EH! BELUM KLIK, NIH [25]

3.6K 320 6
                                    

Hai, aku datang membawa bab 25 yaaa. Untuk bab 34-38 di Karyakarsa aku update hari minggu ya. atau mau sekarang juga? hihi

EH! BELUM KLIK, NIH [25]

"Maaf ya Mas, harus berhenti di depan begini. Saya cuma nggak mau ada pertikaian Mas sama Bang Lukas." Sena bicara sambil mengemasi tasnya.

"Saya?" beo Aksa bingung. Pandangan Sena kontan beralih pada Aksa, dan saat Aksa membuka mulut terlihat akan mengajukan protes lagi, telunjuk Sena cepat-cepat menuding. "Nggak!" tolaknya mengerti arah obrolan Aksa.

"Kenapa? Bukankah lebih santai? Toh, kita sudah berteman kan?" Ini mengenai kesepakatan atau lebih tepatnya permintaan Aksa untuk lebih santai dengan panggilan aku-kamu.

Bibir Sena tanpa sadar mencebik. "Panggilan saya dan kamu adalah batas kesopanan. Biar saya sadar kalau Mas merupakan dosen pembimbing saya. Jadi saya akan jaga sopan san–"

"Perasaan tadi sudah berubah jadi mentor paralayang dan yang traktir soto kamu, deh," ejek Aksa langsung membuat Sena mencubit lengan Aksa. Pria tersebut melotot dan langsung menyadarkan Sena. "Eh!" kejut Sena.

"Kan, Mas!"

"Begitu saja kamu sudah nggak sopan lho, Na."

Sena cemberut. "Makanya daripada saya menjadi-jadi. Ngerti?"

Aksa geleng-geleng saja. Perasaan Aksa, dari dulu Sena sudah merubuhkan batas sopan-santun. "Ya sudah," katanya mengalah.

"Buruan turun, macan di rumah kamu galak, kan?"

"Ye! Macan gitu abang saya kali. Lagian ngusir?" sinis Sena yang membuat Aksa tertawa.

"Aduh! Sakit!" rengek Sena karena Aksa sembarangan menarik hidungnya sampai merah.

"Mas!" pekik Sena begitu Aksa menjauhkan tangannya.

"Apa?" tanya Aksa tanpa dosa.

Sena menampakkan wajah geregetan yang berusaha sabar.

"Kurang-kurangi marah dan negatif thinking, Na," kata Aksa sambil condong ke Sena untuk membukakan pintu mobil dari dalam.

Eh, apaan coba, kejut Sena sampai punggungnya merapat pada sandaran saat lengan Aksa melewati depan perutnya.

"Mas yang mulai lho."

"Iya, iya. Maaf." Karena rasanya senang saja melihat wajah cemberut Sena.

"Nggak. Tunggu pembalasan aja. Ya udah Mas, see you. Makasih juga." Sena mengakhiri pertikaian dengan melambai dan segera turun dari mobil. Aksa hanya sempat geleng-geleng heran dengan Sena yang marah tapi tetap betingkah sopan begitu dan memindai sampai tubuh Sena menghilang dari penglihatannya. Begitu tidak terlihat, segera dia jalankan mobil membelah jalanan.

Sementaa itu, Sena menipiskan bibirnya dan pelan-pelan membuka pintu berharap kalau kedatangannya malam begini tidak ada ketahuan oleh Ab–

"Baru pulang?" sena langsung terlonjak dan melotot melihat Lukas yang melangkah mendekatinya sambil menikmati es krim. Dia datang dari dapur.

"Eh iya, Bang." Dia nyengir dan sebisa mungkin menanggalkan kegugupan.

Lukas manggut-manggut. "Dari mana? Kok rambut kamu perasaan sampai mirip singa begitu?"

Sena sigap merapikan rambutnya yang tergerai. Sial, ini pasti efek paralayang dan ketiduran di mobil tadi. Dia berdesis, lagipula kenapa juga Aksa tidak mengingatkan dia, sih?

"Ini tadi cuma efek ketiduran pas di mobil," balas Sena berusaha tenang.

Salah satu alis Lukas menukik. "Keana?" Sena sedikit terkejut saat nama sahabatnya disebutkan, akan tetapi menjadi keuntungan juga buat Sena. Jadi Sena bisa mengangguk saja. "Iya, di mobil. Kalau gitu, aku masuk dulu, Bang. Mau mandi nih, lengket banget," pamitnya langsung berlari menaiki tangga. Namun, karena kakinya kemarin keseleo, dia hampir tergelincir yang langsung mendapat teriakan dari Lukas. "Na!"

Chasing You | TAMAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang