02 - Cerita Nenek Moyang

3.7K 531 11
                                    

Renita secara alami menyandarkan kepalanya di lengan Dita. Meskipun dia ingin fokus mendengarkan perbincangan antara Kara dan Dita, pikirannya selalu tidak fokus karena kedekatan Dita.

"Memangnya ancaman selain manusia itu apa?" Tanya Kara dengan ekspresi yang fokus.

Dita terlihat berpikir sejenak, ia terlihat menimbang segala kemungkinan yang mungkin bisa terjadi jika dia bercerita.

"Perlu kutegaskan kalau aku menceritakan ini pada kalian karena Renita pada akhirnya akan jadi istriku, dan kamu Kara, adalah bagian dari keluarga Rajasa. Kami keluarga Keraton tidak menceritakan ini pada sembarang orang."

Renita meletakkan tangannya di paha Dita kemudian secara perlahan Dita menggenggam tangan Renita hingga membuat gadis itu tersenyum.

"Sejarah keluarga Keraton tidak selalu mulus. Kami juga manusia yang mendapat ancaman dari banyak pihak. Percobaan pembunuhan, fitnah, kutukan, sering kami dapatkan. Tujuan mereka sama, untuk menggulingkan kekuatan kami dan merebut kekuasaan."

Renita sedikit terkejut mendengar itu, tapi ia tidak menyela omongan Dita. Ia melihat ke arah Kara yang sekarang terlihat menunjukkan ekspresi bingung tidak percaya. Kara memberi tanda pada Dita untuk berhenti sejenak.

"Aku mengerti di bagian percobaan pembunuhan dan fitnah, tapi, apa itu kutukan?" Tanyanya.

"Hal yang terjadi di luar nalar. Atau mungkin bisa dibilang nalar manusia tidak cukup untuk mencernanya."

Kali ini Kara terlihat tidak percaya tapi dia membiarkan Dita melanjutkan cerita.

"Aku tidak tahu kapan tepatnya, tapi nenek moyangku dulu pernah berada dalam bahaya. Saat ia terpojok, ada dua orang misterius yang menyelamatkannya. Mereka berdua tidak meminta imbalan, dan langsung menghilang begitu saja. Tetapi nenek moyangku berusaha mencari mereka, sampai akhirnya saat mereka bertemu lagi keluarga Keraton ingin membalas kebaikan mereka."

Renita dan Kara saling bertukar pandang. "Apa mereka meminta sebuah imbalan?" Tanya Renita kini mulai tertarik dengan pembicaraan.

"Pihak keraton menawarkan imbalan, mereka tidak memintanya. Tapi pada akhirnya tumbuh sebuah kesepakatan antara keluarga Keraton dengan mereka."

Meskipun Renita sebenarnya tidak terlalu tertarik pada semua ini, ia merasa hal ini pada akhirnya akan sampai pada dirinya. "Kesepakatannya adalah?" Lanjut Kara.

Dita mengamati keduanya, ia memandang ke arah Renita cukup lama, "Sebenarnya hal ini tidak boleh diketahui oleh Renita. Hanya keluarga langsung keraton yang mengetahuinya..." Gumam Dita sambil menghindari pandangan dari Renita.

Kara mengalihkan pandangan pada Renita, gadis itu lalu bergumam, "Memangnya kenapa? aku kan akan jadi bagian keluarga Keraton juga!" 

Dita memandang Renita. Gadis itu tidak menyangka jarak antara keduanya sangat dekat. Meski ia merasa gugup, Renita tetap menegakkan leher menunggu jawaban dari Dita. "Well, sebenarnya hal ini tidak pernah diberitahukan kepada keluarga menantu Keraton, bahkan Ibuku saja tidak tahu mengenai hal ini secara gamblang. Tapi, aku sepertinya ingin mengubah itu." Dita melirik ke arah Renita sekilas lalu memandang Kara yang duduk di depannya.

"Mereka menginginkan identitas dan izin untuk tinggal di sini, sedangkan dari pihak Keraton, menginginkan mereka melindungi keturunan Keraton." Jawab Dita.

Baik Renita maupun Kara masih terlihat tidak paham dengan apa yang dibicarakan Dita. Lelaki itu akhirnya hanya menghelai napas keras sambil bersandar di kursinya sendiri. Tangannya masih perlahan mulai memainkan jari-jari tangan Renita sedangkan pandangannya masih fokus mengamati Kara.

Blessed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang