DUNIA SEMPIT, KITA YANG KURANG MAIN [6]
Aksa hanya mampu terperangah memindai bagaimana cara Sena menghabiskan es krim red velvetnya sampai salah satu sudut bibirnya kotor. Dia mendesah, yang sedang berada di sampingnya bukan bocah lima tahun, kan? lagipula, bisa-bisanya dia bertemu makhluk seajaib ini. Yang tahu-tahu marah dan mudah dibujuk hanya dengan satu es krim saja."Enak?" tanya Aksa usai hanya diam memerhatikan Sena.
Dengan kedua mata yang nampak berbinar, Sena mengangguk semangat. "Enak banget!" Dia nyengir.
"Makasih lho, Mas," lanjutnya.
Padahal tadi dia hanya bercanda menawarkan es krim, siapa sangka bisa menyogok Sena yang bersiap mengeluarkan rengekan yang membuat pengunjung lain salah paham. Namun, tanpa sadar, Aksa tersenyum geli. Dia tidak bohong, Sena satu-satunya mahasiswa bimbingannya yang punya tingkah seajaib dan seberani ini bahkan di bimbingan pertama mereka. kalau saja Aksa pernah mengajar Sena, barangkali itu terasa wajar karena mereka saling mengenal di kelas, hanya saja, ini justru pertemuan ke berapa? Masih bisa dihitung jari, kan? anehnya lagi, Aksa tidak merasa keberatan, seharusnya, dia sudah angkat kaki duluan dengan tingkah bocah Sena, kan? seharusnya. Sayangnya dia justru berlanjut bilang, "Kita lanjut ya, kamu sambil mencatat beberapa poin di bimbingan pertama kita."
Alih-alih menyiapkan pena dan buku, Sena justru mengeluarkan ponsel dan menekan icon perekam. Dengan mata melotot, Aksa menatap heran Sena seakan bertanya lo ngapain?
"Tangan saya kan lagi makan es krim, jadi biar tidak ada satu pun yang terlewat, saya rekam saja." Dan sukses membuat rahang Aksa hampir jatuh.
"Sena!"
"Ya, Mas? Hehe."
Astaga! Aksa hanya mampu memejamkan mata menahan amarah.
"Listen to me, sedikit saja kesalahan, tidak ada toleransi, saya bisa marah beneran."
"Siap!" Sena berlaga hormat dengan tangannya yang bebas.
Dan Aksa mulai menjelaskan satu per satu poinnya. "Latar belakang akan menjadi media yang menjelaskan pada orang lain terutama penguji tentang topik yang kamu ambil, jadi begitu orang membaca, dia akan tahu kamu ini sedang meneliti apa dan kenapa. Paham?"
Sena manggut-manggut.
"Sebelum itu, kita ganti judul kamu."
Sena melotot. "Kok?"
"Nggak usah kaget, nggak akan jauh-jauh dari judul yang sekarang, kita hanya perlu mempersempit judul kamu supaya lebih fokus."
"Okay. So?"
"Saya punya dua opsi, karena kalau kamu saya suruh cari sendiri, pasti lama."
Sena langsung cemberut dengan air muka seasam sayur basi karena Aksa sudah underestimate padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You | TAMAT ✔
RomanceGara-gara tidak bisa log in repository kampus sebelah, demi mendapat referensi untuk skripsinya, Sena rela mencari info dan menghubungi langsung Danadhyaksa, pemilik penelitian incaran dia. Masalahnya, sudah bicara baik-baik, eh, dibilang Kang Calon...