29 - Tawanan

2.4K 427 17
                                    

Adam menghembuskan napas, "Tapi kalau kita berada dalam bahaya bagaimana?"

Pintu lift terbuka.

Mereka berdua melangkah keluar.

"Aku ada ide ..." Jawab Kara dengan ekspresi serius.

"Apa?"

"Mari kita gunakan makanan untuk mendeskripsikan keadaan."

"Hah maksudnya?"

"Soto yang kemarin kita makan sepertinya sangat tidak enak ..." ujar Kara lalu ia melanjutkan, "Jika ingin membicarakan keadaan tapi ada orang lain di tempat yang sama, tempel saja nama makanan di depan. Keterangan waktu bisa tergantung situasi dan kondisi. Jika kita kebetulan sedang membawa makanan, kamu bisa mendeskripsikan makanan itu. Tapi jika tidak ada makanan di sekitar kita, pakai saja deskripsi makanan yang kita makan sebelumnya oke ..."

Adam terlihat bingung tapi tidak bertanya lebih lanjut. Kara kemudian menghentikan adiknya.

"Kamu bawa kartu hitam Rajasa kan?" Tanya Kara. Adam mengangguk lalu mengeluarkan kartu hitam milik Kara dari sakunya.

"Jika situasinya sudah sangat berbahaya, aku akan menyuruhmu membeli pembalut. Itu adalah kode keras untukmu memanggil bantuan. Kita mungkin berada dalam situasi yang membuat kita tidak bisa secara gamblang meminta bantuan, jadi aku harap kamu bisa berimprovisasi dalam prosesnya."

Adam memandang kakaknya, "Apa mereka tidak akan curiga dengan itu?"

Kara menepuk pundak adiknya, "Tenanglah menstruasi adalah hal paling alami yang bisa terjadi pada perempuan. Setidaknya pembalut bukan barang yang membahayakan jika kita bawa."

"Tapi tetap saja, .. bagaimana kalau mereka tidak memperbolehkanku untuk membeli pembalut atau bertemu orang lain?"

"Berikan saja kartu hitam itu ... biarkan orang lain selain kita yang menggunakannya." Jawab Kara sambil tersenyum.

Adam memandang kartu di tangannya lalu ke arah kakaknya. Ia tersenyum, "Aku sekarang benar-benar mengakui kepintaran kakak ..."

Kara tersenyum, "Kalau begitu mari kita berangkat."

***

Kara bersandar pada dinding penjara. Ia sedikit merasa ketakutan berada di penjara bawah tanah dengan pemandangan laboratorium tidak terpakai di depannya. Suara gesekan rantai terdengar dari sebelah membuat gadis itu berjengit kaget.

Suara napas tersegal terdengar, sepertinya tawanan di sebelah Kara terbangun.

"Jadi .. apa yang membuatmu terjebak di penjara ini?" Tanya suara berat dari sel sebelah Kara.

Gadis itu diam sejenak sampai akhirnya memutuskan untuk menjawab, "Sejujurnya saya juga tidak tahu. Jika dari gerak-gerik mereka, saya hanya bisa menyimpulkan kalau mereka dari awal tidak berniat menolong kami. Mereka hanya mencari alasan untuk mengurung kami di sini."

"Kenapa kalian tidak kabur sebelum masuk rumah ini?"

"Tidak banyak yang bisa kami lakukan saat tiga orang itu berada di sekeliling kami." Komentar Kara.

"Ah .. jadi kalian manusia ya ..." tanya suara itu.

"Memangnya anda bukan manusia?"

Suara gesekan rantai terdengar sekali lagi. "Bukan. Aku adalah Yaksa." Jawab si lelaki.

Kara terdiam sejenak. "Yaksa?" Ujarnya dengan nada tanya.

Si lelaki tertawa sekilas, "Ah .. jangan-jangan kamu tidak tahu apa itu Yaksa ya?"

"Iya .. saya hanya tahu soal .. ehem ... siluman."

"Ah .. Siluman. Para pengubah wujud. Kami berasal dari dunia yang sama. Yaksa dan Siluman hidup di dimensi yang berbeda dengan manusia tapi dunia kami juga senyata dunia manusia."

Blessed [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang