Kara meminta tolong pada neneknya untuk dipertemukan dengan si pelindung keluarga keraton. Neneknya akhirnya mengalah dan menghubungi seseorang lewat telepon dan menyampaikan niat Kara pada yang bersangkutan. Setelah menunggu agak lama, Ibu Sastria mengakhiri panggilan lalu beralih pada Kara dan berkata, "Beliau mau bertemu denganmu."
"Yes! Jadi bagaimana aku ke sana?"
Ibu Sastria berjalan menuju sofa terdekat lalu duduk. "Ada dua pilihan. Cara cepat atau manual? Pilih saja, nanti aku akan menyiapkan keduanya."
"Cara cepat saja, aku juga dikejar waktu untuk membantu misi Raga." Jawab Kara. Neneknya kemudian mengangguk mengerti. "Tinggalkan saja semua barangmu di sini."
Kara mengangguk, "Baik nek."
Kara tidak perlu menunggu lama, saat neneknya berkata sudah waktunya berangkat, Kara bingung karena neneknya mengantar Kara bertemu lelaki berambut sebahu dengan tindik di sudut kiri bibirnya di pelataran rumah. "Jadi berangkat dengan apa?" Tanya Kara bingung.
"Oh, kamu tidak bilang padanya ya?" Tanya si lelaki pada Ibu Sastria. Si wanita tua menggelengkan kepala. "Nenek tidak bisa ikut, jadi kamu akan ke sana sendirian. Ini tuan Fero, dia juga yang akan mengantarmu kembali."
Ibu Sastria kemudian masuk ke rumah, meninggalkan Fero dan Kara berdua. Kara memandang ke arah Fero dengan ragu. "Jadi, bagaimana kita berangkat menemui beliau?"
"Berbaringlah." Perintah Fero pada Kara.
"Di sini? sekarang?" Tanya Kara sambil menunjuk ke lantai. Fero menangguk.
Kara sebenarnya ragu, tapi dia menurut saja. Ia berbaring di lantai lalu melipat tangannya di dada. Fero tersenyum kecil lalu berjongkok di sebelahnya, ia mengulurkan tangan pada Kara. Gadis itu ragu, tapi akhirnya menerima uluran tangan itu dan seketika ia berpusing dalam kegelapan lalu tergeletak di tanah keras.
Kara bernapas keras dan terlihat bingung. Ia terduduk dengan Fero yang masih berjongkok di sebelahnya. "Apa? tapi bagaimana?"
Fero berdiri lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Kara berdiri, "Tadi itu disebut sebagai teleportasi sayang ..." Jawab Fero sambil menarik Kara berdiri.
"Tidak mungkin ..." Gumam Kara.
"Apa? perlu dibuktikan lagi?" Fero menghilang dari sana lalu muncul di atas pohon di depan Kara. Ia menghilang lagi lalu muncul di sebelah Kara. Ia kemudian mulai berjalan, "Kamu mau bertemu Vella atau diam di situ terus?" tanya Fero.
Kara segera saja berjalan mengikuti Fero. Ia masih saja terdiam karena banyak sekali pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya. "Apa saya boleh bertanya, tuan?"
Fero menoleh ke arah Kara, "Mau tanya apa sih? Lalu panggil aja aku kakak, panggilan tuan rasanya terlalu kaku."
"Kakak ini apa?"
Fero menoleh, ia tidak mengira gadis kecil ini akan bertanya secara langsung seperti ini. "Menurutmu apa?"
"Saya yakin bukan manusia. Dan pasti makhluk supranatural." Jawab Kara.
"Tapi kamu tidak tahu aku ini apa?" Sergah Fero. Kara mengangguk.
Suara gemerisik dedaunan terdengar seperti ada ular mendekat, Ketika kara mengalihkan pandangan ke sumber suara, ia melompat ketakutan karena seekor ular berukuran sebesar dahan pohon kelapa sedang merayap ke arahnya. Fero berteriak pada si ular, "Jangan takuti dia! anak baru Jeff ..."
Ular besar itu berasap hijau kemudian perlahan dari balik asap muncul seorang laki-laki berambut panjang sampai ke dada. "Hai ..." Sapa si lelaki sambil melambaikan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessed [END]
ChickLit[SEKUEL PRIVILEGE] Cerita Beririsan dengan Gate Into The Unknown. Akan lebih seru kalau kalian baca itu juga. Setelah selesai seleksi, Kara berniat kembali pada kehidupan normalnya. Tetapi dia kesulitan mendapat pekerjaan dan masih galau dengan stat...