04 - Pernikahan

3.6K 513 18
                                    

Kara tidak pernah sesenang ini menunggu acara pernikahan. Mungkin karena ini bukan pernikahannya atau karena harapan bisa bertemu dengan Raga. Pernikahan antara Renita dan Gusti Pangeran diadakan dalam rangkaian acara panjang. Pertama untuk pengucapan janji pernikahan hanya akan dihadiri oleh undangan keraton dengan ditampilkan di televisi, lalu akan dilanjutkan dengan perayaan festival pernikahan dengan membawa kedua mempelai untuk berkeliling di tengah kota Yogyakarta.

Acara pengucapan janji dilaksanakan di Aula utama Keraton yang sudah ditata sedemikian rupa untuk mengakomodasi seluruh tamu undangan. Taman-taman Keraton juga dihias untuk dijadikan tempat makan luar ruangan untuk para tamu. Aula utama hanya dipergunakan untuk upacara pernikahan sehingga hampir keseluruhan area utama Keraton dipergunakan untuk acara ini.

Kara dan mantan kandidat putri mahkota, tentu saja dijadikan pengiring pengantin dengan kebaya berwarna merah muda dengan jarik warna cokelat. Mereka semua dibebaskan untuk mengatur rambut masing-masing sehingga Kara memutuskan untuk mengepang rambutnya menjadi dua lalu menyambung ke tengah. Sekar dan Lita memilih untuk menggerai rambutnya. Eka menyanggul rambutnya.

Gusti Pangeran memakai setelan beskap hitam, belangkon kepala serta jarik yang melapisi pinggangnya beserta Renita memakai setelan kebaya berwarna hijau muda dengan hiasan melati di sanggul kepalanya. Kedua kakak Renita, Dika dan Aiden beserta dua pengawal pribadi Gusti Pangeran Ferdi dan Reno menjadi pengiring pengantin laki-laki.

Selama prosesi pernikahan, Kara tidak bisa fokus karena sibuk mencari di antara kerumunan. Ia semakin murung ketika tidak bisa menemukan lelaki itu.

Setelah prosesi selesai dilaksanakan, mereka mengambil foto bersama lalu bersama tamu lain mulai menikmati perjamuan.

Kara masih berkeliling untuk mencari keberadaan Raga hingga dia akhirnya menemukan Raga berdiri di salah satu sudut taman sedang berbicara dengan seorang wanita.

Meskipun jarak mereka masih jauh, pandangan Raga seketika beralih pada Kara. Punggung wanita yang membelakangi Kara ikut berbalik bersamaan dengan pandangan Raga. Kara tersetak pelan melihat wajah si wanita. Sangat cantik mempesona. Ia menebak wanita itu berumur duapuluhan tapi tidak bisa memastikannya.

Si wanita yang tadinya memunggungi Kara akhirnya berbalik untuk menyambut Kara sedangkan gadis itu ragu apakah dia boleh menginterupsi pertemuan yang terlihat intens itu. Raga mengangguk ke arah Kara, yang akhirnya memutuskan untuk menghampiri mereka.

Wanita itu tersenyum ramah pada Kara saat dia berjalan mendekat. Ketika mereka akhirnya berada dalam jarak yang cukup dekat, Kara ragu apakah harus memberi salam seperti pada kekuarga keraton atau hanya menunduk untuk memberi hormat. Sebelum Kara memutuskan, wanita itu mengulurkan tangan untuk bersalaman yang diterima Kara. Sensasi dingin nyaman menjalari tubuhnya ketika Kara mengenggam tangan si wanita.

Ekspresi Raga dan si Wanita terlihat bingung saat Kara memandang mereka. "Perkenalkan nama saya Kartika Anjani ..." ucap Kara canggung sambil mengamati dua orang itu.

Si wanita lalu tersenyum cerah, "Ah, tentu saja saya tahu. Kandidat terakhir putri mahkota. Perkenalkan nama saya Vella. Senang bisa bertemu dengan mantan kandidat putri mahkota."

Kara lega karena lawan bicaranya tidak menggunakan julukan Kara yang lain. "Apa saya menganggu perbincangan antara Mbak Vella dengan Raga?" Tanya Kara yang membuat Raga bergidik sambil melotot memandang Kara.

"Eh maaf, apa saya harus panggil nona atau nyoya Vella atau mungkin ada gelar yang terlewat?" Tambah Kara dengan nada khawatir setelah melihat reaksi Raga.

Vella malah tertawa kecil. "Ah, tidak apa ... saya malah malu karena dipanggil mbak ... padahal saya sudah bersuami dan sudah umur kepala empat." Ia terlihat senang sekaligus bangga.

Blessed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang