berjalan menuju ruang tengah, mereka duduk di sofa depan televisi.
"Oh, ya?" Sena merapat pada abangnya.
Lucas mengangguk sambil menggigit apelnya.
"Sampai wakil osisnya baper dan juga menyatakan cinta sama dia."
Dan Sena kontan terdiam sejenak saat Lucas menatap dia saksama. Jadi, cewek itu menyatakan cinta pada abangnya juga pada Aksa. Wah, Sena beneran kagum. Nyalinya besar juga.
"Terus, mereka jadian?"
Lucas menggeleng. "Aksa nggak suka."
"Ah, begitu." Sena manggut-manggut saja. Merasa iba.
"Itu karena Aksa terlalu baik, Na."
"Ya mungkin si ceweknya yang salah mengartikan kebaikan Aksa, Bang."
"Benar, dan itu yang aku takutkan."
"Heh?" bingung Sena. Kenapa tiba-tiba Lucas takit?
"Kalau dia juga mau memanfaatkan kamu."
Sena semakin mengernyit. "Maksudnya?"
"Dia baik sama kamu, dia selalu ada buat kamu dan dia buat kamu jatuh hati."
Dan usia kalimat barusan meluncur, tawa Sena mengudara sampai memukul lengan Lucas. "Abang ih! Yang bener aja deh."
"Siapa yang tahu kan?"
Wajah Sena pias saat Lucas terlihat tidak bercanda. Namun, dia tetap tidak habis pikir.
"Bang! Ya kali! Dia bukan tipe aku. Tipe aku tuh yang seumuran. Dia mah udah tua gitu. Nggak akan buat aku cinta deh."
Lucas menatap serius. "Perihal hati siapa yang tahu kan?"
Sena mengangguk lalu menepuk kedua bahu abangnya. "Dan abang lupa tiap orang bisa mengendalikan perasaannya? Lagian Abang aneh deh mikir ke sana gitu. Aku aja nggak kepikiran lho," Kekeh Sena.
Namun, tidak cukup membuat ekspresi khawatir Lucas memudar.
"Bang," kata Sena serius.
"Percaya sama aku deh. Nggak akan aku suka dia. Kalau sampai aku suka Aksa, ak-"
"Aku nggak akan restuin kalian," potong Lucas.
Sena mendesah akan tetapi tetap mengangguk untuk menenangkan abangnya. "Okay." Sena mengangguk mantap.
"Jadi itu konsekuensinya," lanjut Lucas.
Sena manggut-manggut saja, sebab dia yakin akan hatinya.
"Dah! Abang enggak usah khawatir. Okay?"
Namun, belum sempat Lucas membalas, tidak lama kemudian, ponsel Sena berdering, dia merogoh saku dan mengernyit begitu satu pesan muncul di pop up.
Mas Aksa.
Aksa Ngeselin
Na, saya kasih referensi ini."Siapa, Na?"[]
Gimana gimana? Hihi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You | TAMAT ✔
RomanceGara-gara tidak bisa log in repository kampus sebelah, demi mendapat referensi untuk skripsinya, Sena rela mencari info dan menghubungi langsung Danadhyaksa, pemilik penelitian incaran dia. Masalahnya, sudah bicara baik-baik, eh, dibilang Kang Calon...