Hai, akun hadir lagi nihhh. Masih manis2 lhooo 🤣 sebelum aku kasih konflik lagi nih #eh hihi
Oh ya, CHASING YOU sudah tamat di karyakarsa ya. Buat yang nggak sabar pengin cepet kelar baca, bisa langsung cus ke akun anindastink di karyakarsa.com 🤗
LUPA MACAN, YA GITU [44]
Main hape. Main kuku. Habisin jus sirsak. Juga tertawa garing karena tidak fokus menonton netflix. Sudah Sena lakukan. Gugup tetap memayunginya sampai bikin mulas. Tahu segala usaha tidak berbuah, dia akhirnya menoleh pada pria yang langsung tersenyum padanya. Manis, sampai dua lesung pipinya serupa listrik yang menyengat kedua pipi Sena sampai merah.
“Mas kayaknya netflix lebih menarik, deh.” Habis Aksa sejak tadi enggan melepaskan pandangannya dari Sena. Kalau ada jerawat, atau giginya kotor, kan Aksa bisa bilang, bukannya membisu begitu.
“Kamu pakai pelet ya, Na?”
Kan random banget coba! Tapi Sena iya-iya saja meladeni. “Iya, semar mesem.”
Aksa kembali menimpali, “Pesen di mana?”
“Kemarin, sih, dukun sebelah. Katanya manjur, sih,” kata Sena santai.
Aksa tertawa. “Pantes.”
Sena menyeringai. “Kenapa? Kena pelet, ya?”
Sena tidak bisa menahan ekspresi gemasnya begitu Aksa mengangguk serupa bocah lima tahun. “Iya, kena banget.”
“Lama-lama mukanya aku tutup karung kalau lihat ke sini terus,” gemas Sena sebab senyum Aksa beneran tidak luntur saat menatapnya, bikin pipi Sena panas terus. Kali ini, Aksa tertawa sampai giginya terlihat, sebelum suaranya mengaduh memenuhi ruang tengah. “Sakit, Na!” Dia melotot pada Sena, habis Sena baru saja mencubitnya. Kapan sih kebiasaan Sena hilang?
“Bagus, muka kesel gitu bisa aku terima.” Dari pada kenyataan kalau Aksa naksir dia, masih sulit Sena terima.
Dengkusan geli Aksa lolos sebagai reaksi. “Yuk, aku antar pulang, supaya macan di rumah kamu nggak ngamuk,” putus Aksa akhirnya begitu sadar kalau sudah hampir sore. Dan kehadiran Sena cukup mengacaukan isi kepalanya yang ingin terus berdekatan dengan Sena. Mendengar ajakan Aksa, Sena sejenak terdiam sambil memindai Aksa yang membereskan barang-barang Sena di meja. Bibirnya menipis, bicara soal macan di rumahnya, artinya Lukas, abangnya. Musuh Aksa. dia memejamkan mata kuat-kuat. Sial! Nelen ludah sendiri lo, Na.
“Mas?”
Aksa menoleh. “Kenapa?”
“Kita ... backstreet dulu ya, Mas.” Barusan bukan ajakan, melainkan keputusan.
Salah satu alis Aksa menukik. “Kenapa?”
“Seperti yang Mas bilang tadi. Di rumahku kan ada macan.”
Dan Aksa hanya mampu mengumpat sambil memejamkan mata. Sena meringis tidak enak. Pantas saja Sena mudah menerimanya, mudah membuka hati buat dia, sebab badainya belum mereka lewati. Memutuskan bersama Sena, artinya harus menghadapi Lukas, satu-satunya manusia yang menjelma pagar besi Sena.
“Mas?” Sena menyentuh lengan Aksa karena masih diam.
Aksa tersenyum sebelum berdiri untuk memeluk Sena supaya gemuruh dadanya lebih tenang. “It’s okay. soal Lukas, biar aku yang urus, jangan banyak bertengkar dengan dia. Ya?” Sena mengangguk saja walau isi kepalanya penuh rencana membujuk Lukas.
Aksa mengurai pelukan mereka. “Aku jadi ingat.”
Sena kebingungan. “Soal?”
“Kita jadi beli cincin biar kamu yakin?”
Sena melotot. “Mas!”
Sial! Mana Aksa ketawa lagi.
***
Sena berguling hingga tengkurap sambil menatap potret Aksa yang pernah dia ambil saat mereka main paragliding waktu itu. “Ini beneran cowok yang naksir gue?” Sena benar masih belum percaya. Lalu tangannya meraih cermin kecil yang ada di nakas sebelum mengecek wajahnya, dia pandangi bergantian wajah dan layar ponsel yang menampilkan potret Aksa.
“Eh, cowok jelek, lo beneran naksir cewek ini?” tanya Sena pada foto Aksa, lalu dia bergidik sendiri melihat wajahnya.
“Tapi gue cantik, sih,” kekeh Sena lalu mengibaskan rambutnya. Dia tersenyum kecil menatap pantulan wajahnya dari cermin sebesar telapak tangannya tersebut. “Tapi apa coba yang bikin dia suka? Yang ada kita selalu bertengkar kali.” Sena geleng-geleng geli. Lalu berganti terlentang. “Dia kayaknya beneran kena pelet, deh. Ngaku nggak lo. Lo pakai pelet, kan?” kekeh Sena pada dirinya sendiri dari cermin.
Senyum kecilnya terbit. “Atau gue yang kena pelet? Monolognya geli. Sebelum decakan kecewanya lolos. Daripada bertanya-tanya soal alasan Aksa jatuh hati padanya, Sena jadi teringat Lukas. Dia beralih menatap figura di atas nakas yang menampilkan fotonya dengan abangnya tersebut. Lukas sudah sulit diselamatkan untuk menyukai Aksa. Sementara seluruh tanggung jawab almarhum papanya sudah diambil oleh Lukas.
“Gue berasa siti nurbaya tahu. Atau gadis perawan yang berusaha dapet restu dari keluarga?” Sena langsung geleng-geleng, ya ampun, baru juga jadian, pikiran Sena sudah memlalang buana. Ya kalau jadi dengan Aksa, kalau putus gimana? Sena terpekur sejenak. Putus? Dadanya langsung nyeri, bibirnya tertekuk. “Ya masa putus,” gumamnya. Kalau putus, hubungannya dengan Aksa pasti akan berakhir seperti dia dan Sam, justru canggung karena kemarin Sena juga habis marah-marah ke Sam, kan? Sena memukul-mukul kepalanya. “Berhenti mikir yang aneh. Mending sekarang email dosen dan tunggu jawabannya,” putus Sena langsung bangkit dari rajang untuk mengambil laptop. Tanpa tahu kalau ponselnya menyala dan menampilkan pesan Aksa yang muncul dari pop up. Na, sudah tidur?
Oh ya, CHASING YOU sudah tamat di karyakarsa ya. Buat yang nggak sabar pengin cepet kelar baca, bisa langsung cus ke akun anindastink di karyakarsa.com 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing You | TAMAT ✔
RomanceGara-gara tidak bisa log in repository kampus sebelah, demi mendapat referensi untuk skripsinya, Sena rela mencari info dan menghubungi langsung Danadhyaksa, pemilik penelitian incaran dia. Masalahnya, sudah bicara baik-baik, eh, dibilang Kang Calon...