Kara tidak berekspektasi kalau perjalanan dengan adik tirinya akan cukup menyenangkan. Ia langsung menyadari kalau Adam adalah seorang profesional dalam perjalanan. Ia tidak terlalu banyak tingkah, menjaga agar mereka tidak dehidrasi dan selalu mengecek waktu untuk jadwal.
Saat mereka sudah sampai di Bandara Kadipaten paling utara dari pulau Suwarna, seorang staf bandara sudah menunggu mereka dengan papan nama Kara. Gadis itu menoleh pada adiknya dengan ekspresi tanya.
"Dia adalah escort kita di bandara ini. Sudah termasuk dalam kartu hitam Rajasa." Jawab Adam singkat.
Staf Bandara itu mengantar mereka ke bagian penjemputan dan mempersilahkan mereka untum masuk ke sebuah mobil yang sudah siap berangkat saat mereka datang. Kara dan Adam yang tidak banyak membawa barang, langsung masuk di kursi belakang mobil dan minta untuk diantar ke hotel terdekat.
Adam untuk pertama kalinya melakukan perjalanan tanpa seorang staf yang mendampinginya. Ia cukup takjub melihat Kara bisa mengatur semua perjalanan mereka secara efektif. Meskipun gadis itu memiliki kartu hitam Rajasa, Kara tidak sepenuhnya bergantung pada kartu itu jika tidak terpaksa.
Selama perjalanan menuju hotel, Kara meminta supir untuk mengantar mereka ke ATM terdekat serta mampir ke minimarket. Kebetulan sekali supir membawa mereka ke minimarket dengan ATM.
Mereka berdua turun dan Kara sekali lagi menghentikan adiknya.
"Kamu ambil uang tunai sebanyak ini, aku akan minta kantong plastik dari kasir." Bisik Kara sambil memberikan kertas bertuliskan nominal uang yang diminta Kara. Mata Adam membelalak kaget. Ia berbisik pada Kara dengan penuh emosi.
"Memangnya uang sebanyak ini dipakai untuk apa?!"
Kara hanya mengangkat telunjuk. "Sepertinya masih kurang banyak ya?"
Adam malah memiringkan kepalanya dengan ekspresi tidak percaya. "Baiklah aku akan ambil uang sesuai tulisan ini." Jawab Adam lalu masuk ke minimarket duluan dan berjalan menuju ke mesin ATM di bagian dalam minimarket.
Kara masuk mengambil keranjang lalu segera mengambil sekotak amplop, camilan dan kebutuhan dasar perjalanan. Saat membayar barang yang dibelinya, Kara memintak kantong tambahan lalu berjalan mendatangi Adam.
Kara segera membuka kantong itu agar Adam bisa memasukkan uang yang sudah ditariknya dari mesin ATM sambil mengamati sekeliling dengan waspada. Adam bahkan tidak paham untuk apa Kara menarik uang sebanyak ini dalam waktu singkat.
Tanpa mereka sadari, pergerakan mereka diawasi oleh seseorang.
Kara dan Adam akhirnya menuju hotel megah yang sudah dipesan oleh Kara. Adam sedikit terkejut ketika dia membayar di resepsionis karena Kara memesan luxury suites yang memiliki dua kamar terpisah, ruang tamu dan bahkan ruang meeting.
Mereka berdua masuk kamar dan Adam memandangi Kara dengan ekspresi mencela. "Setelah ambil uang sebanyak itu, kamu memesan kamar semewah ini padahal kita cuma berdua?"
Kara melangkah masuk sambil menjawab, "Kalau cuma segini keluarga Rajasa bisa kan?"
Adam memutar bola matanya. "Tentu saja, tapi bukan berarti kita bebas menghambur-hamburkan untuk hal yang tidak penting."
Kara menoleh pada adiknya. "Siapa bilang tidak penting. Dalam seminggu ke depan tempat ini bisa saja menjadi markas berkumpulnya banyak orang. Cepat mandi, sore ini kita akan mewawancarai cukup banyak orang."
Kara bahkan menyewa satu ruang pertemuan kecil dari hotel untuk dia gunakan. Setelah mereka membersihkan diri, mereka makan siang sejenak dengan Kara yang memberi gambaran pada adiknya mengenai proses wawancara dan rencananya secara keseluruhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessed [END]
ChickLit[SEKUEL PRIVILEGE] Cerita Beririsan dengan Gate Into The Unknown. Akan lebih seru kalau kalian baca itu juga. Setelah selesai seleksi, Kara berniat kembali pada kehidupan normalnya. Tetapi dia kesulitan mendapat pekerjaan dan masih galau dengan stat...