MAHASISWA AKHIR KALAU DISENGGOL DIKIT, BIASA BERMULUT TAJAM[14]

3.9K 395 32
                                    

Sena menguap karena bosan menunggu Aksa yang masih mengecek skripsinya. Apalagi dingin AC ruangan Aksa sangat mendukung serupa menyuruh dia tidur.

"Kamu copas ya?" kata Aksa membuat Sena terperanjat. Dia mengerjap dan kantuknya langsung menguap.

Aksa tadi sedang membaca bab III milik Sena yang mengulas mengenai dinamika kerjasama Indonesia dengan Tiongkok. Yang dapat pertanyaan, alih-alih merasa bersalah, justru bilang, "Iya, tapi kan sudah saya kasih body notes, Mas." Yang berhasil membuat Aksa tertawa miris, bisa-bisanya di semester akhir ada mahasiswa serupa Sena ini.

Sena mengernyit. "Mas kenapa? kek frustrasi begitu?" bingung Sena.

Aksa memejamkan matanya menahan emosi, salah-salah kata, dia bisa serupa membujuk pacar seperti hari-hari sebelumnya.

"Na, dengarkan saya. meski kamu bisa mengandalkan body notes, bukan berarti kamu bisa copas dengan kemiripan 100% begini."

Sena menengok layar laptopnya untuk mengecek.

"Kamu nggak buta parafrasekan?"

Dan akhirnya Sena meringis begitu sadar arah pembicaraan Aksa.

"Kamu mau kena plagiat lebih dari 50%?" lanjut Aksa.

Sena hanya nyengir. "Aku kira dengan adanya body notes, saya nggak perlu parafrase."

"Na," peringat Aksa.

Sena langsung mengalihkan laptop untuk menghadap dia. "Hehe, iya, iya. Noted, deh, Mas."

"Pastikan banyak yang kamu edit."

Sena mengangguk. Semoga matanya tidak lelah membaca satu per satu kata nantinya. Lalu, tiba-tiba Sena ingat sesuatu, Sena menoleh cepat pada Aksa yang sedang meneguk kopinya. "Mas, yang lusa kemarin salah kirim, ya?"

Salah satu alis Aksa menukik. "Yang mana?"

"Soal chat udah sampai rumah," balas Sena berusaha santai. Dia ingat tidak lagi membalas pesan Aksa tersebut. Cukup dia read saja. Pertemuan mereka dua hari berikutnya, maksudnya hari ini saja karena Aksa yang bilang sudah bisa bimbingan lagi, dan Sena langsung meluncur ke Cendekia. Dan disinilah dia, duduk di samping Aksa, di ruangan cowok tersebut. Baru dia tahu kalau selain Lab HI, Aksa memiliki ruangan sendiri di kantor dosen.

"Harusnya saya yang tanya sama kamu, kenapa pesan saya tidak dapat balasan?" Pertanyaan Aksa yang akhirnya mengalihkan lamunan Sena. Giliran Sena yang bermandi kebingungan. "Yang mana?"

"Soal chat udah sampai rumah," kata Aksa meniru Sena.

Sena melotot. "Lho, itu buat saya?"

Aksa mengangguk lugu.

"Kenapa?" bingung Sena tidak habis pikir.

"Kamu nggak khawatir sama saya?" pancing Aksa semakin membuat Sena kehilangan kata-kata.

"Idih, Mas! Geli tahu," protes Sena mengelus kedua lengannya merinding.

Tawa Aksa meletup, senang sekali menggoda Sena sampai wajahnya seasam itu.

"Saya cuma ngetes saja, bagaimana reaksi kamu. Tternyata tidak dapat balasan."

Desahan Sena lolos. Perasaan dia tidak sedang ikut ujian atau tes apa pun, lho. "Mas itu harusnya kirim ke Kak Jina, kenapa ke saya coba?"

"Saya juga kirim ke Jina." Aksa menatap serius Sena.

"Terus dia balas apa?"

"Dia balas syukurlah. Terus saya balas jempol." Aksa menunjukkan jempolnya.

Chasing You | TAMAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang