Seperti penjelasan dari Riani, mereka semua menghilang begitu Dita dan Renita memasuki kamar mereka. Matahari masih bersinar terang, dan suasana pantai belum terlalu panas karena waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi.
Kamar mereka didominasi oleh kaca yang menyuguhkan pemandangan pepohonan di belakang dan pantai serta teras villa di bagian depan. Kaca itu terlihat gelap dari luar sehingga mereka tidak akan khawatir jika ada orang yang melihat dari luar ruangan. Sedangkan kamar mereka sendiri terasa nyaman. Kamar mandi terletak di sudut ruangan dengan pintu kaca yang tidak terlalu memberi mereka privasi.
Kasur besar dengan tirai di sekelilingnya diletakkan tepat di tengah ruangan, taburan kelopak bunga berwarna merah memenuhi seluruh kasur. Sebuah Sofa sepanjang tinggi Renita terletak di sudut berlawanan dari kamar mandai menghadap ke arah televisi yang menempel di tembok.
Dita memandang ke arah Renita, dengan canggung dia berkata, "Mau jalan-jalan sebentar ke pantai?" Tanya Dita.
Renita mengiyakan ajakan Dita. Mereka berdua langsung beranjak untuk berganti pakaian yang lebih santai. Dita membuka kopernya di lantai dan segera mengambil celana pendek selutut dengan kaus tanpa lengan berwarna putih. Ia langsung membuka bajunya untuk berganti di depan Renita.
Renita tidak mengantisipasi kemungkinan terjadinya ini sebelumnya. Gadis itu mengalihkan pandangannya lalu mengambil tempat di sisi lain tempat tidur untuk membuka koper. Renita mengeluarkan tank top berwarna biru dan celana pendek jins. Renita mengganti pakaian atasnya sambil duduk di lantai. Ia sesekali melirik ke arah Dita yang sekarang sudah selesai berganti pakaian dan berdiri memunggungi Renita.
Setelah Renita selesai berganti baju ia berdiri dari tempatnya untuk mengganti celana. Mereka berdua kemudian keluar menuju pantai. Tidak ada pembicaraan antara mereka. Saat mereka menuruni turunan jalan setapak batu, Dita secara instingtif mengulurkan tangannya pada Renita dan gadis itu menerima dengan senang hati.
Mereka sampai di ujung turunan dan disambut dengan suara ombak laut lengkap dengan angin semilir. Cuaca mulai mendung, musim hujan sudah mulai datang. Rasanya aneh saat mereka berdua benar-benar memiliki privasi. Selama sebulan terakhir setelah pernikahan mereka, Renita dan Dita tidak pernah benar-benar berdua. Dita selalu di kelilingi penjaganya, sedangkan Renita selalu bersama Ana selama di Keraton. Mereka juga masih tidur secara terpisah, karena Renita belum memiliki keberanian untuk tidur di Kamar Dita walaupun lelaki itu sudah mengizinkannya.
Saat mereka berjalan di tepi pantai, Dita akhirnya membuka pembicaraan, "Jadi apa kamu sudah membiasakan diri dengan kehidupan Keraton?"
"Sebenarnya tidak terlalu banyak perbedaan dengan keseharianku, tapi kehidupan seleksi cukup membuatku terbiasa dengan aktivitas di Keraton. Meskipun sekarang kita masih belum sesibuk Gusti Prabu atau Gusti Ratu." Jawab Renita.
Mereka berjalan pelan. Renita terhenti lalu menarik Dita untuk sedikit menjauh dari air dan akhirnya duduk di pasir sambil meluruskan kakinya. Dita mengikuti teladan Renita tapi menekuk kakinya. Mereka menikmati pemandangan lautan.
"Mas Dita gimana ceritanya bisa akrab dengan Kara sih?"
Dita menyandarkan kepalanya di lutut dengan kepala yang menoleh ke arah Renita. "Penasaran banget atau penasaran aja?"
"Yah gimana ya, di sisi lain aku paham hubungan kalian, tapi di sisi lain aku ingin tahu bagaimana kalian bisa sampai sedekat itu, sampai-sampai mas Dita mempercayakan posisi satu kandidat putri mahkota untuk mata-mata pada Kara." Jelas Renita.
Dita mengangguk mengerti. "Kamu sudah tahukan kalau kami bertemu saat kuliah, dan Kara masuk lebih awal karena kegeniusannya."
Renita mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessed [END]
ChickLit[SEKUEL PRIVILEGE] Cerita Beririsan dengan Gate Into The Unknown. Akan lebih seru kalau kalian baca itu juga. Setelah selesai seleksi, Kara berniat kembali pada kehidupan normalnya. Tetapi dia kesulitan mendapat pekerjaan dan masih galau dengan stat...