MAHASISWA PENYUSUP [16]

3.7K 385 15
                                    

Hai! Aku balik lagi yey ❤ happy reading 😁

Sekembalinya Aksa dari Boga dan mengantar Jina sampai lahar parkir, secara naluri, Aksa hanya terdiam di ruangannya guna mencerna seluruh obrolannya dengan Jina tadi. Bohong kalau Aksa buta kepekaan soal ajakan Jina di Boga tadi. Mengingat keduanya sengaja dikenalkan untuk bisa menjalin hubungan serius. Kalau pun menolak, tidak ada alasan yang mampu menguatkan. Aksa jelas lajang dengan keluarga yang ingin Aksa segera menikah. Menolak tanpa memberi pilihan lain sama saja bunuh diri.

"Sial," desisnya lalu menopang keningnya dengan tangan. Pandangannya tanpa sadar beralih pada layar ponsel yang tiba-tiba menyala. Pesan Jina terlihat dari pop up. Aku sudah sampai, Mas. Aksa memejamkan matanya saat ingatan tadi tiba-tiba menyelinap.

Aksa berdehem sebentar karena habis batuk. Jina meringis. "Maaf Mas, Mas pasti kaget, ya?"

Aksa bisa melihat ekspresi khawatir dan menyesal Jina. Dia menggeleng, "Nggak apa-apa. Lagipula aku yang berlebihan. Padahal pertanyaan kamu ringan. Dan tentu, Ji. Sejak dulu kita memang berteman, kan?" Aksa berusaha menenangkan Jina.

Dan kembali dari mata Aksa, dia bisa melihat ekspresi semakin kecewa Jina begitu mendengar balasan Aksa barusan.

Jina tersenyum tanggung. "Iya, maksud aku begitu, biar bisa sering-sering lunch."

Bibir Aksa menipis, Jina ingin lebih dekat dan dia terlihat tidak menyerah.

"Habisan makanan kamu, Mas. Habis ini kamu mau antar aku ke lahan parkir, kan?"

Karena merasa telah mengecewakan, Aksa akhirnya mengangguk dan tidak banyak bertanya. sebelum mobil Jina melesat meninggalkan lahar parkir, perempuan tersebut sempat bilang, "Akan aku kabari begitu aku sampai apartemen."

Aksa meraih ponselnya yang layarnya sudah menunjukkan room chat dengan Jina. Dia menatap saksama pesan Jina yang belum dia balas. Jina terang-terangan mendekatinya. Jina tertarik padanya. Benar, tidak seharusnya Aksa mendirikan tembok padahal dia saja tidak sedang terikat dengan siapa pun. tidak ada salahnya untuk mencoba, kan? jadi, begitu membulatkan tekat, Aksa segera menarikan jemarinya di atas layar ponselnya. Syukurlah, Ji 😁 Begitu balasannya.

***

Padahal, tadi Aksa santai saja mengajar dan tidak menaruh curiga sedikit pun. Saat matanya tanpa sadar mengedar memindai mahasiswa di depannya. Barulah Aksa menyadari ketimpangan. Kelasnya yang masih bisa dihitung jari, juga jarak duduk setiap mahasiswa membuat Aksa mengenali salah satu cewek berkemeja putih dengan rambut yang dia biarkan terurai dan tersenyum jail padanya tersebut. Sambil berdiri, Aksa mengetuk-ketuk ujung spidol pada meja di sampingnya.

Sena, sejak kapan dia punya kerjaan masuk sembarangan ke kelas Aksa begini? Aksa menyeringai. Cewek itu pikir Aksa akan tinggal diam begitu?

"Ngomong-ngomong soal kebijakan The Tobacco Plain Packaging Act yang disahkan oleh Australia, Indonesia pernah menjadi salah satu negara yang menentang kebijakan tersebut," kata Aksa melanjutkan. Aksa mulai melangkah mendekati meja-meja mahasiswanya di depannya.

Sena yang duduk pada baris terakhir, menopang dagu sambil mendengarkan. Dia tuh nggak ada kerjaan di rumah, dan Aksa bilang sore nanti mereka ada bimbingan, daripada hanya tiduran, lebih baik ikut kelas siang Aksa, kan? kalau tidak salah, kelas mata kuliah Politik Luar Negeri Australia. Itu hasil dari Sena yang mengecek monitor jadwal kuliah di lobi jurusan.

"Menentangnya nggak main-main, ngajak pasukan juga," lanjut Aksa yang langsung membuat yang lain tertawa. Sena menyeringai geli, jadi begini cara Aksa mengajar? Dia kira rumor dosen killer itu benar adanya, tetapi kenapa Aksa terasa receh banget, ya?

Chasing You | TAMAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang