11 - Jealousy

3.2K 428 19
                                    

Renita merasa kesal karena kemesraannya dengan Dita tidak bertahan lama. Setelah ciuman pertama mereka di atas kereta yang menjadi headline berita untuk beberapa minggu, Dita tidak pernah benar-benar menghabiskan waktu dengan Renita lagi. Ia paham kalau mereka sama-sama sibuk, tapi memangnya sulit meluangkan waktu untuk berkunjung ke ruang kerja Renita atau kamar pribadi Renita?

Kabar kepergian Raga sudah didengar oleh Renita dari Dita. Sebenarnya hal itu tidak membuat khawatir Renita, tetepi efeknya adalah Kara menjadi lebih sering bertemu Dita saat dirinya bahkan hampir tidak pernah punya kesempatan bersama Dita.

Renita merasa cemburu. Bahkan saat Kara sedang bersama Renita bertemu Dita, gadis itu selalu bisa membuka pembicaraan dengan Dita, sedangkan Renita hanya mendengarkan saja. Keadaan diperburuk dengan rumor yang pelahan muncul dalam rumah tangganya dengan Dita.

Ana, selalu melaporkan jika Kara berkunjung ke ruangan Dita. Renita awalnya tidak terlalu mempermasalahkan itu, tetapi lama kelamaan rutinitas mereka mengusik Renita hingga pada suatu hari Gusti Ratu mengajak Renita bertemu.

Renita datang ke ruang kerja Gusti Ratu. Saat Renita mengetuk pintu, Laila Dayang pribadi Gusti Ratu membukakan pintu dan mempersilahkan Renita masuk. Ia kemudian memberi salam pada Gusti Ratu setelah itu beliau mempersilahkan Renita untuk duduk di sofa. Renita menunggu beberapa saat sebelum akhirnya Gusti Ratu duduk di sofa dan Dayang Laila menyajikan camilan kecil untuk mereka.

Dayang dan Penjaga keluar dari ruangan meninggalkan Gusti Ratu dan Renita berdua saja di ruangan. Sejujurnya, meskipun Renita dan Gusti Ratu masih bagian dari keluarga Gunawangsa, Renita belum pernah bertemu Gusti Ratu secara langsung sebelum seleksi.

Hubungan mereka nyatanya hanya sebatas orang asing dengan nama keluarga yang sama. Renita menunggu Gusti Ratu membuka pembicaraan sambil menyeruput minumannya.

"Jadi apa kalian sudah berhubungan intim?" Tanya Gusti Ratu yang menyabkan Renita tersedak minumannya. Gusti Ratu tersenyum kecil melihat itu, ia segera mengambilkan beberapa lembar tisu untuk Renita.

Setelah Renita tenang, gadis itu menatap Gusti Ratu dengan gugup dan bingung harus menjawab apa. "Ah, ternyata belum ya?" Celetuk Gusti Ratu yang semakin membuat Renita menghindari pandangannya.

"Saya tidak tahu apakah pembicaraan seperti ini wajar untuk dilakukan, jadi saya masih malu dan belum terbiasa menghadapi pertanyaan anda Kanjeng." Jawab Renita.

Gusti Ratu mengibaskan tangannya, "Tenang, tidak perlu khawatir seperti itu. Wajar kalau kamu masih malu. Lagipula aku juga tahu bagaimana hubungan Dita denganmu mulai. Sebagai ibu, aku bersyukur kamu dengan tulus menyukai anak laki-lakiku."

Renita tersenyum, "Tidak perlu berterima kasih Kanjeng. Saya bahagia bisa berada di posisi ini."

Ekspresi Gusti Ratu mendadak berubah serius. "Aku senang kalau kamu bahagia di posisimu sekarang. Tapi apa kamu sudah mendengar rumor yang muncul mengenai hubungan Dita dan Kara akhir-akhir ini?"

Renita terdiam sejenak, ia mempertimbangkan apakah harus jujur atau berbohong dalam situasi ini. Jika dia bilang tidak tahu, mungkin saja Gusti Ratu bisa memandang remeh dirinya, tapi kalau dia berkata kalau dia tahu tetapi tidak ada tindakan, Gusti Ratu tetap akan memandangnya tidak becus dalam bekerja. Setidaknya itulah asumsi Renita.

"Saya mendengar rumor, tapi saya berusaha untuk tetap percaya pada yang bersangkutan dan mengabaikan sesuatu yang tidak jelas kebenarannya." Jawab Renita berusaha untuk netral.

"Berarti kamu bukan yang tidak tahu apa-apa kan? Apa kamu tahu bagaimana hubungan Dita dan Kara sebelum seleksi dan juga hubungan Dita dan Raga saat ini?"

Renita menatap Gusti Ratu. Ia akhirnya memutuskan untuk lebih terbuka pada orang yang masih dibilang kerabat jauhnya itu. "Saya tahu kalau Kara dan Mas Dita adalah teman kuliah. Mas Dita menyukai Kara, tapi gadis itu menyukai Raga sejak lama. Kara hanya tidak tahu kalau mereka berdua sebenarnya adalah saudara kandung yang juga adalah Pangeran dari negara kita jadi begitulah jadinya."

"Aku dari awal tidak terlalu suka padanya karena setelah dia menolak Dita, hubungannya dengan Ragapun tidak bisa dibilang berjalan dengan baik. Aku merasa dia tidak serius dan bermain-main dengan perasaan orang lain." Gerutu Gusti Ratu.

"Saya tidak membenarkan tindakan Kara yang tidak konsisten, tapi menurut saya, Kara hanya mencoba berhati-hati dan ia merasa belum siap dengan resiko yang akan datang bersamaan dengan dimulainya hubungan dengan Raga. Mungkin bagi saya atau Kanjeng, menerima sebuah tanggung jawab adalah hal yang biasa dan sudah ditekankan sejak kecil, tetapi bagi Kara yang selama ini hanya bertanggung jawab untuk keluarganya, mendapat tanggung jawab yang besar bisa menjadi tekanan batin untuknya. Justru saya salut pada Kara. Terlepas dari hubungan pribadinya dengan dua pangeran, Ia adalah orang yang tidak mengampangkan sebuah hal bernama tanggung jawab. Ia adalah orang yang tidak berniat mendaftar seleksi karena dia tahu posisi putri mahkota bukanlah sekedar posisi menjadi istri gusti pangeran, tetapi posisi sebagai calon Ratu di masa depan. Oleh karena itu, saya harap anda tidak terlalu membenci Kara akan hal itu." 

Gusti Ratu tersenyum memandang Renita. Ekspresinya menunjukkan rasa bangga. "Aku lega karena orang yang berdiri di samping Dita adalah orang yang bijak seperti kamu nak ..." Ucap Gusti Ratu.

"Rasa tidak sukaku mungkin karena dipengaruhi oleh bias. Aku menyayangi anak-anakku, dan merasa tidak adil saat hubungan mereka renggang hanya karena seorang gadis. Saat aku tahu kalau Raga menyukai Kara dan Dita yang mengalah karena Kara menyukai Raga, cukup membuat perasaanku campur aduk."

"Kanjeng tidak perlu khawatir lagi. Saya akan menjadi pendamping Mas Dita dan menjaganya dengan sepenuh hati."

Gusti Ratu tersenyum, "Walau begitu, sepertinya kamu tidak bisa terus-terusan memperkerjakan Kara sebagai sekretarismu." Tambahnya.

Renita memasang ekspresi bingung. Gusti Ratu lalu menjelaskan lebih detail. "Meskipun kamu percaya pada Dita dan Kara, mempertahankan Kara di sini juga tidak terlihat baik. Selain karena rumor, kamu juga perlu menguatkan posisimu di depan Dita. Kamu harus bisa merebut perasaan Dita."

Renita merasa ragu. Ia tidak benar-benar mempertimbangkan hal ini sebelumnya. "Ah, maksudnya saya harus membuat Mas Dita benar-benar mempunyai perasaan pada saya?"

Gusti Ratu mengangguk, "Kamu tentu tahu pepatah lama yang mengatakan cinta bisa muncul karena terbiasa kan?"

Renita mengangguk. Gusti Ratu lalu melanjutkan bicara, "Oleh karena itu, kamu harus membuat Dita terbiasa denganmu yang kemudian akan menimbulkan rasa cinta."

"Baik Kanjeng."

"Lalu terakhir, sekali lagi aku tegaskan. Mengenai Kara, aku tidak akan ikut campur, tapi aku mau kamu menyelesaikan sendiri karena dia temanmu. Dia tidak bisa terus di sini. Atur saja bagaimana baiknya. Yang pasti dia tidak bisa kerja di sini. Lalu mengenai Dita, aku harap kamu bisa lebih berusaha lagi untuk mendekatinya. Aku berharap bisa segera mendapat kabar adanya cucu sebelum penobatan Dita sebagai Raja berikutnya."

Gusti Ratu mengedipkan matanya cepat lalu beranjak berdiri, sedangkan Renita terdiam karena malu. "Kamu boleh pergi, aku harus melanjutkan pekerjaanku."

Renita beranjak berdiri juga, ia kemudian memberi hormat pada Gusti Ratu lalu berjalan ke luar ruangan. Setelah dia berada di luar ruangan, Renita mengacak-acak rambutnya sendiri dan berteriak dalam diam. Ia malu membayangkan harus lebih aktif lagi dalam menggoda Dita. 

Meski Renita sudah memikirkan cara untuk menggoda Dita, ia tidak menyangka situasinya akan datang lebih dulu. Renita berteriak saat mendapati Dita masuk ke ruangannya sambil membawa kaus miliknya yang tadi dilemparkan pada Kara. "Aku akan membunuh anak itu!" Batin Renita. Ia segera menutup bagian depan tubuhnya dengan kedua lengan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jika kalian ingin membaca fokus cerita Raga, ada di Gate into Unknown ya :) Nanti fokus cerita bergantian seperti biasanya.

Blessed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang