PERIHAL NANTI, SIAPA YANG TAHU? [35]

3.3K 320 19
                                    

Happy reading 🤗

"Kapan bimbingan kamu selesai?"

Sewaktu Sena sedang asik membaca novel salah satu penulis kesukaannya sambil tengkurap di atas sofa, Lukas bertanya sambil memainkan ponsel kemudian duduk di sofa sebelah. Pandangan Sena naik, memindai abangnya.

"Belum tahu sih, tapi kayaknya udah mau beres, udah sampai bab empat," balasnya sambil menggoyangkan kedua kaki yang dia angkat dan kembali membaca novel.

Lukas menatap Sena yang terlihat asik sendiri. "Dari berapa bab?"

"Lima," balas Sena tanpa melirik Lukas karena sedang membalik halaman sambil tersenyum sehabis membaca momen menggemaskan kedua tokoh romansa.

"Tapi yang bab lima cuma penutup, sih," sambung Sena santai.

"Kalau begitu sehabis bab empat, nggak ada bimbingan dengan Aksa, kan?"

Dan senyum Sena karena efek bacaan seketika mudah sekali luntur. Obrolan ini lagi, yang selalu memancing pertikaian di antara keduanya. Sena terdiam sejenak, apa tidak bisa Lukas berhenti mengurusi soal Aksa?

"Na," tegur Lukas karena Sena masih saja diam.

Sena menutup novelnya lalu berganti posisi, dia kemudian duduk. "Belum tahu," balasnya asal.

"Lho, kok belum tahu? Kan hanya tinggal kesimpulan."

Ya habis abang ngeselin! Hanya dalam hati, karena Sena sedang malas sekali berdebat.

"Ya nantilah aku pikir-pikir."

"Na, abang nggak mau kamu berurusan terus menerus dengan Aksa," peringat Lukas.

Kalau Lukas tahu perkembangan hubungan keduanya, bisa Sena pastikan abangnya sudah kehabaisan kata dan pasti mengurung Sena di kamar. "Aku tahu, urusan skripsi juga sudah mau beres kok." Skripsi lho, ya. Sisanya kan bukan kendali Sena.

"Benar?" Lukas terlihat ragu.

Sena mendengkus. "Masa Abang mau aku skripsian terus?"

"Ya bukan begitu, skripsian dengan Aksa yang harus segera beres."

"Skrispinya juga dong," kekeh Sena nggak habis pikir.

Aksa berdiri mendekati Sena. "Abang hanya sedang melindungi kamu, Na. Mengerti?" Lukas mengelus lembut rambut Sena. Cewek tersebut tersenyum mencoba memberi ketenangan buat Lukas. Meski kadang suka kesal dengan Lukas, Sena paham kalau rentetan desakan yang terus-terusan Lukas layangkan buat dia merupakan bentuk perhatian dan ingin melindungi Sena. Namun, rasanya Lukas tidak perlu bergitu takut, sebab Sena bisa mengurus dirinya sendiri, kalau pun butuh abangnya, dia pasti akan bilang.

"Abang nggak mau dia memanfaatkam kamu," lanjut Lukas.

Sena mengangguk, lalu menyentuh tangan Abangnya. "Abang nggak usah khawatir, percaya sama aku. Oke?"

Dan baru Lukas tersenyum lega, juga baru akan buka mulut untuk bicara, dering ponsel Sena yang tergeletak di samping novel mengusik keduanya. Sontak, kedua bersaudara tersebut kompak menoleh pada ponsel Sena, dan sama-sama melotot begitu tahu nama siapa yang terpampang di layar ponsel. Sial!

"Sena!" teriak Lukas saat Sena dengan sigap merampas ponselnya lebih dulu dari Lukas dan kabur menaiki tangga menuju kamarnya.

"Sena! Berhenti di situ!"

"Nggak! Ini nggak seperti yang Abang kira!" teriak Sena sebelum membanting pintu kamar dan langsung meguncinya, mengabaikan teriakkan Lukas. Sena menatap kesal layar ponselnya. "Nih dosen ngapain sih nelepon dadakan begini! Baru juga baikan sama abang gue! Rusuh banget!" maki Sena pada profil WA Aksa sebelum menolak panggilan. Biar tahu rasa!

Chasing You | TAMAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang